32. 혼자 Alone

605 190 48
                                    



Backsound : Can't Go - Ben

****

Escape From The Past

*
*

Bulan sudah berganti bulan begitu juga dengan hari yang sudah berganti hari. Aelyn kini yang tengah merenung didalam kamarnya sambil menatap langit cerah disore hari, kini ia tengah memikirkan sebuah kalimat yang dilontarkan oleh lelaki yamg pernah sempat menjadi bagian dalam hidupnya itu selama tujuh belas tahun lamanya, sebuah kalimat tentang ucapan yanh membuat hatinya merasakan denyutan yang sakit.

Ia pun menatap langit Indah disore hati itu dengan satu buliran tetes air mata yang menetes dikedua sudut matanya, dan menahan rasa sesak dibagian dada.

"Kenapa itu semua membuatku sakit. " Batinnya yang kini memejamkan mata.

Aelyn menarik nafas sedalam mungkin dan kemudian menghapus jejak air mata yang baru saja menetes, dan kemudian Aelyn pun munutup pintu jendelanya dan berjalan menuju keluar kamar.

Aelyn mengedarkan pandangannya mencari gadis kecilnya yang sudah beranjak dewasa. Ia pun mengetuk pintu kamar sebelah yang bernuansa putih itu, "Nak.. Kau didalam? Maukah keluar bersama Ibu?"

Tidak ada sahutan pun dari dalam membuat Aelyn mencoba membuka ganggang pintu itu, namun nihil pintu kamar itu pun terkunci dari dalam, "Aily.. Kau tidur?"

Lagi dan lagi Aelyn tak mendapat sahutan dari putrinya. Aelyn pun menghela nafasnya dan mengangguk mengerti, ia pun berjalan menuruni anak tangga menuju dapur, mengambil segelas air dan langsung meneguknya.

Hampa dan sunyi..

Itulah yang kini dirasakan oleh Aelyn dikediamannya saat ini, rumah yang ia tempati semenjak sang Suami pergi meninggalkannya dan lebih memilih wanita itu. Dan juga, Putri satu satunya yang ia miliki saat ini mulai mendiaminya beberapa bulan terakhir.

Masih sama seperti bulan sebelumnya, Aily mendiami dirinya semenjak kejadian disaat dirinya kurang fokus untuk menjaga putrinya. Hanya satu pertanyaan dan satu jawaban saja yang dilontarkan oleh mulut putrinya. Aelyn merasa sangat bersalah akan hal itu.

Aelyn pun beranjak beralih mengambil kunci mobilnya dan keluar menuju kesuatu tempat.

Kini tibalah ia disebuah tempat yang mungkin tempat ia bisa mengadu.

Aelyn melangkahkan kakinya keluar mobil dan menuju tempat peristirahatan terakhir manusia manusia yang sudah lama pergi. Tak lupa Aelyn membawa dua buah bucket bunga Anggrek Putih sambil senyuman nanar yang terpancar dari kedua sudut bibirnya. Aelyn menatap rak kaca yang kini sudah direnovasi untuk satu keluarga. Buliran air mata kini sudah mulai keluar satu persatu melalui sudut matanya, "Aku rindu.. " Ucapnya dengan suara yang bergetar.

"Aku rindu Ibu.. Ayah.." Lanjutnya yang tak kuat lagi menahan air matanya.

"Kenapa ini terjadi padaku lagi? Kenapa? Tidakkah kalian ingin membantuku?" Tanyanya menyentuh kaca bening itu.

"Dan saat ini Putriku juga sangat membenciku." Ucapnya mengigit bibir bawahnya.

"Aku ingin ikut bersama kalian.." Tangisnya pecah saat itu juga. Jujur Aelyn tidak mempunyai tempat untuk mengadu.

Lalu beralih menatap kaca di samping milik Ayah dan Ibunya, "Hai.. Anak Ibu.. Kalian baik baik saja?" Tanya Aelyn mengusap kaca bagian anak anaknya.

Escape From The Past✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang