'Temukan rasa manis dalam hatimu sendiri.
Nanti kan kautemukan rasa manis dalam semua hati'-Rumi-
Foto Omar ⬆️
.
.
.Laila POV
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Setidaknya bagiku dan assisten ku, Lina. Ya, sebenarnya kami sama-sama desainer interior, tetapi pak Beni dan yang lain menilai bahwa Lina harus belajar dariku dulu sebelum menangani proyek sendiri karena dia baru fresh graduate. Meski dia lulus terbaik dari universitas terbaik di dunia. Dia harus belajar. Tegas rekan kerjaku, yang mungkin sesungguhnya merasa terintimidasi oleh background pendidikannya. Ya, tentu saja aku juga pernah merasa demikian, aku lulusan kampus teknik negeri di Bandung, ITB. Dan dari semua rekanku, hanya beberapa saja yang merupakan lulusan kampus luar negeri. Termasuk CEO kami. Dengar-dengar, dia itu lulusan arsitektur dari UCL London, Inggris dan dia bahkan mendapat gelar MBA juga. Pantaslah dia menjadi CEO.
Ah, soal CEO, jujur aku tidak tahu yang mana orangnya. Ada begitu banyak orang yang bekerja di perusahaan Omar Architect. Bukan hanya orang lokal, banyak sekali orang blasteran atau bahkan asli WNA yang terikat kontrak dengan Omar Architect, yang merupakan anak perusahaan dari Omar Corp. Yang bergerak di banyak bidang, kalau tidak salah, salah satunya adalah import mobil mewah. Entahlah, aku hanya berkutat di Omar Architect jadi aku tidak begitu paham soal perusahaan induk.
Di kantor yang berlantai lima puluh ini, kamu bisa menemukan semua etnis manusia, mulai dari lokal sampai impor. Dan tentu saja, bekerja dengan bermacam-macam orang membuatku sangat senang pergi ke kantor karena aku bisa melihat laki-laki Arab atau bule, atau bahkan Korea. Perusahaan ini memiliki sampel dari semua laki-laki tampan di seluruh penjuru dunia. Terutama di bagian marketing dan finance. Keduanya di donimasi oleh para pewaris ketampanan nabi Muhammad S.A.W dan nabi Yusuf S.A.
Saif, adalah salah satunya. Ya, meskipun dia itu cerewet dan bawel, juga pemarah tapi dia adalah laki-laki, yang kalau boleh jujur, aku tak keberatan menjadi istrinya. Sayangnya, dia baru saja menikah dengan sesama keturunan Arab, Jasmine. Jasmine adalah klien kami dua tahun silam. Saif yang menanganinya. Dan Saif pula yang mendapat bonusnya. Jasmine, maksudku. Dunia memang tidak adil. Semua proyek yang aku tangani pasti dari klien yang sudah berumah tangga dan berbahagia!
Oh, karena kami akan menemui klien sekalian makan siang, aku tidak memesan makanan seperti biasa, dan aku salat di mushalla di lantai ini karena tak ingin terlambat untuk meeting dengan klien. Ah, soal pesananku kemarin, entah bagaimana ceritanya bisa tertukar. Aku hanya mendapatkan kopi pahit dan roti daging! Padahal aku menghabiskan saldo uang elektronik ku untuk memesan minuman dan makanan manis kesayanganku. Huh... Menyebalkan memang. Tapi itulah yang terjadi.
Tok..tok...tok...
"Masuk," kataku sedikit berteriak.
"Assalamualaikum, Bu, saya sudah siap." Katanya menenteng tas kerja di lengannya.
"Baiklah. Tunggu sebentar." Sahutku lalu bersegera merapikan mejaku.
"Kamu sudah salat?" Tanyaku berdiri sambil memasukkan beberapa barang ke dalam tasku.
"Saya sedang tidak salat, Bu." Jawabnya tersenyum kecil.
"Oh, ok. Kalau begitu ayo. Kamu sudah memesan taksi, kan?" Tanyaku. Aku tidak ingin kami membuang waktu untuk menunggu taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband On Progress: Cinta Itu Ada
RomanceOmar, anak laki-laki pertama dan satu-satunya. Keluarganya, lebih tepatnya sang ibu memintanya untuk segera pulang membawa menantu, bahkan telah memilih beberapa kandidat yang menurutnya pantas menjadi menantu dan istri dari putra kesayangannya itu...