29:Mr. Bellua & Kisah Halloween Town

19 8 0
                                    

Written by: Lia

***

Rachel menatap Edwin dengan mata yang menyiratkan luka. Liburan ini seharusnya menjadi hari yang menyenangkan untuk Rachel, Edwin, dan Andy. Namun, peta lusuh dari toko antik itu mengantar ketiganya ke kota terkutuk ini. Rachel menyesal tidak bisa menangkap raut khawatir dan takut dari penjaga toko itu. Mungkin, paman itu berpikir bahwa ketiganya sudah tahu bahwa peta yang dibeli mereka adalah peta Kota Halloween. 

“Maafkan aku,” lirih Rachel tertunduk dalam. Kematian Andy yang mengenaskan masih terngiang-ngiang di benaknya. Rachel merasa sangat bersalah. Harusnya, ia tidak terobsesi untuk menanggapi tantangan dari Ryma.

Tiba-tiba, tanah bergetar. Goblin, badut labu, Cinderella, dan makhluk-makhluk mengerikan lainnya tampak berjajar. Mereka menunduk seolah menyambut kedatangan seseorang. Rachel dan Edwin yang melihat itu saling melempar pandangan bingung. Lalu, terganti rasa takut yang teramat sangat kala mata keduanya menatap sosok menyeramkan berjalan ke atas panggung.

Sosok berjubah hitam dengan tubuh tinggi dan besar datang dengan langkah keras. Sosok itu duduk di kursi yang ada di atas panggung sebagai singgasana, lalu membuka jubahnya. Wajahnya tampak sangat aneh dengan telinga runcing, mulut yang lebar, gigi-gigi yang tajam bak gergaji, dan hidung besar seperti goblin.
“Selamat datang, Tuan,” ucap semua makhluk yang mengelilingi Rachel dan Edwin.

Sosok itu tersenyum menakutkan. Matanya beralih pada kedua remaja yang sedang melotre nyawanya itu. “Selamat datang di Kota Halloween, Rachel dan Edwin.”

“Aku sangat senang dan merasa terhormat dengan kedatangan kalian.” Mata sosok itu menajam. “Tapi, keberadaan kalian justru sangat merepotkan!” 

Tubuh Rachel seketika bergetar ketakutan. Ia mengelih pada Edwin yang sedang melihat ke arahnya. Mata Edwin memberi isyarat agar Rachel tetap tenang. Edwin menyunggingkan seulas senyum. Memberi kekuatan pada Rachel.

“Perkenalkan, aku Mr. Bellua. Penguasa Kota Halloween,” gumam makhluk aneh di atas singgasana itu memperkenalkan diri. Rachel tersentak, membuat Edwin kebingungan. Gadis itu teringat perkataan Madam Idzy perihal penyihir hitam yang menguasai kota Halloween ini.

“Bagaimana bisa kalian berdua bisa bertahan sampai sekarang?” tanya Mr. Bellua dengan raut tak suka. Rachel juga masih mengingat ucapan Madam Idzy tentang Mr. Bellua yang tidak akan membiarkan siapa pun bisa keluar dari kota itu dengan selamat. Ia harus berhati-hati terhadap sosok aneh itu.

Rachel tersenyum tipis. “Kami datang untuk memecahkan misteri nama kota ini, Mr. Bellua. Karena itu–“

“Diam! Jangan katakan apa pun lagi!” teriak Mr. Bellua marah. Rachel tertawa kecil. Tiba-tiba rasa takutnya menghilang begitu saja. Mengapa makhluk itu marah? Apakah karena ia ingin mencari mangsa lain, tapi gagal?

“Apa kamu tidak tahu tentang asal usul adanya kota ini?” Mr. Bellua kembali bertanya. Rachel dan Edwin menggeleng. Rachel hanya tahu awal kisah Halloween Town dari Madam Idzy. Wanita mirip Malefficient itu menggantung ceritanya. Menyerahkan hak bercerita pada Mr. Bellua.

Mr. Bellua tertawa mengerikan. “Lalu, apa yang akan kalian jadikan acuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum tersampaikan?”

“Pikiran,” jawab Edwin berani.

“Sayang sekali, Edwin. Pertanyaan setelah ini bukan hanya dengan pikiran saja. Tapi, kalian juga harus memahami clue tersirat pada setiap pertanyaan. Kamu pikir, otak bisa menyelesaikan segalanya?” Mr. Bellua tertawa. “Tentu saja tidak.”

“Rachel, aku tahu kamu sudah mendengar awal cerita dari Madam Idzy. Benar ‘kan?” Mr. Bellua menyeringai. Rachel hanya mengangguk mengiyakan ucapan sosok di depannya itu.

Tiba-tiba, suasana menjadi hening. Tidak ada yang berbicara sama sekali. Semua makhluk yang menjadi antek Mr. Bellua juga diam. Makhluk-makhluk yang menjadi budak itu akan membuka mulut jika tuannya mengizinkan.

“Baiklah, aku akan menceritakan kepada kalian kisah tentang Kota Halloween,” ujar Mr. Bellua.

Rachel dan Edwin saling melempar pandang. Memberi kode agar serius mendengarkan cerita Mr. Bellua. Apakah hal itu penting? Sangat penting agar mereka berdua bisa keluar dari kota terkutuk itu. Rachel dan Edwin menduga bahwa dalam cerita Mr. Bellua akan ada clue yang bisa membuat mereka mengetahui nama asli Halloween Town.

Mr. Bellua memulai kisahnya. “Dulu, kota ini hanya lah pedesaan dengan ladang yang luas. Sebuah desa yang diberi nama Desa Labu. Alasan masyarakat desa memberi nama itu adalah karena banyaknya petani yang menanam labu. Namun, tak jarang ada petani yang menanam sayuran lain. Di Desa Labu, hiduplah keluarga penyihir putih yang sangat hebat. Nama penyihir itu sudah terdengar hingga penjuru dunia. Kehebatan mereka mengundang seorang penyihir hitam iri. Penyihir jahat itu sangat membenci keluarga penyihir putih.”

“Keberadaan keluarga penyihir putih itu membuat warga Desa Labu merasa bahagia dan aman. Anak-anak pun juga senang karena nenek keluarga itu selalu mendongengkan beberapa cerita kepada mereka. Penyihir putih juga selalu memiliki peran penting pada Hari Halloween. Sehari menjelang perayaan pesta labu itu, para petani memberikan hasil panen terbaik mereka. Suatu malam, detik-detik saat akan menyambut Hari Halloween, penyihir jahat datang. Memorak-porandakan pesta malam itu. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia setiap orang hancur seketika karena penyihir hitam itu.”

Rachel dan Edwin masih setia mendengarkan cerita dari Mr. Bellua. Sesekali, kedua remaja itu saling berpandangan. Sementara makhluk-makhluk menakutkan yang mengelilingi Rachel dan Edwin hanya diam. Mereka melayangkan tatapan tajam saat Rachel dan Edwin melirik kepada mereka. Membuat kedua sahabat itu buru-buru memalingkan wajah.

“Penyihir hitam itu benar-benar sudah buta.” Mr. Bellua melanjutkan. “Dia tega memusnahkan desa itu karena rasa irinya pada keluarga penyihir putih. Saat itu keluarga penyihir putih tidak bisa mengalahkan penyihir jahat. Jadilah mereka berakhir di neraka hingga tersisa satu anggota keluarganya saja. Si penyihir jahat mengubah Desa Labu menjadi kota yang sangat indah. Dengan bangunan-bangunan megah seperti yang kalian lihat selama berada di sini. Sejak saat itulah, Desa Labu berganti menjadi Halloween Town.”

Mr. Bellua mengakhiri ceritanya, kemudian ia melempar sebuah pertanyaan kepada Rachel dan Edwin. “Apa kalian tahu siapa penyihir hitam itu?”

Diam. Tidak ada suara.

“Penyihir hitam itu adalah aku, Mr. Bellua.” Sosok itu tertawa keras. Gelak yang tak mengundang tawa, tapi justru menghadirkan rasa takut. Membuat gendang telinga Rachel dan Edwin ingin pecah. Mereka berdua hanya bisa memejamkan mata. Tangan mereka seolah terkunci ketika akan menutup telinga masing-masing.

Edwin kaget saat mendengar perkataan Mr. Bellua. Akan tetapi, tidak dengan Rachel. Gadis itu sudah tahu dari Madam Idzy saat dirinya dan Andy bertemu dengan sosok cantik yang hampir mirip dengan Malefficient itu.

“Keluarga penyihir putih itu adalah Madam Idzy,” kata Mr. Bellua. “Aku sengaja membiarkannya hidup agar dia bisa merasakan betapa mengerikannya Kota Halloween. Sekarang, wanita itu sudah kulempar ke neraka!”

Rachel terbelalak. Melihat ekspresi wajah Rachel, Mr. Bellua tertawa senang. Edwin yang tidak mengerti apa-apa hanya diam seraya mengerutkan dahinya. "Rachel ... Rachel .... Aku bukan orang bodoh. Aku tahu kamu dan Andy sudah bertemu dengan Madam Idzy sialan itu. Dia juga ikut andil dalam perjalanan kalian. Karena itu, dia harus mati! Kalian berdua pun juga harus mati!” ucap Mr. Bellua penuh amarah.

Rachel bungkam. Tubuhnya gemetar ketika rasa takut mulai menyergap. Ia menggigit bibir bawahnya. Keringat dingin mengalir dari keningnya. Mr. Bellua kembali tertawa senang melihat Rachel yang ketakutan.

“Tenanglah, Rach. Sebelum itu, aku akan memberimu beberapa pertanyaan sebelum sampai pada teka-teki terakhir. Kita akan bermain otak sebentar. Kamu bisa ikut menjawabnya, Edwin. Kalian berdua bisa bekerja sama, tapi tidak bisa berpindah tempat,” jelas Mr. Bellua.

Sebuah pedang menempel di leher Rachel. Dingin. Gadis itu melirik takut ke arah pedang yang siap menghunus lehernya. Rachel mengalihkan pandangannya untuk melihat Edwin yang terbaring lemah dengan kapak di atas tubuh. Apakah aku dan Edwin akan berakhir menjadi bagian dari Halloween Town? Terperangkap di sini selamanya?, batin Rachel ketakutan.
Rachel menggeleng keras. “Tidak-tidak. Kumohon otak, bantu kami menyelesaikan ini.”

“Oh ya, kuberi clue untuk pertanyaan pertama. Jawaban dari pertanyaan ini ada hubungannya dengan Kota Halloween. Entah itu benda, tempat atau pun hal lain,” kata Mr. Bellua.

Cepat-cepat, Rachel memikirkan hal-hal yang bersangkutan dengan Halloween Town. Ia sudah tidak dapat berpikir jernih. Gadis itu berharap, Edwin bisa menjawab semua pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Mr. Bellua.

“Pertanyaan pertama.” Mr. Bellua memulai. Rachel menelan air liurnya pertanda sedang menahan rasa takut. Ia tidak ingin ketakutan menyesatkan otaknya. Saat ini, organ tubuh itu berperan penting dalam menjawab pertanyaan Mr. Bellua. Edwin pun tak jauh berbeda dengan Rachel. Laki-laki itu juga takut setengah mati.

“Dibaca apa lambang atom dari nomor 57, 5, dan 92?”


***

29, Oktober 2020

The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang