"shhh, udah jangan nangis mulu"
"hiks hiks.. Rutoo.. Hiks hiks"
"udah ih kamu ga cape nangis, mau makan dulu? Mampir makan dulu yu?"
Nisha mengangguk angguk kecil.
"yaudah ayu"
"Arvin!"
Arvin menghampiri Haruto.
"iya?"
"ayo makan dulu"
"oke sipp"
Haruto Nisha dan Arvin berjalan menghampiri tempat makan di bandara itu.
.•°•.
"enak?"
Nisha mengangguk angguk lucu, dengan ada gumpalan makanan yg ada di dalam pipinya itu membuat Haruto gemas.
Pengen cubit pipinya, tapi Haruto tau keadaan tentunya.
"eumm.. Haruto.. Hyung..?"
Alvin berbicara ragu karna sebelumnya dia belum pernah memanggil nama Haruto jadi dia bingung ingin memanggil nama Haruto dgn apa.
"haha iya?"
"kan Arvin masih kecil, belum boleh pacaran ya?"
Haruto mendengar pertanyaan Alvin sedikit ketawa.
"kenapa? Kamu cemburu?"
"enggaa lahh"
"terus kenapa?"
"heh Arvin! Kamu masih kecil belum boleh pacaran"
Ucap Nisha.
"dih, kaka aja pacaran sama Haruto hyung"
"kaka kan udah gede"
"dihh, Haruto hyung belum liat kelakuan ka Nisha aja pas di rumahh"
"hiihh kamu juga ya ini itu maunya di ambilin"
"engga ko"
"iya"
"engga"
"iya"
"ssstttt udah udaahhh"
Haruto membuyarkan kerusuhan Arvin dan Nisha.
"udah ayo makan lagi gausar ribut okey?"
.•°•.
Hari mulai gelap, langit orange yg sedikit di hiasi dgn warna pink dan ungu terliht sangat indah.
Yg ada di pikiran Nisha, jika Nisha melihat awan indah ini dan kepikiran kepada orang tuanya yg ada di pesawat apakah orang tuanya melihat pemandangan awan yg sama?.
Melihat pemamdangan indah ini, entah kenapa Nisha selalu keingat kedua orang tuanya jika melihat langit. Baginya, orang tua adalah segalanya dari segalanya, mereka selalu ada dari Nisha kecil dan rasanya sedih melihat kepergian orang tua Nisha ini.
"liat apa hm?"
Nisha sadar dari lamunanya melihat langit dan mengarahkan pandanganya ke Haruto yg ada di sampingnya.
"langitnya bagus banget, pasti kalo mama liat, mama seneng"
"ko bisa gitu?"
"dari kecil aku sama mama sering bgt liat langit kayak gini"
Haruto merangkul Nisha dan ikutan melihat langit. Menatap indah langit hari ini, memang ini sudah sore jadi bonus hari ini melihat sunset.
Dari belakang mereka terdengar suara hentakan kaki yg berlari mendekati Haruto dan Nisha.
"ayo"
Seru Arvin, Haruto mengangguk dan mengajak Nisha untuk berjalan ke mobil untuk pulang ke rumah.
.•°•.
Mobil Haruto sudah berada di depan rumah Nisha sejak beberapa menit lalu. Dan Haruto berada di dalam rumah Nisha, sebagai tanda terima kasih Nisha hanya bisa mengajak Haruto mampir ke rumahnya.
"cape ya?"
Nisha menaruh minuman di meja tamu dan duduk di samping Hatuto.
"gak kok, udah biasa"
"kalo cape minum aja yaa, maafin aku ya ngerepotin"
"gapapa koo"
Sedang ngobrol bersama, Arvin memanggil sang kaka.
"ka Nishaa"
"iya?"
"eumm.. Bisa bantuin Arvin kerjain tugas ga?"
.•°•.
"hati hati ya"
"pasti dong, aku deluan yaa"
"hmm, dadaahh"
Haruto pulang dgn mobilnya, terakhir sebelum Haruto menghilang dari pandangan Nisha, Haruto senyuk dan melambaikan tanganya ke Nisha.
Nisha lanjut masuk ke rumahnya. Entah, terasa berbeda saat ini, rumahnya terlalu sepi tidak ada orangtuanya disini. Keadaanya seperti tdk mendukung.
—TBC—
—janlup vote n komen say—
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Better Story || Watanabe Haruto
Teen FictionNisha Arabella Caroline. "Berjuang menetapkan dan satu kepaksaan untuk meninggalkan." Watanabe Haruto. "Berjuang untuk menyelamatkan dan berjuang untuk menetapkan."