6:Welcome to Halloween Town!

29 12 3
                                    

Written by: Salsa

* * *

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, Mereka berhasil sampai di kota itu dua hari sebelum Halloween.Di depan gerbang masuk mereka sudah disuguhkan dengan berbagai macam makanan yang berada di meja dekat gerbang masuk.

Rachel berlari kecil menuju meja tersebut, bagaimana tidak, semua makanan kesukaan Rachel tersusun rapi di atas meja bulat itu. Kue, permen, cokelat dan minuman. Andy dan Edwin menghampiri Rachel. Saat Rachel hendak menyuapkan kue ke dalam mulutnya suara Andy menghentikannya.

"Jangan dimakan dulu, takutnya beracun," Andy berkata dengan wajah cemas. Rachel tidak peduli, dia tetap menyuapkan kue dengan toping keju di atasnya. Andy membulatkan matanya saat kue itu berhasil masuk ke dalam mulut Rachel, kemudian dengan santainya Rachel mengunyah kue tersebut.

"Rachel! Kalau kue itu beracun bagaimana?" Rachel tertawa mendengar perkataan Andy, ia hampir tersedak karena keasikan tertawa. Rachel mengatur nafasnya setelah lelah tertawa.

"Tidak mungkinlah, makanan seenak ini masa beracun." Edwin mengangguk, Edwin menyuapkan satu buah cokelat ke dalam mulutnya. "Lihat, aku dan Edwin gak kenapa-kenapa. Makanan ini tidak beracun." Sedikit ragu Andy mengambil satu potong kue menyuapkannya perlahan. Andy mulai mengunyah dan menelan kue lezat itu. Tidak terjadi apa-apa.

"Kita gak mati 'kan, sudah makan saja. Kuenya enak." Rachel kembali menyuapkan satu potong kue.

"Kalian percaya kalau di sini memang ada kota Halloween, yang hanya datang saat Halloween saja?" tanya Edwin. Rachel dan Andy saling pandang kemudian mengangguk.

"Tadinya, aku tidak terlalu percaya. Tapi sepertinya memang benar ada," ucap Andy sambil mengusap sudut bibirnya yang dipenuhi cokelat.

Mereka kembali melahap makanan tersebut. "Aku jadi ingat perkataan tuan tadi." Rachel dan Andy menoleh pada Edwin. "Maksud tuan tadi kita akan menyesal, maksudnya apa coba?" Edwin kembali bersuara.

"Tidak perlu dipikirkan. Mungkin dia orang gila." Rachel menimpali perkataan Edwin. Sedangkan Andy hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Edwin bungkam ia masih memikirkan perkataan bapak tadi. Tepukan di bahu Edwin membuyarkan lamunannya. Edwin menoleh ternyata itu Andy.

"Sudah, jangan dipikirkan. Lanjut makan." Edwin menghela nafasnya dan mengangguk.

Halloween Town sama seperti kota biasa, tapi kota ini tampak sepi karena memang tak berpenghuni. Nyali mereka sempat menciut kala melihat suasana kota ini. Tapi untuk mengalahkan Ryma musuh bebuyutan mereka tak ada sedikitpun rasa takut yang hadir dalam diri mereka.

Ini saatnya mereka mengalahkan Ryma, di Halloween Town mereka pasti akan mengalahkan Ryma. Kota yang katanya datang di saat hari Halloween, hal itu yang membuat Rachel, Andy dan Edwin tertarik.

"Makanan ini kita bawa buat di jalan, ya?" tanya Rachel.

"Iya, bawa yang banyak, Rach." Rachel mengangguk dan mulai memasukan makanan tersebut ke dalam tas.

"Kita istirahat sebentar dulu ya, perutku kembung karena kebanyakan makan," ucap Andy sambil cengengesan. "Untung aja makanan ini gak beracun. Kalau iya, sudah mati kita." Rachel dan Edwin tertawa melihat Andy mengelus-elus perutnya seperti seorang wanita yang sedang hamil.

Edwin terlihat melamun, entah apa yang dia pikirkan. "Kamu kenapa, Ed?" tanya Andy.

"Tidak." Hanya satu kata yang terucap dari mulut Edwin.

"Kamu masih memikirkan tuan tadi, dia orang gila Edwin! Lihat saja penampilannya, lusuh," ucap Rachel. "Sudah, lebih baik kita istirahat dulu, nanti kita mulai petualangan kita." Andy dan Edwin mengangguk.
"Aku yakin kita bisa menang dari tantangan Ryma." Rachel berkata dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Sudah pasti. Tantangan dari Ryma itu terlalu kecil bagi kita," ucap Edwin. Mereka kembali ke pikiran masing-masing. Beberapa saat keadaan hening tak ada yang membuka suara. Andy bersandar pada pohon di samping gerbang, meluruskan kakinya yang pegal ke depan.

"Kira-kira kalau kita menang, apa hadiah yang akan kita minta?" Edwin berucap sambil berdiri dan menatap gedung di depannya. Gedung yang tampak tua dan tak terawat. Andy dan Rachel tampak berpikir. Mereka harus memilih hadiah yang akan sulit Ryma berikan.

"Kita minta hantu saja. Hantu yang paling menyeramkan di dunia ini. Pasti dia akan sulit untuk mencari." ucapan Andy mengundang tawa Edwin dan Rachel. Mana mungkin hantu mau menjadi hadiah. Sebuah pemikiran yang konyol dan tak masuk akal.

"Mana bisa? Memang kamu berani merawatnya?" ucap Rachel.

"Ya ... Biarkan saja. Mungkin sudah mati dia untuk memenuhi permintaan kita." Kini Edwin yang bersuara.

"Hadiah yang tidak masuk akal," ucap Rachel. Rachel mengeluarkan smartphone di dalam tas nya, memotret salah satu bangunan di sekitar mereka. "Bangunan ini indah jika dipotret," ucap Rachel sambil mengamati gambar di smartphone-nya.

"Tapi sayang, tidak ada hantunya." Rachel sedikit cemberut dan kembali memasukan smartphone-nya ke dalam tas. "Jadi apa hadiah yang akan kita minta?"tanya Rachel.

"Smartphone terbaru untuk kita bertiga. Bagaimana?" Edwin berkata sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Ryma memang terkenal kaya, apapun yang dia inginkan pasti dia dapatkan. Tapi sepertinya smartphone terlalu biasa, mereka harus memilih hadiah yang menarik, jika sekedar smartphone mereka juga bisa membeli. Meski jutaan harganya.

"Kita cari yang lain," ucap Rachel. "Kita minta tiket ke luar negeri saja. Lumayan kita bisa jalan-jalan gratis," ucap Rachel antusias. Andy dan Edwin juga mengangguk tak kalah antusias.

"Kita pilih tiga negara." Rachel dan Edwin sontak kaget mendengar perkataan Andy, tapi di lain sisi mereka juga mengangguk setuju.

"Negara apa saja?"tanya Andy. Mereka kembali berpikir. Negara apa kira-kira yang menyenangkan untuk berpetualang. Sepertinya Rachel sudah tahu jawabannya.

"Aku tau. Belanda, Jepang dan Amerika. Sepertinya menyenangkan," ucap Rachel.

"Setuju." Andy dan Edwin serentak berkata dan mengangguk penuh semangat.

"Akan banyak tempat yang kita datangi untuk berpetualang," ucap Rachel. Mereka memang hobi berpetualang, banyak tempat yang sudah mereka datangi, dimulai dari tempat yang terkenal horor, sampai tempat-tempat bersejarah pun sudah mereka datangi.

Orang tua mereka seringkali melarang untuk pergi, karena sedikit membahayakan juga untuk keselamatan mereka. Mereka selalu bersikeras untuk pergi. Katanya untuk menambah pengetahuan, tapi nyatanya di sekolah pun tak jarang mereka terkena hukuman.

Mereka rasanya tidak bisa hidup tanpa sebuah petualangan, setiap tahun mereka tidak pernah absen. Andy sibuk memainkan smartphone-nya ia tampak sibuk dengan benda pipih itu. Rachel meneguk minuman yang belum sempat dia teguk.

"Kita jalan sekarang?" tanya Edwin yang sudah berdiri dari duduknya. Andy dan Rachel mengangguk. Rachel mengambil tas yang tergeletak di bawah dan menggendongnya. Sedangkan Andy sedang membenarkan letak tali sepatunya, dan mengikatnya kembali.

Mereka berdiri dan berjajar menghadap kota di depannya layaknya prajurit yang siap berperang. "Sepertinya petualangan kali ini akan menyenangkan," ucap Edwin, menoleh ke arah Rachel dan Andy, karena Edwin yang berada di tengah. Edwin benar, petualangan ini akan menyenangkan. Namun mereka belum tau, apa yang sedang menunggu mereka di sana.

"Ini saatnya petualangan dimulai." Edwin memimpin di depan dan mulai berjalan diikuti Andy dan Rachel di belakangnya.

* * *

06, Oktober 2020

The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang