"Dav, temenin aku keliling skolah ini ya" ucap Cellina dengan mata yang berbinar pada Davino
"Gak" ucap Davino dengan suara beratnya dan tak lupa ada kesan dingin didalamnya
"Kamu gak berubah ya masih tetep Davino yang aku kenal" ucap Cellina tersenyum pada Davino.
Davino diam, ia ingin pergi dari kelas ini tetapi gadis itu selalu menahannya.
"Dav, please sekali ini aja" ucap Cellina dengan nada yang memohon
"Gue bilang gak ya gak" bentak Davino yang sudah kehilangan kesabarannya lalu pergi meninggalkan Cellina yang masih kaget dengan bentakan Davino
Cellina Aurora. Ia adalah sahabat Davino semasa SMP, saat itu ada hal yang begitu mendesak yang berhubungan dengan perusahaan orang tuanya dan mengharuskan ia pergi meninggalkan kota jakarta dan pindah ke belanda atas kemauan orang tuanya, awalnya gadis itu menolak untuk pindah ke belanda, karena di sana ia pasti akan sulit berbaur dengan orang-orang, namun dengan segala usaha yang dilakukan orang tuanya ia pun akhirnya luluh dan pergi meninggalkan teman dan sahabatnya Davino, tanpa berpamitan sedikitpun.
Hal itu tentu saja membuat Davino marah besar, ia merasa sangat kecewa dengan gadis itu yang pergi tanpa berpamitan padanya, terlebih lagi gadis itu mengabarinya saat sudah setahun lamanya tinggal di belanda membuat Davino berpikir bahwa ia memang benar-benar tidak penting untuk gadis itu sehingga ia berniat untuk melupakannya.
********
Disinilah Davino sekarang, dirooftop. Tempat yang membuat dirinya tenang dan seakan-akan masalahnya hilang begitu saja, ia memejamkan matanya dan menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, dan selang beberapa detik aktivitasnya terhenti saat mendengar suara dari seseorang yang sangat ia kenali.
"Aku dari tadi nyariin kamu, ternyata kamu disini" ucap Divia lalu duduk di samping Davino
Davino tersenyum mendengar kekasihnya yang sedari tadi mencari dirinya, tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala gadis itu dan tiba-tiba menarik Divia ke dalam pelukannya.
"Kamu knapa?" tanya Divia dan membalas pelukan cowok itu.
Davino semakin menenggelamkan kepalanya diceruk leher Divia dan berkata.
"Gini aja dulu" ucap Davino yang tidak ingin melepaskan pelukannya pada gadis itu.
"Kamu lagi ada masalah ya?" tanya Divia pada Davino yang hanya dibalas gelengan kepala dari cowok itu.
Davino terlihat aneh, ini tidak seperti biasanya. Divia berpikir mungkin saja Davino sedang ada masalah yang tidak bisa ia ceritakan padanya entah itu masalah keluarganya Divia tidak ingin ikut campur dan menunggu Davino siap untuk menceritakan semuanya padanya.
"Kamu harus tau kalo aku itu sayang banget sama kamu" ucap Davino yang masih menenggelamkan kepalanya diceruk leher Divia.
"Iya aku tau kok" ucap Divia tersenyum sambil mengusap lembut punggung kekasihnya itu.
"Apapun yang terjadi nanti aku bakal tetep sayang sama kamu div" ucap Davino pada Divia.
Divia terdiam. Gadis itu merasa aneh dengan ucapan Davino, jika dilihat dari gelagat cowok itu sepertinya ada yang tidak beres.
Davino pun melepaskan pelukannya dan menatap Divia intens, ia mengusap pipi gadis itu dengan lembut lalu selang beberapa detik ia mengecup singkat pipi Divia yang membuat gadis itu mematung dengan wajah yang sudah merona
********
Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi, Divia yang mendengar itu langsung saja merapikan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Buru buru amat neng" ucap Lisa melihat Divia yang terlihat buru-buru, mungkin karena hari ini Divia akan pulang bersama Davino, pikir Lisa.
"Iya nih, gue duluan yaa" ucap Divia lalu pergi meninggalkan kelas.
Ia melangkahkan kakinya ke arah gerbang sekolah, dan mencari Davino tetapi ia tidak melihat cowok itu, sepertinya cowok itu belum keluar juga dari kelasnya, ia mengira Davino sudah menunggunya tetapi malah sebaliknya ia yang menunggu Davino.
Sudah sejam lebih lamanya ia menunggu tetapi Davino tidak keluar juga, ia sudah menghubungi cowok itu, namun tetap tidak diangkat juga.
Ia memutuskan untuk mencari Davino tetapi saat melewati koridor ia tidak sengaja menangkap pemandangan yang sungguh menyakitkan untuknya, ia melihat Davino sedang berpelukan dengan gadis lain, dan cowok itu tidak menolaknya dan malah membalas pelukan dari gadis itu, mereka seperti sedang melepas kerinduan? Tunggu, Divia baru sadar ternyata cewek itu adalah murid baru, mereka terlihat begitu dekat. Apakah mereka punya hubungan spesial? Apakah ia hanya dijadikan bahan pelarian saja? Ia sungguh benar-benar kecewa dengan cowok itu.
Divia yang melihat itu merasa sesak di dadanya, hatinya terasa begitu sakit dan tanpa ia sadari air mata sudah jatuh di pipinya.
Entah dorongan dari mana ia melangkahkan kakinya ke arah dua sejoli yang sedang berpelukan itu, dan tidak sengaja mendengar Davino yang sedang berbicara.
"Gue udah lama nunggu lo cel, dan gue kangen banget sama lo" ucap Davino yang belum melepaskan pelukannya.
Part di hapus demi kepentingan penerbitan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Prince
Genç KurguHigh rank 1 #mostwanted (08 nov 2020) 1 #coldprince (13 nov 2020) 1 #remajabaper (15 nov 2020) 1 #wattpadstory (15 nov 2020) 1 #manis (20 nov 2020) 1 #dashataraan (7 des 2020) 1 #divia (7 des 2020) 1 #davino (7 des 2020) 1 #penyayang (10 des 2020) 1...