11:Peraturan Permainan & Teka-Teki Pertama

37 10 0
                                    

Written by: Nida

* * *

Ketiganya sudah berada di hadapan anak kecil bertopeng kelinci itu. Seketika mereka saling melempar pandangan, dan kembali menatap pada anak itu yang melihat pada remaja itu dengan sedikit mendongak, memang posisinya mereka lebih tinggi dari dirinya.

"Mengapa dari tadi kau terus saja memperhatikan kami? Apa kau perlu bantuan? Bicaralah," ujar Rachel, sampai di sana. Anak itu mengeluarkan gulungan kertas dari bagian belakang celananya. Lalu, memberikan kepada Rachel. Kenung gadis itu berkerut, memperlihatkan raut wajah yang kebingungan. Apa yang sebenarnya anak kecil itu berikan?

Rachel menatap satu per satu kedua sahabatnya itu, mereka mengangguk. Lalu, dia membuka gulungan itu dengan perlahan. Pita merah menjadi pengikat benda itu, yang mengharuskan dibuka terlebih dahulu.

Sekitar dua puluh detik, akhirnya gulungan itu Rachel buka perlahan. Di dalamnya berisi tulisan-tulisan yang cukup dimengerti. Tulisannya pun tidak seperti tangan orang dewasa, melainkan berisi coretan anak kecil yang baru bisa menulis.

"Kalian harus menyelesaikan teka-teki yang akan aku berikan. Dan kalian harus bisa menjawabnya dan berhasil melakukannya. Tapi sebelum itu, ada peraturan yang harus diikuti. Jika tidak ... Semua tidak akan berjalan dengan lancar!" ucapan anak itu membuat mereka tercengang.

Seperkian detik ketiganya terdiam dalam kebisuan. Apa maksudnya anak itu berbicara seperti itu? Rachel, Andy dan Edwin tersadar dalam keheningan. Lalu, Edwin memecahkan keheningan tersebut. "Teka-teki? A--apa maksudmu?" tanya Edwin dengan gugup.

Lalu, sang anak menyeringai dalam balik topeng berkarakter kelinci itu. Lalu, mengatakan, "teka-teki pertama." Seketika anak itu terdiam, dan melanjutkan ucapannya. "Benda itu ada di mana pun. Terutama di tempat ini. Setiap acara halloween, benda itu selalu ada. Tapi dia beda dari yang lain."

Tanpa clue yang lebih banyak, anak itu berlari menghampiri yang lain. Ia bermain, berlari ke sana ke mari dengan riangnya. Layaknya anak-anak yang senang akan permainan yang tidak ada duanya itu. Lantas pikiran ketiga remaja itu kembali tenggelam dalam benaknya masing-masing.

Rachel membaca deretan huruf yang terangkai di kertas lusuh itu. Ada sepuluh nomor tertera di sana dengan berbeda-beda tulisan di setiap nomornya. Di bagian atas terdapat satu kalimat yang membuat mereka saling menatap.

"Peraturan?" Andy mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi mencekam.

"Aku tahu! Kita akan diberi sebuah teka-teki. Tapi, kita harus mengikuti peraturan yang ada di sini," ucap Edwin sambil menjentikkan ibu jari dan telunjuknya.

"Lalu, bagaimana jika kita tidak mengikuti aturan ini? Apa akan terjadi sesuatu?" Rachel membuat suasana kembali menakutkan.

Namun, Edwin berhasil meyakinkan keduanya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Mereka belum membaca seluruhnya, Andy meminta Rachel untuk membaca semua peraturan yang tertulis di kertas itu.

"Peraturan pertama. Tidak boleh menunjuk dengan telunjuk saat menemukan sesuatu yang berhubungan dengan teka-teki. Kedua, tidak boleh mengambil sesuatu sebelum memecahkan teka-teki. Ketiga, ketika bertemu anak bertopeng dengan karakter kucing, tidak boleh menyapa ataupun saling menatap." Rahel menarik napas dan melanjutkan bacanya sampai selesai.

Tiba di peraturan ke sepuluh membuat ketiganya kembali dibuat kaget. Isinya adalah 'Bila di antara kalian ada yang menyebutkan kata halloween di sebuah tempat yang salah, maka satu di antara kalian akan lenyap'

Mereka segera bergegas mencari teka-teki yang dilontarkan anak tadi. Kakinya melangkah menyusuri jalanan kota yang cukup ramai, tapi terasa menyeramkan. Tak ada suara yang keluar. Mereka benar-benar dalam fokusnya masing-masing.

Mengingat teka-teki yang harus diselesaikan. Lelah menyelimuti para tiga remaja itu, setelah seharian berlari karena menuju gerbang yang entah di mana ujungnya, yang pasti tempat itu seakan-akan sedang mempermainkan mereka.

"Menurutmu apa yang dimaksud anak kecil itu, Ed?" Andy bertanya memecah keheningan.

"Sampai saat ini aku masih berpikir, sebenarnya apa yang dimaksudkannya. Tapi yang pasti, kita harus menemukan itu!" ucapannya mendapat anggukan dari Andy dan Rachel yang berada di sampingnya.

"Menurutku itu cukup sulit. Sesuatu yang selalu ada di mana pun, dan terutama di kota ini? Berbeda dengan yang lain? Hmm, teka-teki yang sulit ditebak." Edwin mengetuk dagunya sebayak tiga kali tanda berpikir.

"Apa mungkin permen?" ujar Rachel yang membuat kedua sahabatnya itu tertawa kecil. Pikiran Rachel hanya ada permen saja. Mungkin dirinya merindukan permen di pusat kota yang selalu ia beli bersama ayah dan ibunya.

"Tidak-tidak! Bukan itu Rachel, kenapa dipikiranmu hanya ada permen saja. Ayolah!" Rachel hanya cengengesan mendengar ucapan Andy

Netra Andy menerawang ke atas, melihat berbagai pernak-pernak Halloween menggantung di atap rumah dengan begitu indahnya. Membuat bibirnya melengkung ke atas menghasilkan sebuah senyuman tipis.

Matanya terhenti, dan memukul pundak kedua temannya. "Aku tahu jawabannya!"

Dengan sangat antusias Rachel dan Edwin mendengar penuturan Andy. Mungkin jika jawabannya adalah itu, tapi ada satu hal yang membuat mereka baru sadar, anak itu mengatakan 'Berbeda dari yang lain' itulah yang ketiganya kembali bingung dalam menyelesaikan masalah.

Mata Rachel menangkap sekeranjang labu yang tidak ada penjaganya itu. Dirinya mendekat yang disusul oleh Edwin dan Andy. Ia memegang labu itu dan mengambilnya satu biji. Edwin sudah melarang agar tidak dibawanya, tetapi sifat keras kepala Rachel tidak bisa dihilangkan meski dalam keadaan seperti itu.

"Banyak sekali ini," ucap Rachel sambil menatap kedua sahabat laki-lakinya itu.

Namun, kali ini mata Andy melihat sesuatu di dalam keranjang itu. Ia sangat kebingungan, dan mengambil sesuatu yang menurutnya unik. Sebuah labu berwarna ungu menarik perhatiannya setelah buah yang ada di atasnya diambil Rachel.

"Lihat ini," ucap Andy sambil mengambilnya, lalu menatap temannya dengan tatapan bingung.

Edwin tampak berpikir, ia kembali mengingat teka-teki tadi. Seketika dirinya menjentikkan jarinya sambil tersenyum lalu berkata, "Ya! Ini pasti jawabannya," ucapan Andy tidak dipahami oleh Rachel dan Andy.

"Maksudmu, An? Aku tidak mengerti?" tanya Rachel yang diangguki oleh Edwin.

"Jawaban dari teka-teki itu adalah labu ini. Dia berbeda dari yang lainnya, lihat saja warnanya. Yang kita ketahui tidak ada labu yang berwarna seperti itu, bukan?" Mereka tersenyum, dan mengangguk mantap.

Apa yang dikatakan Andy memang benar, jawabannya adalah labu berwarna ungu. Seketika mereka bersorak ria. Namun, ada takut juga yang menyelimuti. Bagaimana kalau jawabannya salah? Taruhannya adalah nyawa.

Dengan segenap keyakinan dan keberanian mereka memutuskan bahwa jawabannya adalah buah itu. Sekitar lima menit mereka masih berada di sana, sesosok anak kecil bertopeng Singa berlari menghampiri ketiga remaja tersebut.

"Berhasil!" ucap anak itu. "Kalian harus melanjutkan teka-teki selanjutnya," sambungnya diiringi tawa kecil yang menyeringai.

"Apa ini?" tanya Andy dengan sedikit bingung dengan nada yang sedikit gemetar.

* * *

11, Oktober 2020


The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang