Pembalasan

7K 931 118
                                    

"Anye, Sayang. Kenapa kamu telepon Mama minta Mama kesini, Nak?"

Baru saja datang Mama Anita sudah memberondongku dengan banyak pertanyaan, seorang wanita paruh baya yang dulu merupakan Customerku yang paling royal ini merupakan mertuaku.

Sosok yang menyayangiku layaknya Mama kandungku, aku tidak tahu kenapa Mama begitu menyayangiku, diantara banyaknya perempuan muda nan cantik dengan karier gemilang di sekeliling Evan, Mama Anita hanya mengizinkan Evan menikahiku.

Aku yang notabene adalah perempuan pekerja dari kalangan biasa yang kebetulan bekerja di sebuah perusahaan Bonafide.

Kupikir waktu enam bulan aku sudah cukup mengenal Evan untuk memutuskan menerima pinangannya, sikapnya yang santun, dan tutur katanya yang lembut menepis ketidakyakinanku akan keseriusannya dalam membawaku kedalam ikatan pernikahan.

Aku bukan perempuan munafik yang mengejar sesuatu berdasarkan cinta buta semata, disaat seorang yang mapan secara finansial, berkepribadian baik, dan berasal dari keluarga yang terhormat, maka kupikir tidak ada alasan untukku menolak pinangannya, sayangnya cintaku yang tumbuh, dan semakin menguat dalam sebuah ikatan pernikahan kini harus ternoda dengan sebuah pengkhianatan yang bahkan sudah berbuah menjijikkan.

Seluruh tubuhku rasanya bergidik ngeri, membayangkan jika selama ini bukan aku satu-satunya yang disentuh oleh suamiku, itu terlalu menyesakkan dan menjijikan di saat bersamaan.

Dan sekarang, biarkan Mama mertuaku yang menghukum anaknya sendiri atas kesalahannya yang terlampau keterlaluan.

Rasanya sangat menyesakkan sekarang ini melihat wajah khawatir Mama mertuaku, takut jika ada hal buruk terjadi padaku atau anaknya karena aku yang tiba-tiba menghubungi beliau untuk segera datang ke Hotel, pesanku pada beliau yang mewanti-wanti untuk tidak menghubungi Evan ternyata membuat beliau benar-benar panik.

Aku menggandeng Mama mertuaku kembali masuk kedalam Hotel, menuju restoran tempat dimana Putranya sedang makan malam romantis dengan selingkuhannya.

"Nggak apa-apa, Mama. Anyelir mau ngasih kabar bahagia buat Mama."

Langkah Mama Anita terhenti, binar bahagia terlihat di wajah beliau saat mendengar apa yang kukatakan, membuat hatiku semakin miris merasakan kegagalanku sebagai wanita yang sempurna.

"Kamu hamil, Anye?" binar mata bahagia terlihat di wajah Mama Anita, tidak membiarkanku berbicara lebih jauh, "Alhamdulillah ya Allah, sudah berulangkali Mama bilangkan, disaat waktunya tiba, kamu bakal dapat kepercayaan."

Sesak, bahkan untuk bernafas pun rasanya begitu sulit saat mendengar harapan dari Mama Anita, untuk memberitahukan yang sebenarnya akupun tidak mampu, rasanya begitu berat saat sekarang ini Mama tidak hentinya bertubi-tubi menciumku penuh syukur.

"Bu, dengarkan penjelasan Anye dulu."

Panggilan Aria yang menginterupsi kalimat Mama Anita adalah hal paling melegakan sekarang ini, dengan tatapan keheranan, beliau menatapku dan Aria bergantian, menilai sosok yang sejak tadi berdiri di belakang kami dengan keheranan.

"Siapa dia, Nye? Mama pikir dia nggak sengaja barengan sama kita, kok masih disini."

"Dia Aria, Mama. Teman Anye."

"Teman Evan juga?"

Aku menggeleng, "Bukan Mama, Aria Tentara yang trucknya nabrak gara-gara Anye, dan kebetulan yang ngaterin Anye kesini buat ketemu anak Mama," kembali aku menggandeng beliau membawa Mama mertuaku ini masuk kedalam Restoran, dan semakin dekat pada Anaknya.

Kuhela nafas panjang saat langkahku semakin dekat dengan Evan, melihat dua orang yang saling menatap penuh cinta hingga tidak sadar, ditengah keramainan restoran privat ini, ada aku diantara mereka.

Anyelir (Ready Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang