Sepatu sora sudah tertata rapih di tempatnya, tinggal memasuki rumah. Baru masuk rumah Nisha sudah disambut oleh keluarganya yg berkumpul di ruang tamu.
Nisha mendekati keluarganya. Sebenernya di sekitaran sama ada beberapa koper, Nisha sudah tau pikiranya akan kamana, jadi dia menanya ke orangtuanya memastikan.
"mamaa papaa"
"eh Nisha udah pulang nak?"
Nisha mengangguk.
"papa sama mama beneran mau pergi?"
"iya nak, emangnya kenapa? Sebentar doang ko"
Nisha duduk di sofa, bukan hanya ada Nisha tapi ada Arvin juga.
"jangan pergi ma pa, disini aja"
Nisha menatap kedua orang tuanya dengan tatapan sendu. Sungguh, perasaan khawatir masih ada di dalam lubuk hati Nisha. Nisha tau dia sangat sayang sama orang tuanya, tapi baru saat ini dia merasakan perasaan seperti ini.
Papa Nisha mendekati Nisha dan duduk di samping Nisha, tanganya merangkul sang anak.
"Nisha.. Dengeran papa, papa sama mama pergi ga lama ko, papa sama mama usahain nanti pulangnya di cepetin. Jangan kayal gini, kalo kayak gini nanti papa smaa mama disananya malah kepikiran"
"papa sama mama baik baik aja disana nanti, gausah khawatir ya, papa bakal jaga mama, yang penting Nisba disini baik baik sama Arvin, kalian udah dewasa hatus udah bisa urusin hidup. Ini ujian kemandirian kamu sama Arvin oke?"
Nisha sempat terdiam sebentar, hati nya masih sedikit ragu untuk meng-iyakan papa nya, tapi mau gimana lagi dia harus percaya dgn papanya.
"iya.., tapi pulang jangan lama lama ya"
"iyaa"
Nisha beranjak dari duduknya, berdiri ingin ke kamarnya.
Kaki Nisha menginjak kamarnya, tangnga memegang knop pintu dan menutup pintunya. Kakinya melangkah, mengganti bajunya degan baju rumah. Dia duduk di bangku meja belajarnya.
Mungkin karna terlalu bagus, Nisha ingin melihat barang yg dikasih kekasihnya kemarin. Matanya selalu berbinar melihat riasan perak itu.
"emmm Haruto baik bgt sihh"
Saking bagusnya, Nisha greget sendiri melihat itu. Rasanya ingin memakai, tapi pikir Nisha tidak sekarang.
"apa aku kasih balik sesuatu ya?"
"tapi apa?"
Nisha bermonolog sendiri, dan akhirnya dia ke kasurnya dan berbaring.
.•°•.
Haruto baru saja melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu. Haruto masuk ke rumahnya itu, Haruto melihat ibunya yg sedang menata rapi hidangan makan siang.
"Haruto? Sudah pulang nak?"
"ahm, iya ma.."
"sini, makan dulu ayu"
Haruto menghampiri ibunya, dan duduk di meja makan, tidak lama ayahnya datang dan duduk.
Pintu bunyi ketokan, tak lama pintu terbuka.
"sahi pulang"
"sini makan"
Ucap ibunya. Asahi dan Haruto memang adik kaka, Haruto sebagai abangnya, mereka hanya beda satu tahun yg artinya Asahi seumuran dgn Nisha.
Haruto sebagai paling tua, dia harus bertanggung jawab atas keluarganya. Ibunya tidak mempunyai anak perempuan jadi Haruto harus lebih mandiri dalam menjaga keluarganya.
Mereka sekeluarga sudah kumpul dan makan. Setelah selesai makan, Haruto dan Asahi ke kamarnya masing masing.
Setelah masing masing masuk kamar, Haruto berbaring di kasurnya. Entah kenapa Haruto merasa sangat lelah hari ini jadi dia memutuskan untuk istirahat.
.•°•.
Haruto melihat jam yg digantung di dinding kamarnya. Menunjukan jarum jam ke arah 15.05. Haruto duduk di pinggiran kasurnya.
Ting!
Bunyi notifikasi handphone Haruto berbunyi.
Haruto melihat layar handphonenya, dia mengetik sesuatu, mengirimnya dan di balas oleh orang yg sdng chat smaa dia.
Percakapan dalam handphone, Nisha ingin Haruto menemaninya saat dia mengantar orang tuanya ke bandara besok. Haruto tidak menolak, dia juga ingin saja mengantar orang tua Nisha.
Hari besok libur, jadi apa salahnya juga.
.•°•.
Tepat pagi hari libur ini, Nisha dan keluarganya keluar rumah, bukan untuk bersenang senang pastinya. Nisha benar benar sedih, Arvin juga sedih tapi mungkin karna laki, dia tidak memperlihatkan kesedihanya dgn jelas.
"tante sini Haruto bantu"
Haruto melihat mama Nisha yg membawa koper, jadi Haruto ingin membantunya.
"ahh makasi ya nak.."
"gapapa ko tan, ayo"
Haruto membantu mama Nisha, Arvin membantu papanya dan Nisha memegang barang lainya.
Mereka berjalanan ke antrian bandaranya, sesampainya mama dan papa Nisha dan Arvin langsung berangkat.
"chaaa, sekarang mama sama papa pamit pergi dulu ya, Nisha jaga Arvin udah tanggung jawab kamu oke?"
"ais mama mah jangan kayal gituuu~"
Nisha kembali merengek seperti anak kecil.
"Haruto, kamu sudah tau sikap Nisha gimana.., jadi makhlumin aja ya nak, kamu udah selalu bareng sama Nisha, jaga Nisha sebisa kamu nak. Saya percaya sama kamu"
Papa Nisha memegang sebelah pundak Haruto, menatap dan tersenyum ke Haruto.
"ahh, iya om saya bakal jaga Nisha, sebisa saya juga akan jaga Arvin"
"hmm, yaudah mama sama papa pergi dulu ya sha, jaga diri kamu baik baik ya"
Mama sama papa Nisha berjalan menjauh Nisha. Nisha menatap punggung kedua orang tuanya yg lama kelamaan menghilang dari pandanganya.
Haruto merangkul Nisha untuk menenangkannya. Arvin yg berada di samping Nisha juga, dia memeluk Nisha.
Orang paling di sayang Nisha sudah menghilang, tidak ada di tempat yg Nisha injak saat ini.
Baru saja Nisha Arvin dan Haruto melihat pesawat yg ditumpangi orang tua Nisha lepas landas.
Sejak tadi Nisha tak kuat menahan rasa sedihnya, Nisha menangis sendu melihat orang tuanya tidak berada di sampingnya lagi.
—TBC—
—janlup vote—
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better Story || Watanabe Haruto
Teen FictionNisha Arabella Caroline. "Berjuang menetapkan dan satu kepaksaan untuk meninggalkan." Watanabe Haruto. "Berjuang untuk menyelamatkan dan berjuang untuk menetapkan."