Dan Semuanya terbuka

6.7K 779 84
                                    

"Kamu benar-benar mengajakku makan malam?"

Kembali aku mendapatkan pertanyaan dari Kapten Aria, aku bisa saja meminta Aura untuk menemaniku menuju Restoran tempat Evan akan dinner romantis dengan entah siapa.

Tapi aku justru mengajak Kapten Aria, lagi-lagi menyeret laki-laki yang tidak banyak bicara itu untuk menyaksikan betapa menyedihkannya kisah rumah tanggaku.

"Iya Kapten." aku mencoba tersenyum, berusaha tampak baik-baik saja untuk memenangkannya, "Hitung-hitung tanda terimakasihku sudah mengenalkan aku pada Pengacara Perdata hebat seperti pengacara keluargamu."

Mengerti aku yang ingin mengalihkan pembicaraan, Kapten Aria mengangguk, mengiyakan apa yang kukatakan, "Om Johan memang yang terbaik, Anyelir. Satu-satunya pengacara yang dipercaya Kakek buat handle semua urusan aset Perusahaan."

Kapten Aria, semakin aku mengenal tentang dirinya, semakin banyak hal mengejutkan yang kuketahui, dia adalah sosok laki-laki idaman, dibalik latar belakang keluarganya yang merupakan pengusaha, Kapten Aria justru memilih menjadi seorang Tentara, pekerjaan sarat kehormatan walaupun jika dinilai dari rupiah sangat kecil hasilnya.

Satu hal lagi yang membuatku terkejut, berbeda denganku yang tumbuh dan besar di keluarga lengkap yang hangat, Kapten Aria merupakan Yatim Piatu, Kakeknyalah satu-satunya orangtuanya.

Kapten Aria adalah definisi Putra Mahkota pewaris kerajaan Bisnis di dunia nyata yang sebenarnya, satu hal yang tidak kusangka-sangka dari pembawaannya yang begitu sederhana.

Sangat jauh berbeda dengan Evan yang begitu stylist dan concern akan penampilannya.

Kenyataan akan siapa orang yang ada di depanku inilah yang membuatku menjadi segan pada Kapten Aria, berulangkali merepotkannya, dan harus melihat masalah rumah tanggaku yang runyam dan penuh drama.

"Maaf ya, Kap." aku meremas tanganku, begitu sungkan karena sudah banyak merepotkannya, bahkan untuk menatap wajahnya saja aku merasa tidak pantas. "Kita baru mengenal, tapi aku sudah terlalu banyak meminta tolong ke Kapten."

"Aria."

"Hah?" aku mendongak, merasa jawaban Kapten Aria sangat jauh dari permintaan maafku.

Tapi Kapten Aria justru melangkah mendekat padaku, berdiri tepat di depanku agar aku menatapnya, menatap manik mata coklat gelap yang terbingkai alis tebal dan tajam, pandangan mata yang berpendar penuh kehangatan, seolah memberitahu, jika semuanya akan baik-baik saja.

"Panggil aku Aria, Anyelir. Panggil aku layaknya seorang teman dengan benar, dan jangan merasa sungkan untuk meminta pertolongan dariku, bukankan Allah selalu mempunyai rencana dan alasan di setiap pertemuan?"

"............"

"Dan saat Allah mempertemukan kita disaat kamu bertubi-tubi mendapatkan masalah, aku tahu, Allah memang memintaku untuk menjagamu melewati ujiannya ini, jadi berhenti untuk merasa sungkan dan merepotkanku, hingga masalahmu selesai, aku akan menunggu dan menjagamu dari belakang."

🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱

Hotel J** Ma****
Pukul 20.00

"Kap_" panggilanku pada Aria yang nyaris kembali memanggilnya Kapten langsung terhenti saat tatapan penuh teguran dia layangkan padaku, membuatku langsung meringis memamerkan gigiku karena kebiasaan yang sulit terganti ini. Rasanya sangat segan untuk hanya memanggilnya dengan nama pada sosok seberwibawa dirinya ini.

Tapi setelah semua hal yang dia lakukan, rasanya akan sangat keterlaluan jika aku tidak mau mengabulkan permintaan kecilnya ini.

"Aria maksudku, aku belum terbiasa memanggilmu hanya nama."

Anyelir (Ready Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang