Written by: Venty
* * *
Anak bertopeng singa yang mendekati mereka, memberikan secarik kertas perkamen lusuh. "An, sepertinya ini teka-teki selanjutnya." Rachel menerima kertas yang diberikan anak kecil tersebut.
"Ayolah, apa tidak bisa kita beristirahat sejenak? Aku lelah berjalan berkeliling dari tadi," timpal Edwin sambil duduk terjongkok.
"Di peraturan keempat dikatakan bahwa kita tidak boleh menunda membaca perkamen teka-teki, karena tintanya akan segera menghilang setelah tujuh menit." Rachel mengingatkan kedua sahabatnya itu.
"Baiklah, mari kita selesaikan. Aku ingin segera pulang," sambung Andy kembali bersemangat. Rachel tersenyum saat kedua sahabatnya itu mendekat padanya.
Gadis itu membuka kertas perkamen yang baru diterimanya.
'Kelinci yang tinggal di barat ingin menuju ke timur dan Kura-kura yang tinggal di timur ingin menuju barat. Rumah keduanya saling berhadapan dan dihubungkan oleh jalan setapak yang membentuk garis lurus. Jika keduanya berangkat pada waktu yang sama dan berpapasan di sebuah lokasi di jalan itu, maka siapakah yang memiliki jarak terjauh dari rumah si Kelinci?'
Ketiga bersahat itu mengulang lagi membaca teka-teki di perkamen. Kalimat yang mereka baca itu cukup membingungkan. "Menurut kalian, apa mungkin pertanyaan ini adalah jebakan?" tanya Andi dengan kening berkerut.
"Kurasa tidak, An. Teka-teki ini pasti bisa dijawab. Kita harus memikirkan kemungkinan jawabannya. Bagaimana menurutmu, Ed?" Rachel masih memandang perkamen yang tintanya mulai pudar itu.
"Menurutku, kita harus mulai berpikir out of the box. Teka-teki bisa saja tidak berhubungan dengan perayaan di kota ini, tapi bisa membantu kita menemukan lokasi tempat nama asli kota ini tersimpan." Edwin mulai bersemangat menyelesaikan tantangan itu.
"Jadi bagaimana menurutmu? Apa jawabannya? Kura-kura atau kelinci?" desak Andy.
"Menurutku kura-kura. Alasannya sederhana. Kura-kura berjalan dengan sangat lambat. Tentu saja jarak yang ditempuhnya masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan kelinci. Saat mereka berpapasan, pasti kura-kura yang paling jauh dari rumah si kelinci," jawab Edwin tampak yakin.
"Kamu yakin? Ingat resiko jika jawaban yang kita berikan itu salah, Ed," ucap Andy memastikan jawaban Edwin.
"Kurasa, itu sudah benar. Menurutmu bagaimana? Kenapa hanya menanyakan jawabanku saja?" keluh Edwin. Dia tidak suka keraguan Andy.
"Rach, menurutmu bagaimana?" tanya Andy pada gadis yang masih menatap lekat kertas perkamen. Sepertinya, Rachel juga kebingungan menjawab pertanyaan yang tertulis di perkamen itu.
Sejenak, Rachel mengalihkan pandangannya ke ujung jalan di hadapannya. Di sana ada lampu jalan. Rachel terbelalak melihat sosok yang baru saja berjalan melewati lampu itu. Dia tiba-tiba saja teringat pada sepuluh peraturan yang telah mereka baca sebelumnya.
Peraturan ketiga, ketika bertemu anak bertopeng dengan karakter kucing, tidak boleh menyapa ataupun saling menatap.
Rachel menyadari, sekitar sepuluh meter dari mereka berdiri, seorang anak kecil dengan topeng berkarakter kucing baru saja melewati lampu jalan itu.
"An, Ed, lihat, ...," desis Rachel tertahan. Mendengar itu, Edwin dan Andy mengarahkan pandangan mereka ke arah pandangan Rachel. Ketiga sahabat itu lalu melihat sosok yang datang dari kejauhan.
"Memangnya kenapa, Rach?" tanya Edwin bingung.
"Apakah anak itu mengenakan topeng kucing? Itu karakter kucing atau harimau? Aku tidak jelas melihatnya." Andi memicingkan mata, mencoba melihat lebih jelas.
"Ingat peraturan permainan yang ketiga? Jika bertemu dengan anak yang menggunakan karakter topeng kucing, kita tidak boleh berbicara dan tidak boleh saling menatap." Rachel melihat anak bertopeng kucing itu sudah mendekat ke arah mereka.
"An, itu karakter kucing, jangan menatapnya!" seru Rachel mengingatkan Andy yang masih berusaha mengenali karakter tersebut.
"Menunduklah, An. Baca kertas perkamen ini. Jangan menanggapi jika dia mengajak kita bicara." Edwin memberi petunjuk pada kedua sahabatnya.
Sekitar semenit kemudian, ketiga sahabat itu melihat tulisan di kertas perkamen itu sudah mulai memudar, hampir hilang. Andi cepat-cepat membaca ulang semua kalimat yang tertulis dan menghafalkannya. Saat itulah suara seorang gadis kecil terdengar di dekat mereka.
"Trick or thread, trick or thread, trick or thread ...." Suara gadis itu berulang-ulang mengucapkan kalimat yang sama. Andy, Edwin dan Rachel diam saja. Tidak menjawab sepatah kata pun. Pandangan ketiganya tetap tertuju pada kertas perkamen. Seeolah, anak tersebut hanyalah bagian dari imajinasi yang tidak nyata.
"Aku tahu kalian bertiga mendengarku. Aku bisa memberitahukan jawaban teka-teki itu pada kalian," kata gadis kecil yang memakai topeng berkarakter kucing itu sambil cekikikan. Cekikan itu terasa aneh. Sedikit menyeramkan. Edwin tergoda dengan tawaran itu, perlahan dia mengerakkan kepalanya ke samping, ke tempat gadis kecil bertopeng kucing itu berdiri.
Namun, dengan sigap, Rachel mencengram pergelangan tangan Edwin. Rachel menggeleng padanya. Wajah Rachel sangat tegang. Tiba-tiba Edwin teringat bahwa kini mereka sedang berada di sebuah kota misterius yang penuh jebakan. Akhirnya, Edwin menunduk dan kembali mengalihkan pandangannya pada kertas perkamen. Teka-teki itu sudah sangat pudar, seolah basah karena air. Tinta tulisan di kertas perkamen itu mulai sulit terbaca.
Sudah hampir tujuh menit, batin Rachel. Gadis remaja itu sangat berharap si pemilik topeng kucing segera menjauh dari mereka. "Tidak seperti yang kalian pikirkan. Ada hal yang terlihat bergerak, tapi selalu dianggap diam. Di kota ini, semua hewan bergerak dengan laju yang sama," ucap si topeng kucing sambil kembali cekikikan. Anak bertopeng kucing itu lalu melangkah menjauh dari ketiga sahabat yang masih berdiri dengan tegang menatap kertas perkamen yang kini telah kosong. Tujuh menit sudah berlalu dan tinta di perkamen itu telah menghilang.
"Bagaimana ini? Aku tidak bisa memikirkan jawabannya," keluh Andy dengan putus asa.
"Teman-teman, kalian ingat penjelasan tuan Hans tentang hukum Newton?"
"Oh, Rachel! Ini bukan waktunya bercanda!" seru Andy tampak kesal.
"Aku serius. Menurutku, hukum Newton itu bisa membantu kita menjawab teka-teki tadi."
"Okey, anggap saja kami tidak ingat, Rach. Apa hubungannya dengan teka-teki ini?" tanya Edwin penasaran akan maksud Rachel.
"Aku teringat pada penjelasan Tuan Hans tentang hukum Newton setelah mendengar ucapan si topeng kucing itu tadi," Rachel berhenti sejenak, "dia, tadi, mengatakan bahwa ada sesuatu yang bergerak tapi dianggap diam dan semua hewan di kota ini bergerak dengan kelajuan yang sama," lanjut gadis itu.
"Rachel, kita dikejar waktu. Jelaskan jawabannya!" desak Andy tak sabar.
"Menurut hukum Newton, jika benda bergerak dengan kelajuan yang sama dan tidak berubah, maka benda itu dianggap diam karena resultan gayanya adalah nol." Rachel menjelaskan dengan antusias. "Jika hewan di teka-teki merujuk pada hewan yang tinggal di kota ini, maka kelajuan kelinci dan kura-kura adalah sama. Oleh karena itu, saat mereka berpapasan, keduanya akan menempuh jarak yang sama. Sehingga tidak ada satupun dari keduanya yang lebih jauh dari rumah si kelinci. Jarak keduanya sama. Kelinci dan kura-kura akan sama-sama dekat dan sama-sama jauh dari rumah mereka masing-masing," lanjut Rachel yakin.
Rachel memang suka mempelajari peristiwa alam. Fisika adalah sebuah pelajaran yang memberinya banyak hal untuk dipikirkan. Meskipun memang terkenal nakal, tapi Rachel juga dikenal cerdas untuk setiap pelajaran sains. Bahkan Tuan Hans mempercayai Rachel untuk mengikuti kompetisi eksperimen sains diawal semester lalu. Hal itulah yang menjadi pertimbangan Andy untuk percaya pada jawaban Rachel.
"Lalu, jika tidak satupun yang memiliki jarak terjauh dari rumah si kelinci, maka jawaban teka-teki ini adalah himpunan kosong." Edwin yang selalu diperhitungkan dalam pelajaran matematika mengemukakan pendapatnya.
"Namun pertanyaannya adalah who, bukan what. Teka-teki ini membutuhkan jawaban berupa tokoh." Andy juga tak mau kalah, dia mengeluarkan kemampuan sastranya.
"Jawabannya kelinci dan kura-kura. Keduanya ada di jarak yang sama dari rumah si kelinci. Keduanya adalah yang terjauh dari rumah si kelinci dan yang terdekat ke rumah si kura-kura. Bagaimana menurut kalian? Kelinci dan kura-kura adalah tokoh dan tidak ada aturan harus memilih satu tokoh saja, kan?" usul Rachel.
"Baiklah. Menurutku itu masuk akal." Edwin mengacungkan jempol pada Rachel.
"Kalau begitu, mari kita ucapkan bersama," aba-aba Andy.
"Kelinci dan Kura-kura!" seru ketiga sahabat, serentak dengan suara lantang. Menurut peraturan permainan, aturan kelima mengatakan bahwa jika telah menemukan jawaban, maka mereka harus serentak mengucapkannya dengan lantang. Andy, Edwin dan Rachel melakukannya sesuai dengan aturan itu.
Lalu, tiba-tiba suasana menjadi sepi. Andy, Edwin dan Rachel menjadi sangat khawatir. Mereka saling bersitatap dengan pemikiran masing-masing. Tentang apakah jawaban mereka salah. Tentang apakah mereka akan terjebak selamanya di kota misterius itu. Pikiran buruk itu membuat Rachel terduduk karena merasa bersalah. Gadis itu tiba-tiba saja merasa bahwa jawabannya salah.
"Maafkan aku," bisik Rachel sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Saat Andy dan Edwin hendak menghibur sahabat mereka, dari kejauhan terdengar cekikikan beberapa anak. Rachel, dengan mata yang basah oleh air mata, mendongak dan melihat asal suara. Rachel lalu bangkit berdiri. Ternyata dua orang anak yang memakai topeng kelinci dan kura-kura sedang mendekat ke arah mereka bertiga.
"Kalian menjawab benar, kalian menjawab benar," ucap kedua anak itu riang. Kemudian, anak yang menggunakan topeng kura-kura menyerahkan kertas perkamen yang baru pada Rachel. Teka-teki selanjutnya. Andy dan Edwin menghela nafas lega.
"Kita bisa, ayo semangat!" seru Edwin. Ucapannya disambut senyum oleh Andy dan Rachel. Sementara itu, kedua anak bertopeng Kelinci dan Kura-kura melangkah menjauhi mereka. Suasana kembali seperti semula, beberapa anak bertopeng hewan tampak hilir-mudik melewati mereka. Perlahan, Rachel membuka kertas perkamen di tangannya. Dia terbelalak tidak mengerti.
"Oh, aku sangat ingin segelas coklat hangat buatan Nenek. Otakku benar-benar butuh nutrisi," keluh Andy. Teka-teki baru itu, tampaknya, sudah semakin sulit untuk dipecahkan.* * *
12, Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)
HorrorRachel, Andy, dan Edwin. Tiga remaja penyuka misteri. Suatu hari, tantangan sepele membawa mereka dalam masalah. Masuk ke sebuah kota misterius bernama Halloween. Tak ada yang tau nama asli kota itu, sementara jalan keluar satu-satunya adalah dengan...