24:Ramalan Madam Idzy

12 6 0
                                    

Written by: Lia

* * *

“Sekarang, kita harus apa?”
Rachel dan Andy mengayunkan kaki tak tentu arah. Mereka berdua bingung harus pergi ke mana lagi. Lelah? Jujur saja, mereka benar-benar lelah. Namun, semua teka-teki dan hal yang menyangkut Halloween Town itu seakan melarang keduanya untuk istirahat. Walau hanya sekadar melepas penat. Meluruskan otot-otot yang tegang.

“Apakah ada teka-teki selanjutnya?” tanya Rachel. Andy mengedikkan bahu. “Aku juga tak tahu, Rachel. Hari ini otakku diajak bekerja ekstra hanya untuk mendapat secuil jawaban.”

Rachel menghela napas berat. Kedua remaja itu berjalan pelan di atas jalan berwarna oranye. Rachel dan Andy mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Kota Halloween memang terlihat sangat indah. Berbagai hiasan khusus perayaan Halloween terpasang dengan rapi dan cantik. Akan tetapi, di balik keindahan itu ada banyak sekali misteri yang perlu dipecahkan. Tiba-tiba, Rachel teringat dengan maksud dongeng di rumah cokelat itu.

“Andy, apa kamu tahu maksud dari akhir dongeng tadi?” Rachel membuka suara.
Andy terdiam, berpikir. “Kegelapan? Kegelapan hanya ada di malam hari.”

“Tidak, Andy.” Rachel menggeleng pelan. Mengelak ucapan sahabatnya itu. “Kita bisa menemukan gelap di tempat yang tak terjangkau oleh matahari. Tanpa ada penerangan. Seperti halnya ketika kita menemukan buku itu.”

“Ya, Rachel benar.” Suara itu membuat Rachel dan Andy menoleh bersamaan. Mereka berdua mendapati seorang wanita paruh baya dengan jubah hitam dengan baju merah di dalamnya. Jika dilihat sekilas, wanita itu seperti Malefficient, penyihir tersohor di dunia. Hanya saja wanita itu tidak memiliki tanduk di kepalanya.

Rachel dan Andy melangkah mundur. Berusaha memasang kuda-kuda apabila wanita itu berniat jahat kepada mereka. Sudah cukup badut yang bermetamorfosis menjadi Joker itu. Nyali mereka benar-benar diuji oleh berbagai macam makhluk yang ada di sana. Mulai dari goblin, manusia bertopeng hewan, Cinderella mengerikan, dan masih banyak lagi.

Tubuh Rachel dan Andy bergetar ketakutan. Membuat wanita paruh baya itu tertawa kecil. Anehnya, tawa itu seperti lantunan musik. Mengandung nada yang sangat indah hingga menjadikan kedua remaja itu terpukau.

“Kalian tidak perlu takut.” Wanita itu mendekat. “Perkenalkan, aku Madam Idzy.”

Memilih diam, Rachel dan Andy tidak membuka mulut sama sekali. Suara wanita itu persis seperti senandung lagu. Sangat indah. Membuat Rachel dan Andy menganga. Madam Idzy melangkahkan kaki ke arah kursi panjang yang ada di pinggir jalan. Ia pun duduk di sana. “Kemarilah, Rachel, Andy!”

“Bagaimana Madam tahu nama kami?” tanya Rachel setelah duduk di sebelah Madam Idzy. Posisi Rachel dan Andy mengimpit wanita paruh baya itu yang berada di tengah.

Madam Idzy tersenyum. “Aku masih punya kuasa atas kota ini. Jadi aku selalu tahu siapa pun yang masuk ke dalam Halloween Town. Tenang saja. Aku orang baik. Kalian tahu rumah cokelat yang tadi kalian kunjungi? Itu rumah nenekku dulu. Aku tidak akan menyakiti kalian. Justru aku sangat kagum dengan kerja keras dan semangat kalian.”

“Madam ... putri dari nenek dongeng itu?” tanya Andy penasaran.

“Bukan. Aku cucunya. Nenek dan ibuku adalah penyihir putih yang hebat. Nama mereka sudah sangat terkenal di penjuru dunia apalagi di Kota Halloween,” jawab Madam Idzy.

“Lalu, bagaimana Madam bisa ada di sini?” Kali ini Rachel yang bertanya.

“Dulu, kota ini hanya lah pedesaan dengan hamparan ladang labu. Banyak petani yang menanam buah itu, tapi ada pula yang menanam sayur lain. Di sini kami hidup damai dan tenteram. Nenek sering kali menceritakan dongeng kepada anak kecil termasuk diriku. Sampai suatu kejadian membuat semuanya berubah.” Tersirat kesedihan di wajah Madam Idzy.

“Aku tidak akan menceritakan bagian kisah itu. Aku tidak punya wewenang. Nanti akan ada seseorang yang menceritakan semuanya kepada kalian. Dia adalah penyihir hitam,” tutur wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. 

Rachel mengernyit. “Penyihir hitam?”

“Ya, penyihir hitam. Dia ada di sini. Kalian pasti akan bertemu dengannya entah kapan itu. Dia muncul pada malam hari sebelum perayaan Halloween dimulai.”  jawaban Madam Idzy itu seketika membuat bulu roma Rachel dan Andy berdiri. Keduanya bergidik ngeri. Bayangan mereka sudah melanglang buana. Menemukan peta, terjebak di Kota Halloween, dan kehilangan Edwin sudah menciutkan keberanian mereka. Setelah ini ... mereka akan bertemu penyihir jahat?

“Itulah alasanku tidak pernah keluar dari rumah cokelat itu. Aku tidak ingin berurusan dengan penyihir hitam. Namun, saat aku tahu kehadiran dan juga semangat yang membara dari kalian, aku memutuskan untuk menemui kalian,” jelas Madam Idzy.

“Sejak kapan Madam Idzy bersembunyi di sana?”

“Setelah kedatangan penyihir jahat itu.”
Lagi, Rachel dan Andy dibuat ketakutan. Melihat itu membuat Madam Idzy langsung merentangkan tangannya, kemudian memeluk kedua remaja tersebut. Mencoba menenangkan. “Tidak apa. Kalian tak perlu takut.”

“Apa kalian tahu kabar Edwin?” tanya Madam Idzy. Rachel dan Andy kompak menggeleng. Andy menjawab, “Edwin hilang dibawa anjing berkepala labu, Madam. Dia terlambat menjawab teka-teki.”

“Ya, aku tahu itu.” Madam Idzy mengangguk-anggukkan kepala pelan. “Aku adalah peramal. Aku tahu kalian bisa keluar dari kota ini, tapi tidak semua. Ada salah satu dari kalian bertiga yang akan berada di sini selamanya.”

Andy terbelalak. “Tidak semua?”

“Aku tidak bisa mengubah takdir kalian. Memang, aku adalah seorang peramal hebat. Namun, aku lemah terhadap hal yang berurusan dengan hidup.” Madam Idzy mengembuskan napas berat. “Kalian boleh tidak percaya dengan ramalanku. Akan tetapi, hampir sembilan puluh sembilan persen ramalanku tidak pernah meleset.”

Rachel menggeleng kuat. "Tidak-tidak-tidak-tidak!”

“Kamu harus kuat, Rachel. Mungkin Tuhan punya takdir lain yang lebih baik untuk kalian. Pecahkan misteri kota ini. Aku tidak ingin kalian terjebak di sini seumur hidup. Aku tahu kalian remaja yang tangguh.” Madam Idzy mengelus pundak Rachel lembut. Memberi kekuatan pada gadis itu.

“Madam Idzy, apakah Madam bisa membantu kami?” Wajah Andy menampakkan harapan yang begitu besar. Jelas saja ia tidak ingin salah satu terkurung di kota itu. Mereka bertiga masuk bersama dan keluar pun juga harus bersama.

Madam Idzy menggeleng lemah. “Maaf, Andy. Aku tidak bisa.”

Andy mengacak rambutnya frustrasi. Ia menatap pada Rachel yang menunduk. Ia tidak tega melihat sahabat perempuannya itu. Untuk ke sekian kalinya, Andy merutuki peta lusuh terkutuk itu dalam hati. Selembar kertas tua yang telah menyeret mereka bertiga masuk ke Kota Halloween.

“Setelah ini, kalian berdua akan menemukan perkamen tua yang melayang-layang di udara. Perkamen itu jatuh tepat di bawah pohon pinus. Ada teka-teki kesebelas yang tertulis di dalam sana. Jawabannya terletak pada tugu yang terbuat dari bata merah di pusat kota. Tugu itu tak jauh dari tempat kalian menemukan perkamen. Pergilah ke sana! Waktu kalian tidak banyak,” gumam Madam Idzy panjang lebar.

Rachel dan Andy mengangguk. Mereka beranjak dari duduk, lantas meninggalkan Madam Idzy setelah berterima kasih. Tiba-tiba, langkah kaki keduanya terhenti karena ucapan dari wanita cantik itu. Kedua sahabat itu menoleh.

“Oh ya, Mr. Bellua. Namanya Mr. Bellua.” Madam Idzy terdiam sejenak. “Jika kalian sudah bertemu dengan penyihir jahat itu, berhati-hatilah. Dia tidak pernah membiarkan siapa pun yang masuk ke sini bisa keluar dengan selamat.”

“Terima kasih, Madam,” ucap Rachel dan Andy bersamaan. Setelah mendapat anggukan dan senyuman dari Madam Idzy, kedua remaja itu melanjutkan perjalanan. Pikiran mereka terusik dengan ramalan dari wanita paruh baya yang mengenakan pakaian mirip Malefficient itu. Mereka dilanda rasa takut.

Rachel memecah keheningan di antara mereka berdua. “Andy, bolehkah aku menolak untuk percaya ramalan dari Madam Idzy?”


* * *

24, Oktober 2020

The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang