25

6.4K 818 41
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Add library dua cerita di atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Add library dua cerita di atas

Kupandangi lembar kertas yang ada di tanganku, satu tulisan yang merupakan hal paling dihindari dari setiap pasangan yang menikah, sayangnya takdir tak bisa kutolak, pernikahan yang awalnya begitu indah berakhir dengan selembar kertas berupa Akta cerai.

Janda, itu status yang kusandang di usiaku yang ke 27. Kehilangan suami dan anak di saat nyaris bersamaan, tapi setidaknya perpisahan ini membawa kelegaan padaku.

Selama beberapa minggu nafasku seperti tercekik karena mengetahui perselingkuhan suamiku hingga berbuah kehamilan, kini aku merasa terbebas, dari belenggu kebohongan suamiku.

Lebih baik sendiri daripada hatiku harus tergadai.

"Kamu puas sekarang? Sudah menceraikan Evan dan mendapatkan semua hartanya?"

Langkahku terhenti saat suara perempuan tidak tahu malu yang sudah menghancurkan rumah tanggaku terdengar.

Aku menarik nafas panjang, mengumpulkan kesabaranku saat mendengar suara langkah berat di belakangku yang semakin mendekat.

Dengan senyum yang selalu tersungging di bibirku aku berbalik, berhadapan dengan setan berwujud manusia cantik ini, penampilannya kini berbeda, tidak ada perut buncit lagi, midi dress yang memamerkan kaki jenjang itu tampak sexy membungkus tubuhnya.

Benar-benar jalang yang tidak tahu tempat, seketika rasa jijik menyergapku, memikirkan betapa rendahnya selera seorang mantan suamiku yang tidak lebih dari sekedar murahan sepertinya.

"Tentu saja aku puas!" aku bersedekap, membalas tatapan menantangnya, setelah semua yang terjadi, dia pikir aku tidak berani dengannya. "Puas melihatnya kembali ke titik nol, baik dari materi maupun prestasi. Kasihan sekali dirimu, menjadi pelakor tapi tidak mendapatkan apa pun."

Aku mendekat, menikmati wajahnya yang sudah memerah menahan amarah, niat awalnya untuk membuat emosi selalu tidak berhasil, "Bagaimana? Apa kamu masih mau dengan Evan setelah dia menjadi kere, asal kamu tahu, bahkan Mamanya ada di pihakku, dan jangan berharap jika kamu akan diterima sebagai menantu di keluarga Wijaya hanya karena kamu mempunyai anak dari Evan." kusentuh bahunya dengan ujung jariku, terlalu jijik padanya, "keluarga Wijaya tidak menerima sampah sepertimu. Dan bahkan sampai sekarang aku ragu jika dia anak Evan."

Anyelir (Ready Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang