1

3.5K 83 1
                                    

Hening,

Suasana kontrakan di gang sempit yang hanya dihuni oleh satu orang perempuan.
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh. Diluar sudah ramai dengan ibu-ibu versus tukang sayur. Ibu-ibu komplek sebenarnya hanya membeli satu sampai tiga jenis sayuran atau bahan masakan yang akan dibeli. Namun, karena saking hobbynya mereka berkicau, belanjaan sedikit bisa memakan waktu satu jam.

Tapi, tetap saja erisiknya suasana luar tidak mengganggu ketenangan didalam rumah no.47 tersebut. Dikarenakan penghuninya sedang terlelap dengan mimpi yang indah.

Namun..

"Maya !!!"

Dorr..dorr..dorrr...

Seseorang memanggil Maya dengan menggedor pintu keras-keras.

"Maya!!!" teriaknya lagi.

"Maya bangun!!!" teriaknya lagi tidak menyerah.

Maya terbangun dengan suara teriakan tersebut yang disertai dengan gedoran pintu.

"Aish,. ganggu aja!" omel Maya pelan.

Maya mengucek kedua matanya kemudian melihat jam weker yang ada dinakas.

"Ebusett.. udah jam tujuh aja!" pekik Maya.

Maya membuang selimutnya kasar. Dalam hitungan detik Maya berlari menuju sumber teriakan.

Kreekk...

Maya membuka pintu dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Eh, ibu.. hehe" sapa Maya diakhiri cengiran hingga Matanya yang tidak belo hanya membentuk satu garis.
Maya membuka pintu sepenuhnya.

"Ibu, silahkan masuk" Maya mempersilahkan dengan sopan.

"Gak usah sok manis ya, tau kan kalo ibu kesini itu mau ngapain?" tanya ibu pemilik kontrakan dengan galak.

"Mau ngapain ya bu?" tanya Maya dengan tampang blo'on yang dibuat-buat. Sebenarnya Maya tahu Ibu Mega itu datang untuk apa.

"Mau ngusir kamu Maya!" jawab Ibu Mega jengkel.

Maya sudah tidak kaget lagi. Bedanya, kali ini Bu Mega dengan secara terang-terangan akan mengusir Maya. Biasanya hanya ucapan "Mau nagih duit kontrakan" yang terucap dari bibir seksi Bu Mega.

Maya hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Maya berfikir keras. Kalimat pembelaan seperti apa lagi yang harus Maya lontarkan.

"Maaf, bu. Beri saya tempo lagi. Tiga hari aja. Gak lama kok, bu" ucap Maya memohon.

"Saya sudah baik ya, Maya! Saya udah kasih tempo sebulan. Masih kurang, hah!?" omel Bu Mega galak.
Jari telunjuk Bu Mega berada tepat didepan mata Maya.

"ujan lokal gengs!" batin Maya sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan.

Bu Mega terlalu bersemangat memarahi Maya. Hingga percikan buih-buih kecil dari mulutnya tidak sadar mengenai wajah Maya.
Maya tidak menanggapi ucapan Bu Mega.

"Ngapa? mau nangis?! mau mohon-mohon lagi biar saya iba sama kamu?!"

"Jangan harap!" ucap Bu Mega sarkas.

"Kejam banget ya. Coba yang nagih suaminya. Gue kedipin dikit, urusan gak jadi se berabe ini" batin Maya.

"Saya gak mau tau. Nanti sore saya kesini lagi. Batasnya sore nanti. Kalo masih belum ada duit. Silahkan pergi dari sini!" ucap Bu Mega memberi keringanan.

Maya bernafas lega. Walaupun temponya hanya sampai nanti sore. Setidaknya Maya ada sedikit waktu untuk berfikir.

"Baik, bu. Akan saya usahakan" ucap Maya disertai senyuman.

"Silahkan pergi, bu" lanjut Maya dengan sopan. Senyuman dibibir terus Maya tampilkan.

Bu Mega melotot kaget. Maya baru tersadar kemudian menutup mulutnya.

Plak..

Bu Mega memukul kepala Maya dengan kipas tangan yang ada dalam genggamannya.

"Awww.. sshtt!" Maya mengusap-usap kepalanya.

"Gak ada adab!" caci Bu Mega kesal dengan sikap Maya yang tidak sopan.

"Maaf bu, maaf! Saya keceplosan" ucap Maya sambil menyalimi tangan Bu Mega berkali-kali.

Bu Mega menarik tangannya kasar. Kemudian melenggang pergi karena merasa diusir tanpa mengucapkan apa-apa.

"Aduh, mulut gue! lemes banget dah" gumam Maya diakhiri dengan geplakan pelan dimulutnya.

BERONDONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang