_Promise ❥.ᨘ۫.ꪶ [🍻]

88 10 9
                                    

"Gila keren, berani banget lo Ra sama geng bully di sekolah ini" kagum Fiqa pada Ara.

"Orang kaya mereka tuh cuma sampah yang gatau apa arti kata menghargai sesama. Ga pantes di takutin, mereka cuma main gertakan dan main tangan kalau di rasa ngedesak. Tapi sama sekali ga bahaya buat di lawan" Kedua nya melongo saat Ara yang biasa hanya berbicara pendek tiba tiba bertutur kata sebanyak itu.

"Kesambet apaan lo ngomong sebegitu panjang nya?" Tanya Rifa heran.

"Ga kesambet apa apa"

"Lo belajar bela diri dimana Ra," tanya Fiqa penasaran.

"Di daerah banten"

"Berapa lama belajar bela diri?"

"Cuma setahun"

"Serius lo?"

"Iya"

"Waw daebak"

"Lo punya mantan berapa Ra" ucap Rifa kepo. Karna tak mungkin gadis secantik Ara tidak mempunyai mantan.

"Gaada"

"Serius lo?"

"Gue serius, dalam hidup cuma ka Rara dan Abang yang gue sayang. Dan Papah juga Mamah sebagai pelengkap kasih sayang gue"

"Jangan bilang lo ga pernah jatuh cinta" tebak Rifa dengan nada ragu.

"You right, I have never loved anyone more than I love my family"

"Gila, tapi wajar sih es batu kaya lo ga pernah jatuh cinta. Terus kalau orang yang suka sama lo? Pasti ada kan?" Ucap Fiqa menebak nebak.

"Itu udah pasti banyak nya minta ampun, bahkan mereka yang gatau rupa gue pun udah sangat berambisi buat milikin gue"

"Maksud lo?" Biasa Rifa lemot, otak nya kan cuma segede kacang merah.

"Mereka yang cuma denger tentang gue, tentang gimana kehidupan kelam gue, dan tentang cara gue bertahan dalam rasa sakit, nyoba buat selalu keliatan kuat di mata dunia"

"Sesulit apa kehidupan lo?" Tanya Fiqa penasaran.

"Lo akan tau suatu saat nanti"

"Sialan lo, cantik cantik misterius"

"Hahahaha" tertawa lepas lah ketiga nya di sepanjang lorong menuju parkiran.

*****

Pagi ini Ara terbangun dengan suasana hati yang baik, senyum nya merekah saat menuruni tangga yang selalu ia hentak dengan amarah. Bibi pun terlihat sangat senang melihat majikan kecil nya yang terlihat sangat manis saat tersenyum.

Ia melangkah kecil menuju meja makan dan memakan roti selai coklat kesukaan nya. Tak ada yang beda, mau seceria apa pun pagi ini, perasaan nya terhadap sang Papah masih sama dan tak luntur sedikit pun.

Ia terdiam, mengunyah dalam sepi di meja makan. Serasa sudah cukup, Ara berdiri dan keluar dari rumah dengan mengucap salam.

Tentang Ara✧ ཻུ۪۪ [Dalam Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang