"Jadi kemarin kamu di seruduk mobil Byson Tentara?"
Aku mengangguk, menjawab dengan santai pertanyaan Evan yang sarat akan keterkejutan menanggapi ceritaku.
Evan menggeleng, tidak menyangka jika alasanku menumpang mobilnya, dan memintanya untuk mengantarkanku ke tempat pameran adalah kecelakaan yang tidak kusengaja kemarin.
"Dan demi nyelametin kucing jelek yang tadi pagi kamu taruh di Garasi?"
Aku langsung merengut saat Evan mengatai kucingku yang kuberi nama Melo itu jelek, apa dia tidak melihat jika Melo adalah kucing termanis yang kumiliki. Tanggapan Evan soal hal yang aku sukai sangat bertolak belakang dengan tanggapan Kapten Aria kemarin.
"Melo emang jelek, tapi seenggaknya Kucing itu hewan setia!" jawabku dengan dongkol, pikiranku langsung badmood saat mengingat penyebab hilang fokusku kemarin, gara-gara aku melihat mobil seperti milik Evan ini dengan perempuan hamil.
"Kenapa sih kamu ini, Yang? Dari tadi malem ngomongin soal setia sama selingkuh terus." suara Evan meninggi, membuatku langsung membuang muka karena aku takut kehilangan kendali atas emosiku. "Aku tuh khawatir sama kamu, nyelametin kucing sampai bikin mobilmu penyok. Untung kamu nggak celaka. Mana baru bilang lagi kalo kamu habis kena musibah, kenapa nggak cerita dari tadi, Yang?"
Tanpa bisa kutahan lagi, tatapan sinis kulemparkan pada Suamiku ini, rasanya sangat konyol mendengar suaranya yang sarat akan kekhawatiran tersebut.
"Gimana aku mau ngasih kabar ke kamu, kalo kamu bahkan nggak ngabarin aku sama sekali. Kamu lupa ingatan kemarin aku nungguin kamu pulang sampai subuh?"
Evan berdeham, terlihat salah tingkah dengan jawabanku barusan yang memojokkannya, terlihat jelas jika dia sedang kebingungan untuk membalas perkataanku.
"Tahu sendirikan aku sibuk di kantor, Yang." aku mendengus sebal mendengar alasan klasik penuh kebohongan itu, bahkan aku tidak bergeming saat Evan meraih tanganku dan menciumnya pelan, sibuk di kantor gundulmu, bohong aja terus sampai aku bisa nemuin bukti. "Janji sama aku, apapun yang terjadi kamu bakal cerita ke aku. Kalaupun aku sibuk, aku akan cepat datang di saat membaca pesanmu."
Aku tahu Evan berbohong kemarin malam, tapi mendengar apa yang dikatakannya sekarang ini membuatku luluh juga, inikah cinta yang terlalu buta? Hingga hanya dengan kalimat manis saja semua rasa kecewa karena kebohongan terhempas dengan mudahnya?
"Kamu tahu kan, kalo kamu adalah prioritas untukku. Aku kerja buat kamu dan masa depan kita, jadi kamu harus jaga diri baik-baik. Jangan di ulangin lagi, ya!"
Aku mengangguk, tersipu malu dengan kalimat penuh perhatian dari Evan. Rasanya sangat membahagiakan saat melihat tatapan penuh cinta dari seorang yang kini menggenggam tanganku dengan begitu eratnya ini, berulangkali mencium punggung tanganku seolah enggan melepaskan.
Akankah ada sisa cinta yang lainnya, jika cinta yang dia berikan padaku sudah sebesar ini?
Aku menggeleng, berusaha mengenyahkan pikiran akan kebohongan kecil Evan yang mengganjal di kepalaku, dan meyakinkan diriku sendiri jika hubungan kami berdua baik-baik saja.
"Kalau emang kamu kerja buat aku, kapan nih ada waktu senggang buat kita liburan. Perasaan dari awal nikah, belum sempat deh kamu ajak aku buat liburan ke luar pulau apa kemana gitu, aku juga mau tahu di ajak Honeymoon kayak yang lain, kamu mah, kalo pergi alasan kantor selalu ada waktu, buat aku nggak."
Tidak ada wajah keberatan di diri Evan mendengar permintaanku, kupikir penolakan yang akan kudapatkan seperti sebelum-sebelumnya karena Evan yang begitu getol mengejar kariernya, tapi Evan justru mengangguk diiringi senyum lebarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir (Ready Ebook)
RomanceAnyelir kira pernikahannya adalah pernikahan paling sempurna, dua tahun dalam mahligai pernikahan dengan seorang Pengacara, tidak seharipun dia tidak bahagia walaupun pernikahan mereka belum di karuniai seorang buah hati. Evan Wijaya, begitu nama su...