Part 20

45K 2.9K 89
                                    

Hari ini ada jam kosong dan seketika membuat kelas menjadi sangat ricuh dikarenakan pak Bambang selaku guru matematika yang mengajar dikelas Davino sedang menemani istrinya di rumah sakit.

"Eh kantin yuk, males gue disini berisik banget anjir" ajar Rian pada kedua sahabatnya

"Yaudah gue juga gedek lama lama disini" jawab Raka

"Lo dav?" tanya Rian pada Davino yang hanya dibalas anggukan kepala.

Tetapi saat mereka melangkahkan kakinya keluar, tangan Davino tiba-tiba ditahan oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan Cellina.

Davino yang melihat itu langsung menepis tangan Cellina, dan membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Dav, gue mau ngomong sesuatu sama lo" ucap Cellina dengan wajah yang terlihat serius lalu menarik lengan cowok itu

"Ngomong di sini aja" ucap Davino dengan suara beratnya pada Cellina

"Gak bisa dav, please kali ini aja" ucap Cellina membuat Davino pasrah saja saat tangannya di tarik.

Di sinilah mereka sekarang, di taman belakang sekolah, entah apa yang mau dikatakan gadis itu sehingga membawanya kesini.

"Ngomong aja" ucap Davino dingin

Cellina menarik nafas panjang setelah itu ia hembuskan kembali lalu memecahkan keheningan di antara mereka.

"Gu..guee suka sama lo dav" ucap Cellona sedikit gugup.

Davino yang mendengar itu seketika mematung, ia tidak menyangka jika gadis yang di depannya ini ternyata menyukainya, padahal waktu jaman SMP dulu ia hanya menganggap Cellina sebagai sahabatnya saja dan tidak lebih dari itu.

"Gue pergi" ucap Davino lalu melangkahkan kakinya meninggalkan taman belakang sekolah namun belum sampai beberapa langkah ia dikejutkan dengan gadis itu yang memeluknya dari belakang.

"Gue sayang sama lo dav, kenapa lo gak bisa liat gue dan kenapa lo malah milih cewek itu dibanding gue? Kenapa dav?" ucap Cellina yang sudah mengeluarkan air matanya.

Mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tersenyum getir sambil meneteskan air matanya melihat pemandangan yang tidak mengenakkan didepannya, entah sudah berapa tetes air mata yang ia keluarkan untuk adegan drama yang sedari tadi ia lihat.

Divia memang sedang berada di taman belakang sekolah di sana ia sedang asik membaca novel, namun pandangannya tiba-tiba teralihkan saat melihat dua sejoli itu.

Ia melihat semua kejadian itu, mulai dari gadis itu menyatakan perasaannya pada Davino dan berakhir dengan gadis itu memeluk cowok itu dari belakang.

Namun perkataan Davino selanjutnya membuatnya mematung dengan wajah sendu menatap dua sejoli itu.

"Gue sayang sama lo" ucap Davino tanpa melepas pelukan Cellina.

Divia terkejut mendengar jawaban dari Davino, namun belum sempat ia mendengar itu semua ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu.

"Tapi itu dulu, dan gue cuma sayang sama lo sebagai sahabat doang dan gak lebih" ucap Davino lalu melepas kasar pelukan Cellina dan pergi meninggalkan Cellina yang terus-terusan menangis.

Davino tidak menyadari bahwa ada dua hati yang ia sakiti sekaligus.

********

Divia masuk ke dalam kelas dengan wajah sembab yang membuat Lisa yang melihat pun langsung khawatir

"Div, lo kenapa?" tanya Lisa khawatir

"Gak papa" ucap Divia dengan pandangan kosong.

"Kalo ada apa apa ceritain sama gue, jangan dipendem sendiri" ucap Lisa lagi pada Divia.

Divia terus saja berdiam diri, bahkan telpon dan pesan singkat dari Davino tidak ia hiraukan, pikirannya terus saja mengingat hal itu. Mengapa nasibnya harus begini?

Ini sudah yang kedua kali Divia melihat mereka seperti itu. Apakah mereka benar-benar bersahabat? Atau Davino berbohong lagi padanya? Apa ia harus mundur saja dari Davino? Ia takut jika ini benar ia hanya menjadi pengganggu di hubungan Davino dan gadis itu.

"Div, ada Davino tuh di luar" ucap Lisa membuat lamunan Divia buyar.

Divia pun memutuskan untuk menghampiri cowok itu.

"Apa?" Tanya Divia

"Kenapa aku telpon tadi gak di angkat?" Tanya Davino menggenggam tangan Divia namun segera ditepis oleh gadis itu.

Davino kaget melihat perlakuan Divia padanya namun dengan cepat ia merubah ekspresinya.

"Kamu kenapa hmm?" Tanya Davino dengan lembut pada Divia.

"Pikir sendiri" ucap Divia saat ia ingin masuk ke kelas, Davino dengan cepat menahan tangannya.

"Kamu kenapa sih? Aku ada salah apa sama kamu?" Tanya Davino yang bingung dengan Divia.

"Pikir aja sendiri. Lepasin" ketus Divia lalu melepaskan cekalan tangan Davino dan pergi meninggalkan cowok itu yang masih terdiam didepan kelas Divia.

Davino menghembuskan nafasnya dengan kasar. Apa lagi salahnya kali ini sehingga Divia seperti itu padanya? Memikirkan itu saja sudah membuat kepala Davino pusing.

********

Bel pulang pun sudah berbunyi, Divia terlihat buru-buru karena ingin menghindari Davino. Ia melangkahkan kakinya keluar menuju arah gerbang, namun betapa sialnya ia malah bertemu Davino diperjalanan.

Divia tidak menghiraukan cowok itu dan terus berjalan santai, ia terus melangkahkan kakinya ke depan namun baru saja beberapa langkah Davino sudah mencekal pergelangan tangan gadis itu.

"Kamu kenapa? Kenapa ngehindar dari aku?" Tanya Davino pada gadis yang sedari tadi hanya diam didepannya, ia mengalihkan pandangannya kearah lain, ia tidak ingin melihat Davino.

"Jawab div" ucap Davino dengan suara sedikit dinaikkan, Divia yang mendengar itu lantas menatap Davino.

"Seharusnya gue yang nanya itu sama lo, sebenarnya lo kenapa?" Ucap Divia yang sedikit berteriak.

"Maksud kamu apa sih div? Aku gak ngerti, please jangan kayak gini, kalo aku punya salah bilang sama aku" ucap Davino panjang lebar dan terus menggenggam tangan Divia, ia tidak mengerti mengapa gadis itu menghindarinya, jika ia punya salah seharusnya gadis itu bisa mengatakan padanya, dan bukan malah memendam sendiri.

"Gue udah liat semuanya dav, sekarang gue ngerti kalo selama ini gue cuma dijadiin pelarian aja disaat dia gak ada. Lo kenapa sejahat ini sama gue dav? Gue salah apa hah? Lo berhasil mainin perasaan gue dan lo berhasil buat gue sakit hati disaat gue udah jatuh cinta sama lo" ucap Divia yang tidak bisa mengendalikan emosinya lagi, dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya dan tidak perduli lagi dengan tatapan orang-orang disekitarnya

Davino yang mendengar itupun mematung, ternyata gadis itu telah melihat semuanya. Ia merasa sangat kecewa pada dirinya sendiri dan sangat-sangat menyesali perbuatannya yang telah menyakiti perasaan gadis itu.

"Kenapa diem? Berarti gue bener kan?" Tanya Divia yang melihat Davino dengan tatapan sendunya.

"Maaf dav, gue gak bisa ngelanjutin hubungan ini lagi sama lo, gue gak mau jadi pengganggu di hubungan lo sama dia" ucap Divia pada Davino membuat cowok itu tersadar dan menggelengkan kepala tanda ia tidak setuju berpisah dengan gadis itu.

"Gak div, please jangan ngomong gitu, aku sayang sama kamu, aku gak mau kehilangan kamu, tolong kali ini aja dengerin penjelasan aku" ucap Davino menatap sendu Divia dan masih menggenggam erat tangan gadis itu.

"Gak dav, aku mau kita putus aja" ucap Divia menghapus air matanya dengan kasar lalu pergi meninggalkan Davino yang sudah berlutut ditanah.

"Aaargh shit!" umpat Davino lalu meninju besi yang ada di sampingnya hingga tangannya mengeluarkan banyak darah.

My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang