3:Toko Barang Antik

50 11 0
                                    

Written by: Lia

* * *

"Kalian masih ingat perkataan Ryma kemarin?”

Sejenak, Rachel dan Edwin menghentikan kegiatan sarapan mereka ketika mendengar pertanyaan Andy. Mereka bertiga saling bersitatap, antara percaya dan tidak dengan pesan Ryma. Masih terngiang-ngiang di benak ketiganya tentang kota Halloween. Apakah kota itu ada di Southville?

"Ah, itu hanya karangan Ryma saja. Sudahlah, tidak usah dipikirkan.” Edwin kembali melahap makanan di hadapannya. Akan tetapi, pikiran Rachel dan Andy masih terusik. Rachel menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, Ed. Aku yakin Ryma tidak mengarang cerita tentang kota Halloween itu.”

“Bagaimanapun juga, Ryma selalu tahu tentang sejarah dari berbagai banyak kota dan negara. Bahkan, mungkin dia lebih tahu mengenai Kota Southville ini,” ujar Andy seolah-olah menyetujui perkataan Rachel.

Edwin yang sedang sibuk dengan sarapannya langsung mengangkat wajah. Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Ia meletakkan sendok dan garpunya di atas piring. Mengapa kedua sahabatnya itu jadi percaya kepada Ryma? “Ada apa dengan kalian? Kalian percaya dengan Ryma?” seloroh Edwin.

Rachel dan Andy tak menjawab. Itu sudah cukup menjelaskan pada Edwin bahwa kedua sahabatnya itu benar-benar percaya. Edwin mengembuskan napas kasar. Tiba-tiba selera makannya hilang.

“Lupakan kota Halloween yang dikatakan Ryma. Itu hanya ada di dalam dongeng,” pinta Edwin menatap Rachel dan Edwin bergantian. “Atau liburan kita akan semakin buruk hanya karena terobsesi dengan omong kosong Ryma. Ingat! Kota Halloween hanya dongeng.”

“Halloween?”

Rachel, Andy, dan Edwin menoleh bersamaan. Terlihat Nenek berjalan ke arah meja makan dengan sepiring kue cokelat di tangannya. Nenek meletakkan piring itu di meja, lalu membuka mulut. “Ada apa dengan Halloween? Kalian ingin merayakannya di sini?”

“Emm, Nek.” Rachel tampak ragu melanjutkan perkataannya.

Nenek tersenyum. “Ada apa, Sayang? Lanjutkan pembahasan kalian tentang perayaan Halloween. Tak lama lagi, hari itu akan datang.”

“Apakah kota Halloween itu nyata?” tanya Andy mewakili Rachel.

Seketika wajah semringah Nenek berubah. Tersirat sebuah ketakutan dan rasa marah di sana. Rachel, Andy, dan Edwin yang melihat perubahan ekspresi Nenek sedikit terkejut. Wanita tua itu langsung menatap tajam pada cucu-cucunya itu. “Berhenti mencari tahu tentang kota Halloween!” perintah Nenek tegas.

“Kenapa, Nek? Apa itu benar-benar ada?” Rachel sangat penasaran. “Ceritakan hal i–"

“Rachel!” Mata Nenek menajam. “Jangan bahas itu!”

Hening. Tidak ada yang berani membuka mulut saat Nenek sedang marah. Rachel, Andy, dan Edwin menunduk dalam. Mereka akan menurut jika wanita tua itu sudah memberikan peringatan dengan sekali bentakan.

“Sekali lagi Nenek beri kalian peringatan. Jangan membahas kota Halloween,” tegas Nenek. Ketiga sahabat itu mengangkat sedikit wajah mereka. "Dan, jangan berusaha mencari tahu tentang kota itu!”

***

Hari itu, suasana Kota Southville sedikit ramai. Ada beberapa orang yang tengah menikmati musim gugur dengan berjalan-jalan mengelilingi kota. Rachel merapatkan jaketnya. Ia merasa agak kedinginan. Andy dan Edwin yang melangkah bersisian dengannya tengah mengamati keindahan Kota Southville. Sesekali, Edwin mengabadikan momen itu dengan kamera digital miliknya.

The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang