Rencana Tuhan

6.8K 832 48
                                    

"Saya tidak tahu bagaimana hubunganmu dan Putri saya, tapi mendengar jika Anda yang membawa Putri saya kerumah sakit, saya ingin meminta tolong, Pak!"

Wanita paruh baya tersebut mencegahku yang hampir saja masuk kedalam ruang rawat Anyelir, belum sempat aku mengutarakan tanya siapa beliau, dengan apa yang langsung beliau todongkan padaku barusan membuatku tahu jika beliau adalah orangtua kandung Anyelir.

Wajah was-was terlihat di mimik beliau saat melihatku, membuatku dengan cepat memasang senyum ramah, astaga, kadang aku lupa jika wajahku terlalu angker, dan sering membuat orang salah paham.

Aku tidak segarang penampilanku jika Orang mengenalku dengan baik.

"Aria, Bu! Saya Aria, dan kebetulan saya teman Anyelir." kuraih tangan beliau, memberi salam pada sosok orangtua dari perempuan yang sudah membuat hatiku jatuh tersebut. "Bagaimana keadaan Anye, Bu? Sudah lebih baik? Maaf kemarin saya harus buru-buru pergi dan hanya bisa mengabari Bu Anita karena membereskan Suami Anye dulu."

Terkejut, itu yang tergambar di wajah beliau sekarang ini, sebelum beliau bisa menguasai keadaan dan menyampaikan permintaan yang sempat tertunda.

"Kamu tahu masalah rumah tangga yang Anye alami, Nak?" dengan cepat aku mengangguk, aku memang manusia dengan status orang asing paling kurang ajar mungkin, dalam perkenalan singkat sudah ingin dan ikut campur terlalu dalam, tapi bagaimana lagi, sedari awal bertemu dengan Anye, pemilik paras ayu, dan sikap penyayangnya terhadap siapapun sudah membuatku jatuh hati, membuat reflekku untuk melindunginya bangkit tanpa harus diminta.

Melihatnya menangis meraung, dan disakiti suaminya tanpa ampun saja sudah membuatku serasa gila sendiri.

Terlebih saat tempo hari bagaimana suaminya yang kelewat sinting itu melukainya, mungkin aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sampai malam itu aku tidak putar balik dan kembali menemuinya.

Suaminya mungkin hebat sebagai Pengacara para artis di Negeri ini, terkenal, dan dipuja oleh banyak orang, tidak sedikit yang mengidolakannya, tapi ternyata dia memang laki-laki yang brengsek, bukan hanya menduakan Anye yang tidak bisa kunjung hamil, tapi niatku untuk mengamankannya ke kantor polisi justru membuka lembar buruk Evan Wijaya lainnya.

Dibalik kesempurnaannya sebagai seorang pengacara yang handal, ternyata dia merupakan pecandu kokain, penyebab dia tega melakukan kekerasan pada Anye dan kehilangan kendali adalah karena dia sedang dibawah pengaruh dari barang haram tersebut.

Evan Wijaya, aku memang tidak mengenalnya, hanya melalui Anyelir aku bersinggungan dengan laki-laki tidak tahu diri sepertinya, tapi karena ulahnyalah, selama dua hari ini aku direpotkan olehnya, waktuku yang seharusnya aku gunakan untuk melihat keadaan Anyelir yang tumbang akibat masalah bertubi-tubi yang menimpanya, justru harus ku habiskan untuk memberi keterangan di Kantor Polisi.

Menyedihkan memang nasib Evan Wijaya sekarang, imbas dari pengkhianatan yang membuat banyak hati terluka, sudah ditinggalkan Istrinya, tidak dianggap oleh orangtuanya sendiri, dan sekarang narkoba membelitnya, hanya tinggal hitungan waktu karirnya akan hancur.

Efek serakah, dan juga kebohongan memang mengerikan.

Dan sekarang, melihat Mamanya Anye tampak begitu sendu saat menatapku, aku tahu, selama dua hari tidak bertemu dengan Anye, serta keputusanku meninggalkan Anye waktu itu hanya dengan Mama mertuanya adalah keputusan yang sekarang kusesali, aku tahu, ada hal buruk yang sudah menimpa wanita baik hati dan penyayang tersebut.

"Anye memang supel, ramah terhadap siapa saja, tapi Anye orang yang tidak mudah percaya orang asing, tapi melihat Anye begitu mempercayaimu dibandingkan temannya yang lain, Tante yakin, kamu bisa membantu Anye kali ini. Tante mohon, Nak Aria!"

Perasaanku yang sudah tidak karuan semakin menjadi sekarang ini mendengar apa yang dikatakan Mamanya.

"Tante mohon, bantu Anye bangkit dari rasa terpuruknya, Nak. Tante mohon."

🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱

Anyelir.
Si cantik bunga carnation, bunga indah yang mengandung banyak makna dan arti disetiap warnanya, sama seperti Mawar.

Bunga indah yang kadang justru berada ditempat duka, tanpa pernah orang-orang tahu, jika bunga tersebut melambangkan sebuah ketulusan yang teramat sangat.

Sama seperti filosofi yang terkandung di dalamnya, Anyelir yang kukenal karena insiden yang tidak terduga itupun begitu mudah dicintai, membuatku langsung jatuh hati, dan tergerak untuk melindunginya.

Senyuman manis yang terlihat begitu menawan di kalo pertemuan kami berdua, kini tidak tersungging lagi di bibirnya yang pucat, wajah cantik nan ramah itupun kini tampak suram, menatap kosong lurus kedepan tidak menghiraukan apa yang dikatakan Papanya.

Aku seorang yang berhati keras, tumbuh menjadi anak tunggal Fadhilah yang dibesarkan oleh Kakekku, membuatku terbiasa acuh dan mencoba tidak peduli pada sekeliling, aku tidak ingin kebaikanku di salah artikan mereka yang ingin memanfaatkanku, tapi melihat betapa hancurnya Anyelir sekarang ini, hatiku serasa diremas kuat.

Rasanya seperti merasakan sesak yang dirasakan Anyelir sekarang ini, terasa begitu menyakitkan saat wajah cantik itu tanpa harapan, turut merasakan ketidakadilan karena orang sebaik dirinya harus menerima cobaan dalam waktu yang bertubi-tubi.

Bukan hanya dikhianati suami, tapi juga keguguran karena tubuhnya yang terlalu lemah, fatal memang, kehamilan yang diharapkan Anye justru hadir disaat rumah tangganya diambang kehancuran, harus kehilangan disaat dia belum mengetahui hadirnya.

Rasa bersalah menyelimutiku, seharusnya tempo hari aku memaksanya untuk pergi kerumah sakit, bukan malah membiarkannya pulang kerumah seperti neraka yang berbentuk panggung sandiwara tersebut sendirian.

Seharusnya aku tetap menemaninya, bukan malah meninggalkannya hanya demi melihat rumah yang akan dia tempati.

Kuusap wajahku gusar, kenapa rasa bersalah menghantamku begitu keras, hanya dalam waktu sekejap Anyelir sudah menguasaiku, dan kali ini membuatku bertekad, tidak peduli dengan stigma masyarakat yang menyebutku sebagai seorang yang memperkeruh rumah tangga orang, aku tidak akan membiarkan kesedihan dan kemalangan menimpa Wanita baik yang sudah mencuri seluruh hatiku ini.

Cinta, rasa yang tiba-tiba hadir dan memenuhi hatiku tanpa bersisa lagi ini kini menjadi peganganku untuk melangkah mendekat pada sosoknya yang rapuh.

Rasanya tidak bisa ku percaya, seumur hidupku aku selalu menganggap diriku sempurna tanpa harus ada wanita di sisiku, mengabaikan rasa cinta yang menurut orang penyempurna hidup, tapi sekarang, rasa itu merajai hatiku, wanita baik hati yang kini tertegun penuh kepedihan ini yang merebut semuanya tanpa tersisa, dan semakin aku dekat dengannya yang kini duduk diatas kursi roda, semakin hancur diriku melihat kesedihannya.

Seolah mengerti aku yang ingin berbicara dengan Anyelir, Papanya hanya menatapku sekilas, mengangguk tanpa terlihat sebelum pergi dan mengizinkanku untuk menemui putrinya.

"Anyelir."

Suaraku tercekat saat berlutut didepannya, merasa dadaku serasa dihantam kuat melihat wajah sendu itu meneteskan air mata. Berjuta kali menyakitkan, beberapa hari lalu aku masih melihatnya menertawakan suaminya yang ketahuan berselingkuh, dan sekarang kehilangan calon bayinya menyempurnakan keterpurukannya.

"Aria, aku kehilangannya, Aria!" suara lirih itu keluar, penuh kesakitan dan kepiluan yang menyayat, telapak tangan kecil itu mencengkeram dadaku kuat, menyalurkan rasa sakit yang mungkin tidak bisa dilukiskan dengan kata.

"Seharusnya aku dengerin kamu, Aira! Seharusnya aku dengerin kamu."

Aku tidak bisa menahannya lagi, kudekap erat tubuh rapuh kedalam pelukanku, aku tidak bisa menghiburnya dengan kalimat, tapi aku ingin Anyelir tahu, jika sekarang ada aku yang akan menjadi tempatnya berbagi duka.

Cinta itu mungkin datang terlalu cepat, tapi siapa yang bisa menampiknya? Dan kini aku sedang memperjuangkan cintaku yang sedang hancur, berusaha menguatkannya dan memastikannya baik-baik saja.

Bukankah Tuhan selalu mempunyai rencana disetiap pertemuan.

TBC

Anyelir (Ready Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang