16:Teka-Teki Kelima & Cinderella

17 8 0
                                    

Written by: Pelita

* * *


Anak-anak itu berdiri membentuk sebuah lingkaran. Mereka berjalan sembari bernyanyi dan bertepuk tangan. Kemudian, salah satu anak bertopeng tikus muncul dari tengah lingkaran. Dia berjalan mendekat ke arah Rachel dan Andy. “Apakah kalian merasa lelah?” tanya anak bertopeng tikus.

Rachel dan Andy saling tatap tanpa bersuara. Dalam hati mereka menjawab, 'tentu saja kita lelah.’ Namun, tanpa mereka duga, si anak bertopeng tikus tertawa dan bertepuk tangan. Hal itu membuat Rachel dan Andy bingung.

“Aku tahu isi hati kalian,” kata anak itu. Tangan mungilnya mengambil sebuah gulungan kertas yang ada di sakunya. Diulurkannya gulungan kertas itu ke arah Rachel.Dengan gerakan cepat, Rachel menyabet gulungan kertas itu.

“Kali ini kalian akan bertemu dengan tokoh dari negeri dongeng. Namun, dia sangat jauh berbeda dari cerita di dalam dongeng. Berhati-hatilah. Satu tetes air matanya, cukup mengantarkan kalian ke alam baka.” ujar anak bertopeng tikus disertai tawa mengerikan di akhir. Lalu ia berlari menjauh dan kembali bermain dengan anak-anak bertopeng lainnya.
Rachel dan Andy sama-sama membulatkan matanya setelah mendengar perkataan anak tersebut. Namun, mereka segera kembali fokus pada gulungan kertas yang berisi teka-teki kesembilan.

“Kita buka sekarang?” tanya Rachel.
Andy mengangguk tanda setuju. Tangan Rachel bergerak membuka gulungan kertas itu. Keduanya membaca kata demi kata dengan seksama.

Di mana ada sungai tetapi tidak ada air, kota tetapi tidak ada bangunan, dan hutan tanpa pohon?


“Argh! Sungguh pertanyaan yang membingungkan!” seru Andy kesal. Sedangkan Rachel masih terus membaca tulisan tersebut berulang-ulang.

“Rach, Rach!” Andy menepuk-nepuk bahu Rachel, panik. Rachel langsung mengangkat kepalanya dan mengikuti arah pandang Andy. Seketika Rachel ikut merasa panik.

Di hadapan mereka, ada sesosok yang terlihat seperti Cinderella. Namun, sosoknya sangat mengerikan. Di kedua matanya, mengalir air mata darah. Isak tangis keluar dari bibirnya yang pucat pasi. Gaun kuningnya bersimbah darah. “To-tolong,” ucapnya sembari memajukan tangan kanannya seperti orang yang meminta tolong. Langkahnya sangatlah pelan.

“Sepertinya dia adalah tokoh yang dikatakan anak tadi,” ucap Rachel.

“Bagaimana ini? Lima menit lagi tinta tulisan di kertas akan hilang.” Andy masih saja memerhatikan sosok Cinderella yang berjarak semakin dekat dengan mereka.

“Lebih baik kita pergi menjauhinya,” saran Rachel yang disetujui oleh Andy dengan anggukan. Mereka pun segera berbalik dan berlari secepat mungkin dari Cinderella. Namun, semakin berlari, Cinderella semakin cepat mendekati mereka.
Rachel dan Andy semakin panik. Mereka berusaha mempercepat langkah semaksimal mungkin.

“An, aku sudah tak sanggup berlari lagi.” ucap Rachel yang kini berhenti melangkah dengan napas tak teratur. Andy pun ikut memberhentikan langkahnya.

“Ayo, Rach. Kita harus segera berlari lagi,” ujar Andy. Matanya melihat Cinderella yang berjarak sekitar lima meter dari tempat mereka sekarang. Diperhatikannya langkah Cinderella yang kembali lagi seperti tadi, lambat.

“Rach, sepertinya aku memahami sesuatu,” ujar Andy dengan senyum miring. “Apa, An?” Rachel sangat penasaran tentang apa yang akan Andy ucapkan.

The Answer Is ... MIDVILLE! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang