Written by: Jenny
* * *
Rachel mengambil gulungan perkamen yang tadi dilemparkan oleh anak bertopeng musang. Tanpa menunggung lama, dia segera membukanya dan membaca apa yang tertulis di situ bersama Andy. Isinya singkat, tapi juga memusingkan di saat yang bersamaan.
Carilah artiku di tempat orang buta bisa melihat.
Omnes me frustra ego autem semper cum volebat. Meus vivit omnis existentia autem mecum pugnare possint. Im 'non telum, sed omnes me opus sit. Quis sum?
Setelah membaca, keduanya saling berpandang-pandangan dengan kening berkerut. Mencari artinya di tempat orang buta bisa melihat? Memangnya ada tempat seperti itu? Bukankah orang buta bisa melihat kalau operasi di rumah sakit? Berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam otak mereka.
“Kita harus ke mana, Rach?” tanya Andy dengan kebingungan.
“Aku tidak paham bahasa Latin, An. Jalan satu-satunya, memecahkan arti kalimat pertama itu,” sahut Rachel.
“Orang buta bisa melihat? Hm ….” Andy menggumam dengan kening berkerut. "Apakah ada rumah sakit di sini?”
“Ataukah ada tempat yang mirip dengan rumah sakit?” sambung Rachel.
“Coba cek di peta,” saran Andy.
Rachel mengambil peta Kota Halloween dari dalam tasnya dan membukanya lebar-lebar. Andy berdiri di samping Rachel dan ikut mengamati seluruh peta. Masalahnya, tulisan nama di peta itu entah bagaimana caranya berubah menjadi kecil, hingga cukup sulit dibaca. Namun, mereka masih mengenali dari bentu bangunannya.
“Bangunan ini terlihat seperti rumah sakit bagiku,” ucap Andy, sambil menunjuk tempat yang dimaksudnya.
“Kita coba cek saja, yuk!” ajak Rachel.
“Oke, tapi kita tidak boleh masuk ke dalamnya,” sahut Andy.
Kedua remaja itu buru-buru pergi ke tempat yang dimaksud. Walaupun baru sehari di situ, mereka sudah mulai hafal dengan rute yang harus ditempuh. Hal itu membuat mereka bisa dengan mudah pergi tanpa harus selalu melihat peta. Keduanya berjalan hati-hati dan bersembunyi dalam bayang-bayang.
Beberapa kali mereka bersembunyi dari anak-anak bertopeng yang berlarian ke sana ke mari. Sesekali terlihat mereka mengetuk pintu sambil berteriak, “TRICK or TREAT!” Tak nampak senyuman karena wajah mereka tertutup topeng, tapi tawa mereka terdengar cukup keras. Menunjukkan kalau anak-anak itu tengah berbahagia.
“Sial! Rach!” panggil Andy berbisik.
“Apa?” sahut Rachel.
“Di depan rumah yang kita tuju ada gerombolan anak-anak bertopeng kelinci,” ucap Andy, sambil menahan diri untuk tidak menunjuk mereka.
“Terus, gimana dong?” Rachel terdengar lelah.
“Coba kita pikir lagi.” Andy menoleh pada Rachel, dengan kerutan di dahi. “Bagaimana kalau itu bukan tempat yang dimaksud?”
“Kenapa seperti itu?” tanya Rachel tidak mengerti.
“Pertama, peraturan mengatakan kalau kita tidak boleh berhubungan dengan anak-anak bertopeng kelinci, lalu kenapa justru mengarahkan kita pada mereka? Kedua, entah kenapa aku terpikir kalau buta ini bukan hanya soal melihat,” jelas Andy panjang lebar.
Rachel diam memikirkan maksud ucapan Andy. Dia bukan tipe orang yang ahli teka-teki, tapi kali ini jelas harus memikirkan matang-matang jawabannya. Nyawa mereka jadi taruhan apabila sampai salah menjawab atau melanggar peraturan. Dia membuka kembali gulungan petunjuk dan terkejut karena ada tulisan lain di dalamnya.
“An!” panggilnya pada Andy.
“Kenapa, Rach?” tanya Andy kebingungan.
“Lihat! Ada tulisan lain di dalamnya,” tunjuk Rachel. “Aneh, ya? Ini pertama kalinya petunjuk muncul dua kali.”
“Hati-hati dengan waktu dan pikiran. Pikiran bisa menyesatkan, waktu bisa membuai,” baca Andy.
“Pikiran itu menyesatkan, waktu itu membuai,” gumam Rachel.
“Pikiran menyesatkan apabila kamu salah mengira, sementara waktu membuai apabila kita terlalu asyik dengan suatu hal,” telaah Andy pelan.
Mereka diam berpikir. Andy agak gelisah karena takut kalau arti waktu di sini adalah batas waktu menjawab. Itu artinya, terlambat sedikit saja, nyawa bayarannya.
“Orang buta. Siapa saja yang bisa jadi orang buta?” tanya Rachel.
“Orang yang memang benar-benar buta, orang yang tidak tahu apa-apa, orang yang … hm, tidak melihat suatu kejadian, orang yang ….” Tiba-tiba, Andy membelalakkan kedua matanya. “Itu dia! Orang yang tidak tahu apa-apa, bisa diartikan kalau dia juga buta. Istilahnya, buta pengetahuan.”
“Kalau begitu, di mana kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan?” Rachel memandang Andy dengan senyum senang.
“PERPUSTAKAAN!” seru keduanya senang.
Setelah itu, mereka pun buru-buru pergi ke satu-satunya perpustakaan di Kota Halloween. Letaknya ada di pusat kota, di dekat semacam lapangan dengan bendera di tengahnya. Masalahnya, pusat kota adalah tempat yang paling ramai di antara lainnya.
Sampai di dekat pusat kota, mereka berhenti dan memikirkan jalan yang bisa dilalui, tanpa harus berhadapan dengan anak-anak bertopeng itu. Andy menarik tangan Rachel beralan menyusuri jalan dalam bayang-bayang. Mereka pun sampai di depan bangunan besar bertuliskan perpustakaan itu.
Tanpa menunggu lama, mereka langsung masuk demi menghindari tatapan beberapa anak bertopeng yang menyadari keberadaan mereka. Sampai di dalam, Andy mengunci pintunya untuk berjaga-jaga. Setelah itu, mereka memandang ke sekeliling perpustakaan.
“Kita tidak punya banyak waktu. Pilihannya hanya tempat kamus bahasa berada,” ucap Rachel. Mereka pun mencari rak kumpulan kamsu bahasa dan berhasil menemukannya dengan mudah. Masalahnya, ternyata kamus bahasa Latin tidak hanya satu. Total ada empat buah kamus, Latin Baru, Latin Umum, Latin Kuno, dan Latin Roma. Mereka pun mengambil semuanya dan langsung duduk di bawah.
“Kamu ingat kalimatnya, Rach?” tanya Andy.
“Sebentar.” Rachel mengambil pensil dan menulis kalimat petunjuk tadi di bagian belakang peta. “Kira-kira seperti ini. Mudah-mudahan sih tidak salah."
“Kita cari saja dulu artinya per kata, lalu kita susun,” sahut Andy.
Mereka pun sibuk menelaah kamus itu satu per satu, sampai mengetahui kalau itu adalah bahasa Latin Umum. Kamus yang lain pun mereka singkirkan dan fokus pada Kamu Latin Umum. Bergantian mereka mencari arti setiap kata dari petunjuk itu. Setelah selesai, mereka pun diam. Kalimatnya cukup panjang.
Semua menganggapku tidak berguna, tapi selalu mencariku ketika hendak bepergian. Keberadaanku bisa membuat semua orang hidup, tapi denganku mereka tidak bisa berperang. Aku bukan senjata, tapi semua sangat membutuhkanku. Siapakah aku?
“Oke.” Rachel menghela napas pelan. “Apa yang dibutuhkan oleh semua manusia?"
“Hm, pakaian, makanan, air, rumah, … ponsel, … laptop?” Andy mengucapkan semua yang ada dalam pikirannya.
“C’mon, An! Kamu bisa berpikir lebih cerdas sedikit!” omel Rachel. “Semua orang butuh, tapi tidak bisa dipakai berperang.”
“Perang, ya? Prajurit, senjata, bom, tank, senjata, … apa lagi ya?” gumam Andy.
“Perang artinya antara dua kubu atau lebih, ada korban, lalu terluka dan …,” gumam Rachel.
Andy tersenyum senang menatap Rachel. "Itu dia jawabannya, Rach!”
“Apa? Bagian mana?” Rachel menatap Andy kebingungan.
“Kalau perang, pasti ada prajurit yang terluka, ‘kan? Semua orang pasti pernah sakit dan apa yang dibutuhkan oleh mereka sama, yaitu hal yang bisa menyembuhnya serta menjaga mereka tetap hidup,” jelas Andy.
“Ah, iya! Kalau begitu, jawabannya yang mana? Dokter? Obat? Atau rumah sakit?”
“Benda yang bisa digunakan oleh siapa saja dan dibawa ke mana saja. Obat!” sahut Andy.
Mereka pun berpandang-pandangan. Ada kilatan senang sekaligus kekhawatiran di dalam kedua mata mereka. Senang karena tahu jawabannya, tapi juga takut kalau salah.
“Jawaban teka-teki ini adalah OBAT!” ucap Rachel keras. Keduanya diam menunggu dan tidak terjadi apa-apa. Namun, tiba-tiba pintu terbuka dan nampaklah tiga orang anak bertopeng kupu-kupu. Mereka berlarian masuk dan menari berputar-putar di sekeliling Andy dan Rachel.
“Trick or treat!” ucap mereka sambil terus beputar-putar.
Rachel terkejut ketika tiba-tiba muncul tiga buah cokelat di atas kamus. Dia mengambil dan memandang Andy penuh keraguan. Melihat Andy mengangguk, dia menyodorkan ketiga cokelat itu masing-masing satu.
“Trick or treat!” Salah satu dari mereka menyodorkan sebuah kotak berpita merah.
Setelah itu, ketiganya berlarian keluar perpustakaan. Meninggalkan Andy dan Rachel yang memasang raut wajah penasaran. Rachel menggoyang kotak itu dan menyadari di dalamnya ada sebuah benda. Petunjuk teka-teki berikutnya!* * *
18, Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)
HorrorRachel, Andy, dan Edwin. Tiga remaja penyuka misteri. Suatu hari, tantangan sepele membawa mereka dalam masalah. Masuk ke sebuah kota misterius bernama Halloween. Tak ada yang tau nama asli kota itu, sementara jalan keluar satu-satunya adalah dengan...