Menjadi seseorang yang biasa di cap BAD ga ngaruh dengan kehidupan saya. Sikap yang blak-blakan membuat orang-orang tidak memiliki nyali untuk berbicara dengan saya. Bodo amat,satu kata untuk menghindari celotehan yang gak berkualitas dari orang lai...
“Jika boleh,aku ingin berkata bahwa aku mencintaimu karena-Nya. Jika boleh,aku ingin melihatmu untuk yang terakhir kali nya. Iya,aku egois!oleh karena itu,aku lebih memilih pergi! Daripada bertahan namun percuma. Jika akhirnya aku harus pergi,maka aku lebih memilih tak mengenal mu sebelumnya.”
☕ Muhammad Kamal Rizwan Al Huda☕
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pergi? Mungkin itu cara yang terbaik daripada bertahan. Terkesan egois kan? sebenarnya aku bukan tipe yang suka lari dari masalah,hanya saja aku lebih memilih ke negara orang,memulai hidup baru disana dan menjadi manusia yang bermanfaat juga disana.
Sedari tadi, Naysha terus-menerus menempel tak ingin aku pergi. Jam keberangkatan ku nanti sore dan aku hanya menghabiskan waktu dirumah aja. Bagaimana mau keluar jika Naysha terus menerus memantau ku layaknya CCTV 24jam. Dia bahkan menyerahkan seluruh anak-anak nya agar aku tak kemana-mana.
Masalah cafe,akan ku serahkan kepada Arsyad, agar dia bisa kerja sambil kuliah. Kebetulan aku sudah mengajari Arsyad tentang beberapa hal dan dia cepat mengerti.
“Abang!!! Ini mainan ku!!!” teriak Azzam dengan nada cempreng nya. Baru saja hendak beranjak,Azzura malah menarikku untuk menjadikan ku bahan percobaan make up nya.
“Ih,om ga bisa diem!! Tunggu dulu!!” Azzura terus menerus memoleskan benda-benda yang ku tak tahu namanya.
“Ini make up kamu?” tanyaku
“Enggak,make up tante Nova,kan mama ga punya makeup” aku melongo,segitu sukanya Azzura dengan bahan make-up sampai-sampai ia meminjam alat make up mba Nova.
“Udah izin?” Azzura menggeleng “Hanif yang curi make-up mamanya,yaudah aku mau aja” kata Azzura polos.
“Kembaliin” titah ku
“Gamau! Ih,om diem aja,nanti blush-on nya ga rata..”
“Apa?bulsh blush apa?” kataku tak paham
“Kepo! Diem aja!” aku hanya pasrah saja sambil duduk menatap keponakan ku yang beda 90° dari ibunya.
Pletak Sebuah mainan dinosaurus mendarat mulus mengenai dahi ku membuatku meringis kesakitan
“Tuh kan,kamu sih! Itu mainannya kena sama om Rizwan!” Rafa memarahi Azzam karena Azzam melempar asal mainannya
“Salahnya om Rizwan,kenapa duduk disitu..” elak Azzam tak mau kalah
“Dasar adek ga ada akhlak” kata Rafa memberikan tatapan datar ke adiknya
“Ih,aku itu berakhlak dan berbudi pekerti luhur...” jawab Azzam.
“Budi itu bukannya bapaknya tetangga sebelah ya?” tanya Hanif