25:Teka-Teki Kesebelas & Badut Labu

17 6 0
                                    

Written by: Layls

* * *


Andy menatap wajah Rachel sekilas, lalu menghembuskan napas kejanggalan. "Aku juga tak percaya ramalan itu, Rach. Menurutku, jangan terlalu percaya dan jangan terlalu tidak percaya."

"Ya ... sepertinya begitu, tapi apakah teka-teki selanjutnya tidak ada?" tanya Rachel beralih pembicaraan.

"Mungkin iya." Andy meregangkan kedua tangannya yang tampak pegal. "Lagi pula, aku sudah lelah sekali."

Rachel hanya menanggapi dengan anggukan. Tanda bahwa dirinya juga sangat kelelahan. Dua remaja itu terus berjalan. Meskipun perjalanannya tanpa ada tujuan. Sesekali, Andy menendang dedaunan kering yang menghalangi jalan.

"Rach, ada bangku! Kita istirahat di sana?" tanya Andy.

"Boleh. Ayo!" Rachel tersenyum girang. Baru kali ini ia diberikan kesempatan beristirahat cukup panjang. Andy pun sama. Ia berjalan setengah lari untuk tiba di bangku. Dedaunan kering tetap jadi sasaran tendangannya.

"Jangan ditendang, An. Itu bukan daun!" cegah Rachel saat Andy hendak menendang daun kering yang ternyata adalah sebuah perkamen. Keduanya langsung berjongkok mengambil, membuka, dan membaca isinya.

"Aku berjalan, tapi tidak mempunyai kaki. Jawab saat kau berhasil menemukan badut labu." Andy membaca tulisan yang memang adalah pertanyaan teka-teki selanjutnya.

Rachel menaikkan sebelah alisnya. "Jadi? Kita harus mencari badut labu? Ah ayolah, An, aku lelah! Baru saja hatiku merasa gembira akan istirahat. Jika memang ramalan Madam Idzy tadi benar, sebaiknya kita juga tidak usah keluar dari sini! Membuang-buang tenaga saja." Gadis remaja itu terus menggerutu.

"Rach, jaga ucapanmu! Seiring berjalannya waktu, aku yakin lelah kita terobati." Andy mulai khawatir dengan keputusasaan Rachel. "Kita sama-sama tak percaya dengan ramalan Madam Idzy, jadi ayo kita pecahkan teka-teki selanjutnya, untuk keluar dari tempat ini, dan untuk menyelamatkan Edwin juga," ucap Andy.

"Baiklah, jadi menurutmu, apa jawabannya?" tanya Rachel mulai serius.

Andy meletakan jari telunjuknya di dagu, tanda ia berpikir. "Berjalan, tapi tidak mempunyai kaki. Mungkin itu waktu? Waktu 'kan selalu berjalan, tapi tidak punya kaki!"

"Kalau begitu, ayo cari badut labu! Waktu kita tidak banyak!" ajak Rachel bersemangat. "Tapi, di mana badut labu berada?" Rachel mulai merasakan bingung.

Alih-alih, Andy membuka kembali perkamen yang masih di genggaman. Ada sebuah tulisan di bagian paling bawah dan tulisan itu sangatlah kecil. Ia membacanya bersama dengan Rachel.

Temui badut labu di balik pohon dan hati-hatilah.

"Ayo, Rach!" ajak Andy.

"Tapi, pohon mana yang dimaksudnya, An?" tanya Rachel masih kebingungan.

"Kita ke depan saja dulu, bukankah di depan sana ada banyak pohon?" tanya Andy mengingatkan.

Tanpa berpikir panjang, keduanya berlari mengikuti arah jalan lurus. Mengejar waktu yang sudah hampir terlambat, untuk menemukan badut labu. Tersirat sedikit ketakutan pada diri Rachel, apalagi saat peringatan itu menyuruh untuk hati-hati. Ia takut badut labu adalah badut jahat yang membahayakan.

Jarak yang ditempuh Rachel dan Andy sudah cukup jauh. Meskipun awalnya mereka rasa ada banyak pohon, tetapi saat itu tidak ada satu pun. Benar-benar permainan yang melelahkan dan membuat emosi.

Rachel dan Andy memutuskan untuk berjalan perlahan. Pandangannya mengedar ke semua arah, untuk mencari keberadaan pohon dan badut labu.

"Rach, itu badutnya," tunjuk Andy pada sebuah pohon yang di dekatnya terdapat badut berkepala labu, yang memegang benda semacam kapak labu. Pohon itu berdaun hijau tetapi tidak seperti daun pada umumnya. Sangat berbeda jauh sekali.

"Ayo katakan jawabannya, An, sebelum badut labu itu menyadari keberadaan kita," ucap Rachel pelan karena takut badut labu sadar ada mereka di sana. Andy mulai mengucap aba-aba. "Satu ... dua ... tiga!"

"Jawaban teka-teki ini adalah WAKTU!" ucap Rachel dan Andy bersamaan.
Bersamaan pula dengan badut labu yang mengetahui keberadaan mereka. Kapaknya tiba-tiba dilemparkan hampir mengenai kepala Rachel, tetapi Andy dengan sigap menariknya hingga kedua remaja itu terjatuh. Setidaknya, Andy merasa lega melihat temannya baik-baik saja.

"Bangun, Rach! Kita lari sekarang!" ucap Andy membantu Rachel bangun.

"Apakah jawaban kita benar?" tanya Rachel saat dirinya hendak bangun dibantu oleh Andy.

The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang