Omar POV
Suasana makan malam berjalan seperti biasa, diselingi obrolan kecil, sesekali.
"Omar, come to my office later," kata ayah menatapku sekilas lalu sibuk kembali menyendok makanan di atas piringnya.
"I have an appointment with Ibrahim tonight, Baba," sahutku. Kami akan berlatih kick boxing. Akhir-akhir ini sulit sekali membuat janji dengannya, apalagi malam. Semenjak menikah, dia menjadi laki-laki rumahan. Pulang kantor buru-buru langsung ke rumah. Rindu istri, katanya. Padahal mereka hanya berpisah delapan jam setiap harinya. Sedikit tidak masuk akal, bukan?
"Appointment?"
"Yes, Baba. An important one." Jawabku.
"Can you cancel it?" Ayah melihatku. Alisnya berkerut.
"I am afraid I can't." Jawabku. Bukannya aku ingin menghindar dari pembicaraan yang akan ayah sampaikan, hanya saja aku sudah lama tidak pergi hang out dengan Ibrahim.
"Well, may be tomorrow you can come to my office."
"Very well."
"Abang ada janji apa sama, bang Ibrahim?" Tanya Noora melihatku.
"Kepo!" Balasku.
"Noora ikut, bang, ya?"
"Ngapain?"
"Noora nebeng sampe luar doang." Bisik Noora lirih di telingaku. "Please, bang. Baba nggak bakalan ngijinin Noora keluar malem sendiri."
"Abang juga nggak ngijinin." Balasku sama berbisiknya.
Noora merengut, lalu mencubit lenganku yang terbuka.
"Aw... Apaan sih?"
"Noora?" Tegur ayah yang memerhatikan kami sejak tadi. Ibu juga menatap kami curiga.
"Bang Omar, Ba!" Teriak Noora. "Dia mau ketemu Laila, berdua aja. Mau kencan!"
Aku membulatkan mataku mendengar ucapan adikku, beraninya dia berbohong! Aku memutar kepalaku ke samping, terlalu cepat hingga terdengar bunyi gesekan tulang-tulang leherku. Aku menyergit dan menatapnya tajam,"You!"
"Omar?" Baba menatapku tegas. Ada kecurigaan disana. Ibu pun menatapku.
"Bohong, Ba. I'm going with Ibrahim. Noora lied!"
"Then, take her with you. Remember Omar, you shouldn't take a girl out at night and alone doing Allah know what!"
"Yes, Baba."
"You can bring her home for dinner instead." Ibu bersorak. Aku menyergit, 'her' siapa? Laila?
Ayah tampak berpikir. "Good. Bring her home tomorrow for dinner!" Suara ayah lebih kalem meski disertai nada perintah.
"But Baba..."
"Just bring her home, and I want an explanation why are you taking her away with you to Bogor this coming weekend?"
"It's not like that, Baba! She is my interior designer for our future home, it was work relate! Nothings more."
"Was it necessary? She can work from here? Why take her to Bogor? And for three months, Omar? What are you up to? Are you nut? What will people think?"
"They can think whatever they want!" Sahutku acuh.
"Omar?"
"I'm not gonna stay with her, dad! And we are not alone, there will be another workers, and our house keepers! I will be back after I settle down everything there! Laila will stay behind for the project but I'm!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband On Progress: Cinta Itu Ada
RomanceOmar, anak laki-laki pertama dan satu-satunya. Keluarganya, lebih tepatnya sang ibu memintanya untuk segera pulang membawa menantu, bahkan telah memilih beberapa kandidat yang menurutnya pantas menjadi menantu dan istri dari putra kesayangannya itu...