Gadis itu memandang jalan, tatapanya kosong dia hanya melihat butiran salju turun dari langit dan dibiarkan menumpuk di tempat.
Gadis itu terus berjalan tanpa memandang arah jalan, mukanya tampak tidak ada semangat dan lesu. Tidak sadar bahwa dia sedikit demi sedikit kehilangan kesadaran dirinya dia terjatuh dan sekektika pandangnya gelap semua.
...
Dia membuka matanya, dia menyadari dirinya sedang berada di rumah sakit dia bingung kenapa dia bisa ada di sini? Siapa yg membawa dia kesini? Pertanyaanya terngiang ngiang di kepalanya.
Sampai akhirnya ada yg membuka pintu kamar inap nya.
"eoh, sudah sadar?" pria itu memasuki ruangan ini, pria itu terlihat tua tapi bukam berarti dia seperti kakek kakek yg mempunyai uban.
"kamu siapa?"
"saya yg menolong kamu saat kau terjatuh pingsan di jalan, apa kau tau? Banyak orang yg merhatiin kau, jadi aku membawa kau kesini"
"ahh.. terima kasih"
"rumahmu dimana? Biar saya antar kau jika kau sudah pulih"
Gadis itu diam sejenak, dia belum menjawab pertanyaan orang yg menyelamtkanya itu dia malah menunduk melihat tanganya yg saling mengelupaskan kulit keringnya.
"kenapa kau tidak menjawab?"
"a-aku.."
"cerita lah pada saya, kau kenapa? Kenapa gadis sepertimu pingsan di jalan sendirian?" tanya pria itu, oiya pria itu juga memakai kacamata.
"apa kau mempunyai handphone?"
"tentu punya kenapa?"
"n-nama ku Nisha.., aku mau menelfon adiku dulu, apa boleh?" tanya gadis itu yg bernama nisha.
"ahh boleh boleh, tunggu sebentar.."
Pria paruh baya itu mengasih handphonenya ke Nisha. Nisha segera menekan beberaoa nomor dan menempelkan handphone ke telinganya.
"yeoboseyo?"
"ini kakak, kau ada dimana? Sudah makan belum?"
"ahh ini kakak, aku berada di rumah temanku kak, ini diajak makan bareng hehe"
"kalo begitu bagus lah.."
"kakak diamana?"
Nisha diam dia harus jawab apa, tidak mungkin dia menjawab berada di rumah sakit.
"kak?"
"i-iyaa kakak lagi ada di rumah t-temen kakak juga ko hehe"
"ooh okee, tapi kakak ganti nomor ya?"
"emmm.., engga ko, ini kaka lagi pake handphone temen kakak aja"
"begitu kah? Baiklah aku matiin ya kak, babayyy"
Tut!
Sambungan terputus.
"terima kasih.." Nisha memberi handphonenya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better Story || Watanabe Haruto
Teen FictionNisha Arabella Caroline. "Berjuang menetapkan dan satu kepaksaan untuk meninggalkan." Watanabe Haruto. "Berjuang untuk menyelamatkan dan berjuang untuk menetapkan."