Part 24

42.4K 2.7K 68
                                    

Ujian semester sudah berlalu dan hari ini mereka diliburkan selama dua minggu dan inilah yang mereka tunggu-tunggu, yaitu liburan.

Hari ini Davino, Divia, Lisa, Raka, Clara dan Rian akan pergi berlibur ke bali, mereka sudah merencanakan ini dari jauh hari, lebih tepatnya hanya Lisa, Clara dan Rian yang sudah merencanakan. Davino, Divia dan Raka hanya ikut-ikut saja, awalnya Divia tidak ingin ikut di karenakan keuangan mereka yang tidak memungkinkan, namun Davino bersikeras untuk mengajak Divia dan mulai mengancam kalau gadis itu tidak pergi ia pun juga tidak akan pergi yang membuat gadis itu tidak enak jika Davino tidak ikut pergi hanya karena dirinya, akhirnya dengan segala usaha Divia pun mau dan Davino lah yang membayar seluruhnya mulai dari tiket sampai hotel yang akan mereka tempati nantinya.

Meraka sudah berkumpul di rumah Divia, dan sudah siap dengan penerbangan jam delapan nanti.

"Kalo udah siap semua, kita langsung berangkat aja" ucap Lisa pada semuanya

Mereka juga sudah memesan taxi online yang sudah stay didepan rumah Divia.

Di sana ada dua taxi online, taxi pertama ditempati oleh Divia, Davino dan Clara, dan taxi kedua ditempati oleh Lisa, Raka dan Rian.

Perjalanan dari rumah Divia memakan waktu satu jam, karena itulah mereka datang lebih awal ke bandara.

Diperjalanan Divia hanya diam saja, membuat cowok itu menolehkan kepalanya ke arah Divia.

"Kenapa hmm?" tanya Davino mengelus lembut pipi gadis itu.

"Masih ngantuk hehe" ucap Divia dengan cengiran khasnya yang membuat Davino tersenyum dan mengacak gemas rambut Divia.

"Tidur aja, entar kalo udah nyampe aku bangunin" ucap Davino lalu menarik Divia bersandar di dadanya sambil mengusap rambut gadis itu, membuat Clara yang melihat itu menghembuskan nafas kasar, beginilah nasib jomblo akan selalu jadi nyamuk.

Divia tampak gelisah, tetapi masih memejamkan matanya, keringat sudah bercucuran di dahinya, Davino yang melihat itu lantas khawatir ia melihat gadis itu terlihat gelisah dan mengambil tissue untuk mengelap keringan Divia.

"Sayang kamu kenapa?" tanya Davino pelan pada Divia yang membuat gadis itu seketika membuka matanya.

"Perut aku sakit dav" ucap Divia yang sudah terlihat lemas, membuat Davino tambah khawatir dengan gadisnya itu

"Kalo gitu kita batalin aja perginya, terus kita ke rumah sakit sekarang" ucap Davino dengan nada khawatir.

"Gak dav, ini efek PMS aja, lagian aku udah janji sama mereka kalo aku ingkar takutnya mereka kecewa sama aku" ucap Divia pada Davino yang sudah menghembuskan nafasnya kasar, kalau sudah seperti itu ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan hanya bisa menuruti perkataan gadisnya.

"Yaudah nanti sampe sana kamu istirahat aja ya" ucap Davino yang diangguki oleh Divia.

Cowok itu terus mengusap punggung Divia dan memberi kenyamanan pada gadis itu.

Sudah sejam lamanya mereka diperjalanan dan akhirnya mereka pun sampai di bandara.

********

"Selamat datang bali" ucap Rian sedikit berteriak.

"Woy kutil badak, diem napa" ucap Clara dengan wajah sinis

"Biarin suka suka gue dong" ucap Rian memutar bola matanya malas

"Malu maluin aja lo, sana jauh jauh dari gue" ucap Clara sinis

"Biarin, gue juga ogah kali deket deket sama lo" ucap Rian tak kalah sinis.

"Udah udah ini kenapa jadi berantem sih?" ucap Divia pada Rian dan Clara yang selalu saja ribut jika sudah bertemu.

Mereka pun sudah sampai di hotel dan memesan kamar. Divia, Lisa dan Clara berada dikamar yang sama, begitu juga dengan Davino, Raka dan Rian. Hari ini mereka memilih istirahat dulu, mereka sangat capek selama diperjalanan kesini.

"Kamu istirahat aja, kalo ada apa-apa kamu langsung ke kamar aku aja, itu kamar aku ada disebelah kamu" ucap Davino pada Divia yang diangguki oleh gadis itu.

Divia masuk ke dalam kamarnya, entah kenapa ia tidak bisa tidur sekarang. Mungkin karena sepanjang jalam tadi ia habiskan dengan tidur, ia seketika memikirkan Davino pasti cowok itu merasa sangat capek karena Divia yang terus bersandar padanya saat tidur.

Divia mengambil ponselnya, ia mengirim pesan singkat untuk Davino.

Divia
Maaf dav, selama perjalanan aku udah ngerepotin kamu, kamu pasti capek.

Tidak menunggu lama, Divia pun mendapat balasan dari Davino

Davino❤
Itu udah jadi tugas aku sayang, kamu nyaman aku senang💕

Pesan dari Davino seketika membuat senyumannya merekah.

********

Hari ini mereka akan pergi ke pantai, Divia terlihat begitu antusias karena sudah lama ia tidak pergi ke pantai terlebih lagi ini di bali dan pemandangan pantai sungguh indah.

Tubuh Divia juga sudah kembali fit, makanya ia lah yang paling antusias di sini.

"Dav, ayo kita ke sana" ucap Divia lalu berlari ke arah pantai

"Jangan lari lari div, entar jatuh" ucap Davino sedikit berteriak agar gadis itu bisa mendengarkannya, gadis itu hanya menjawab dengan anggukan kepala.

Davino akhirnya menyusul Divia, setelah ia berada di samping Divia, gadis itu kembali berlari.

"Div jangan lari lari" ucap Davino berteriak namun hanya dibalas senyuman oleh gadis itu, ia terus bermain air dan menulis namanya di atas pasir yang basah dan tersenyum saat melihat tulisannya sendiri.

Ia pun kembali berlari ke tempat lain dengan begitu antusias, entah mengapa rasanya benar-benar menyenangkan.

Davino yang melihatnya itu menghembuskan nafasnya dengan kasar, gadis itu tidak bisa diam, bukan apa-apa Davino hanya takut gadis itu akan terjatuh dan melukai dirinya sendiri, ya Divia memang gadis yang sangat ceroboh, ia bisa jatuh dimana saja dan kapan saja.

"Aww" ringis Divia yang sudah terduduk di pasir sambil memegang lututnya yang sedikit bengkak dan mengeluarkan darah.

Davino yang melihat itu lantas khawatir dan berlari ke arah Divia.

"Kamu gak papa?" tanya Davino dengan suara beratnya dan tersirat kekhawatiran. Tidak mendapat jawaban dari gadis itu ia pun langsung mengangkat Divia dan mendudukkannya di salah satu gazebo dekat pantai.

"Kan aku udah bilang jangan lari lari, kalo udah kaya gini aku yang susah" ucap Davino sedikit membentak Divia, membuat gadis itu terkejut dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Davino yang melihat itu lantas menyadari perbuatannya dan menghela nafas kasar.

"Div, aku gak ma-" belum sempat Davino menyelesaikan perkataannya, Divia sudah memotong.

"Maaf, a..aku udah ngerepotin kamu dan buat kamu susah" ucap Divia lalu pergi meninggalkan pantai dan kembali ke kamarnya, moodnya terlihat begitu hancur, ia membaringkan badannya di atas ranjang dengan air mata yang sudah mengalir, ya katakan saja Divia cengeng. Itu memang kenyataannya.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang