Written by: Jenny
****
Teng ….
Lonceng kembali berdentang. Rachel sedikit panik, hingga pikirannya kacau. Alhasil dirinya pun kebingungan karena tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya bisa menatap Mr. Bellua dan Edwin bergantian. Raut wajahnya benar-benar tampak kebingungan.
Teng ….
“Tenglah, Rach! Coba pikirkan kembali satu per satu petunjuk yang sudah kita dapatkan,” ucap Edwin menenangkan Rachel.
“Okay.” Rachel menarik napas, berpikir. “Tadi aku sempat mendapatkan kompas. Okay, kompas, W atau M, Kota Labu, Kota Halloween, kompas itu arah mata angin ….”
Rachel terus menggumam sendiri, sementara dentang lonceng terus terdengar. Gadis itu melirik Mr. Bellua yang tampak tersenyum senang, lalu menatap Edwin. Sahabatnya tampak menganggukkan kepala, tanda kalau mempercayai Rachel sepenuhnya. Melihat hal itu, hati Rachel sedikit tenang. Dia mulai bisa berpikir jernih.
Teng ….
Rachel mendongak menatap jam besar di belakang Mr. Bellua Kurang enam dentang lagi dan semua berakhir, baik atau buruk tergantung pada jawabannya. Dia mulai bisa menyatukan segala kepingan yang ada, tak memedulikan sorakan dari anak-anak kecil bertopeng di sekitarnya.
Teng ….
“C’mon, Rach! Kamu pasti bisa!” gumam Edwin memandang Rachel.
Teng ….
“Sudah menyerah, anak manis?” Suara Mr. Bellua terdengar menggelegar, lalu tertawa senang. “Sudahlah, mari bergabung bersama kami. Kita bisa menjelajah ke seluruh dunia, mencari teman-teman baru,” lanjutnya.
Teng ….
Rachel tidak memedulikan Mr. Bellua. Kedua matanya kini fokus menatap jam besar di tubuh penyihir jahat itu. Menghitung dalam hati sambil menggumam pelan.
“W atau M?” gumamnya. “Yakin, Rach!”
Teng ….
Jantung Edwin berdetak kencang karena satu detik terakhir akan tiba. Dia memejamkan mata sambil berdoa dalam hati. Dalam pikirannya hanya dipenuhi oleh bayang-bayang kebersamaan mereka selama ini.
“MIDVILLE!”/Teng ….
Pisau di atas tubuh Edwin melayang turun, begitu juga sebuah pisau yang melayang tepat mengarah ke kepala Rachel. Namun, kedua remaja itu heran karena tidak ada rasa sakit yang terasa sedikit pun pada tubuh mereka. Perlahan sama-sama membuka kedua mata mereka yang tanpa sadar terpejam.
Rachel menoleh pada Edwin dengan senyum senang. Setelah itu, dia mencoba melepaskan diri dari ikatan yang membelenggunya. Ajaibnya, tali itu langsung musnah seperti angin. Dia berdiri dan menatap Mr. Bellua yang memandang penuh kemarahan.
“Jawabannya adalah Midville! Nama asli Kota Halloween adalah Kota Midville!” ucap Rachel keras. “W atau M? Petunjuknya ada pada kompas. Kota di sekeliling tempat ini menunjukkan arah, artinya ini adalah pusat seluruh wilayah ini, hingga namanya adalah Midville! Kota ini adalah kota yang hilang puluhan tahun lalu.”
“Kau ….” Mr. Bellua tampak geram dan bangkit dari tempat duduknya.
Rachel diam di tempat dan memejamkan kedua matanya, ketika Mr. Bellua menyabetkan tangannya yang dihiasi cakar tajam. Namun, ajaibnya tidak bisa. Seolah-olah ada semacam pelindung tak terlihat di tubuh Rachel. Mengetahui hal itu, Rachel tersenyum senang dan langsung berlari ke tempat Edwin, membantu sahabatnya itu melepaskan diri.
“Teman-teman, aku senang kalian berhasil lolos.”
Sebuah suara lirih menyapa gendang telinga mereka. Serempak mereka menoleh ke arah sosok bertubuh transparan di dekat tempat itu. Andy. Ya, itu adalah Andy! Keduanya tersenyum senang dan segera berlari mendekat, tapi hanya udara kosong yang menyapa kulit, ketika mereka hendak memeluk Andy.
“Tidak bisa, teman-teman. Apa yang kita alami di sini terjadi secara nyata. Kini, kalian bisa bebas. Pergilah!” lirih Andy.
“Andy, tapi … tapi … aku ….” Rachel tak mampu menyelesaikan kalimatnya.
“Tidak apa-apa, Rach. Ini semua bukan salahmu. Aku tidak sedih, tapi senang karena kedua sahabatku selamat. Pergilah! Gapai cita-cita kalian dan aku akan melihat kalian dari jauh,” ucap Andy lembut.
“Terima kasih, An. Maafkan aku!” ucap Edwin dengan kedua mata berkaca-kaca.
“Jagalah Rachel, Ed. Kini, kalian hanya berdua. Jaga baik-baik persahabatan kita!” pesan Andy, lalu menghilang.
Edwin menenangkan Rachel, lalu mengajaknya pergi dari tempat itu. Mr. Bellua memang tidak menyentuh mereka, tapi anak-anak bertopeng itu bisa. Selain itu, dalam satu jam kota itu akan menghilang. Bukan karena hari ini adalah Halloween, tapi karena mereka telah berhasil mengungkap misteri nama aslinya.
Mereka yang sudah kelelahan, lapar, dan haus menjadi sedikit lambat. Belum lagi suasana kota terasa aneh, semua berubah. Tak ada lagi jalanan yang indah, rumah-rumah penuh hiasan, patung dan lampu berkerlap-kerlip. Semua tampak suram dengan lampu temaram. Rumah-rumah gelap dan rusak. Di belakang, puluhan anak-anak bertopeng mengejar mereka.
“Ikutlah kami! Temani kami di sini! Kita bisa bermain!” teriak mereka bersamaan.
“Rachel! Edwin! Kami akan kesepian tanpa kalian!”
“Besok kita bisa bermain dengan Andy. Andy akan muncul besok.”
“Apakah kalian tega meninggalkan Andy sendirian di sini? Dia pasti akan sedih dan kesepian.”
“Apakah kamu tidak merasa bersalah karena sudah meninggalkan Andy, Rach? Dia pasti ini bersamamu.”
“Berhentilah berlari, Rach! Ayo, ikutlah dengan kami di sini!”
Semua ucapan itu terus berputar, hingga Rachel berhenti dan jatuh terduduk. Menutup kedua telinganya dengan tangan dan menangis sesenggukan. Hal itu tak ayal membuat Edwin panik dan berusaha membujuknya. Sesekali Edwin melihat anak-anak bertopeng tadi yang kini berjalan sambil tertawa senang.
“Rach? Rachel! Kita harus keluar dari sini! Ingat, Andy meminta kita untuk terus berjuang sampai bisa meraih cita-cita. Andy akan selalu ada bersama kita, Rach. Dia tidak marah padamu. Jadi, jangan terus-menerus merasa bersalah, okay? Ada aku di sini!” ucap Edwin lembut.
Rachel menatap Edwin dengan air mata berlinang, lalu berdiri dan memeluk pemuda itu. Setelahnya pelukan terlepas, mereka kembali berlari tunggang-langgang. Sampai akhirnya mereka melihat di depan sebuah gerbang menjulang tinggi yang perlahan tertutup.
“Ed, Hah … hah … aku … tak … sanggup lagi … hah ….” Rachel berhenti dengan napas terengah-engah.
“C’mon, Rach! Kurang sedikit lagi! Ayo!” Edwin menarik tangan Rachel. “Ayo, Rach! Kamu pasti bisa! Tinggal sedikit lagi!”
Rachel terkejut ketika merasakan tubuhnya yang tiba-tiba melayang, begitu juga Edwin. Keduanya menatap Andy yang tersenyum dan menganggukkan kepala. Edwin berlari di depan, sementara Andy menggendong Rachel. Kuatnya rasa sayang yang dimiliki Andy untuk Rachel, hingga bisa mengumpulkan energinya demi membantu sahabatnya itu keluar.
“Pergilah!” titah Andy, begitu menurunkan Rachel.
“Kamu … akan terus di sini?” tanya Rachel.
“Tidak bisakah kamu ikut bersama kami?” tanya Edwin.
“Jiwaku terikat di tempat ini. Kalau aku keluar dari gerbang, aku akan musnah untuk selamanya. Biarlah aku menjadi salah satu budak Mr. Bellua, asalkan bisa menjaga kalian,” jelas Andy. “Pergilah!”
Edwin memapah Rachel berjalan keluar gerbang. Mereka berhenti dan menatap ke dalam. Sosok Andy yang tersenyum lembut dan anak-anak bertopeng yang berteriak marah di belakangnya.
“Happy Halloween, Rachel, Edwin! I love you!” ucap Andy.
“Happy Halloween, Andy!” lirih Rachel, sementara Edwin hanya bisa diam terpaku.
BLAM!
Gerbang tertutup dan langsung menghilang begitu saja. Menyisakan Rachel dan Edwin yang berdiri berhadapan, lalu berpelukan. Menumpahkan kesedihan karena kepergian Andy. Kini, mereka hanya berdua, tapi mereka berjanji akan selalu mengenang dan mengingat persahabatan yang terjalin selama ini.
“Mulai hari ini, kita akan berjalan berdua,” ucap Edwin memandang kedua mata Rachel. “Namun, di sini aku berjanji akan memenuhi permintaan Andy, yaitu menjagamu, persahabatan, dan cita-cita kita.”
“Aku juga janji,” sahut Rachel dengan senyuman kecil.
“Sekarang, ayo kita pulang! Nenek pasti sudah sangat khawatir,” ajak Edwin.
Keduanya berjalan beriringan menjauh dari tempat itu. Meniti jalan setapak menuju ke jalan utama, tempat mereka diturunkan oleh Paman Philip. Ditemani bulan dan binatang malam.
“Ngomong-ngomong, bagaimana cara kita kembali ke Southville?” tanya Rachel.
“Antahlah. Berdoa saja ada kendaraan yang lewat, sehingga kita bisa menumpang,” jawab Edwin, sambil mengangkat kedua bahunya.****
Tamat.
31, Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)
HorrorRachel, Andy, dan Edwin. Tiga remaja penyuka misteri. Suatu hari, tantangan sepele membawa mereka dalam masalah. Masuk ke sebuah kota misterius bernama Halloween. Tak ada yang tau nama asli kota itu, sementara jalan keluar satu-satunya adalah dengan...