ㅡtime lapse: one year later.
---
Changkyun POV
Sembari memakai kaos kaki dan sepatu. Mataku terus melirik ke arah bayi mungil berpipi cubby yang tengah memainkan boneka beruang di tangannya. Bayi itu terlihat asik bermain walau hanya seorang diri. Saat aku melihat bayi itu, aku seolah tengah melihat diriku sendiri. Aku yang selalu bermain seorang diri, dulu.
Karena terlalu sibuk dengan lamunanku. Aku sampai tidak sadar jika kini bayi itu sudah berada di atas pangkuanku. Dengan tangan yang asik memainkan tali hoodie ku, bayi itu tersenyum hingga membuat dua gigi susu terlihat menyembul dari gusi merah mudanya yang membuat kesan imut semakin menjadi-jadi pada bayi itu.
Kami bertatapan untuk beberapa saat. Aku meraih pipi bersemu merah bayi itu dan mengelusnya lembut dengan ibu jariku. Aku menghela nafas dalam.
"Jagoan. Ayo kita berangkat."
Suara Appa menginterupsi membuat kami sama-sama menoleh ke arahnya. Bayi mungil itu mengangkat kedua tangannya saat ia melihat Appa berjalan mendekat ke arah kami. Bayi itu meminta Appa untuk mengangkat tubuh gempalnya.
"Uww baby sudah cantik, hmm" ujar Appa sembari menciumi perut bayi itu, dan membuatnya tertawa renyah. "Ayo kita berangkat. Jangan sampai terlambat lagi kali ini."
Aku hanya mengangguk kemudian berjalan mengekor di belakang Appa.
Saat aku berjalan mengikuti Appa. Aku bisa melihat dengan jelas ekspresi lelah pada bahu lebar itu. Setiap hari aku menyadari satu hal, Appa sudah tak lagi muda. Tapi ia justru harus merelakan waktunya untuk menjaga dan merawat kami seorang diri.
Di perjalanan. Aku terus memandang kosong keluar mobil. Sesekali aku akan menurunkan kaca mobil hanya untuk menghirup segarnya udara musim semi tahun ini.
"Kyun. Anginnya terlalu kencang hari ini." Ujar Appa dari balik kemudi.
Merasa mengerti dengan maksud Appa. aku menutup kembali kaca mobil itu. Aku menoleh ke arah bayi kecil yang ada di sampingku, bayi itu terlihat sangat menggemaskan, terlihat dari tingkahnya yang tengah berusaha meraih ujung kakinya sendiri.
Wajah masamnya benar-benar mengingatkanku pada seseorang. Dan aku rindu pada orang itu.
Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh lima menit. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Hampir setiap hari kami datang ke tempat ini. Bahkan beberapa orang di sana sudah bisa ku kenali dan mereka mengenali kami.
Seperti bibi suster, paman security dan dokter-dokter yang tidak terlalu ku kenal tapi beberapa pernah ku jumpai. Rumah sakit ini sudah seperti rumah kedua untuk ku.
Sembari menggandeng tangan Appa. Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Sesekali Appa akan menyapa petugas rumah sakit yang berpapasan dengan kami.
"Kyun. Lihat, baby mengantuk."
Aku menoleh dan melihat bayi yang ada di gendongan Appa menguap dan mulai melingkarkan tangan mungilnya di leher Appa. Aku hanya tersenyum dan kembali fokus pada lorong yang terasa semakin panjang setiap kali aku datang kemari.
Kami sampai di salah satu ruang rawat VIP. Appa mendorong pintu ruangan itu, terlihat dua orang yang ada di dalam ruangan itu menoleh ke arah kami. Di saat itu pula seorang wanita paruh baya menghampiri kami untuk mengambil alih bayi yang tanpa ku sadari sudah tertidur pulas dalam gendongan Appa.
Appa menyimpan tas yang dibawanya di atas meja yang ada di tengah ruang rawat inap itu.
Aku diam beberapa saat sampai Appa menggenggam tanganku dan membawaku berjalan mendekati seseorang yang masih tertidur dan enggan untuk bangun sejak satu tahun yang lalu.
"Love. Bagaimana keadaanmu?"
Aku bisa merasakan genggaman Appa di tanganku menguat. Aku mengelus genggaman itu dengan ibu jariku, berusaha menyalurkan penenang bagi sosok hebat dan kuat itu.
"Dokter sudah memeriksa keadaannya. Semua luka yang ada di tubuhnya sudah sembuh... tapi mereka mengatakan, sedikit membingungkan karena ia belum juga sadarkan diri setelah satu tahun berlalu." Ujar Halmeoni yang duduk di sofa ruangan itu..
Appa mengelus pelipis laki-laki manis itu dengan lembut sebelum memberikan kecupan sayang di keningnya.
Sudah satu tahun berlalu dan ia masih terlihat nyaman dalam tidurnya. Wajah pucat itu tidak sedikitpun mengurangi kesan indah pada dirinya.
Setelah kejadian buruk yang menimpa kami. Appa memutuskan untuk menikahi Daddy, dengan keadaan Daddy yang sudah tertidur selama tiga puluh hari. Aku merasa senang sekaligus sedih saat itu.
"Hyunwoo. Appa dan Eomma akan membawa baby ... suasana rumah sakit tidak baik untuknya."
Tanpa melepas perhatiannya dari Daddy. Appa mengangguk untuk merespon Halmeoni.
Aku beranjak dan duduk di sofa untuk membiarkan Appa menghabiskan waktunya mengobrol dengan Daddy walau memang Daddy tidak akan pernah membalas setiap cerita yang ia sampaikan. Aku menatap kosong pada sebuah foto yang selalu tersimpan dalam dompet Appa. Foto bayi kembar yang baru lahir. Tapi dengan keadaan yang sangat berbeda.
Akibat kejadian buruk itu juga, kami harus merelakan salah satu bayi yang Daddy kandung. Karena keadaan bayi itu sudah tidak bernyawa sejak berada dalam perut Daddy. Hantaman keras yang mengenai perut Daddy menyebabkan bayi itu harus pergi meninggalkan kami sebelum menatap indahnya dunia.
Kami tidak bisa berbuat banyak saat itu. Dalam keadaan yang tak berbeda, Appa pun terus merutuki dirinya sendiri karena merasa gagal dalam menjaga Daddy dan calon bayi mereka.
Saat itu Appa harus menjalani perawatan selama beberapa hari akibat luka tembak pada dada kanannya. Tapi Tuhan masih menyayangi kami dan membiarkan Appa tetap hidup untuk menjaga kami selama Daddy terbaring tak berdaya di dalam ruang rawatnya bersama dengan beberapa alat medis yang tidak ku mengerti.
Paman Chae pun terluka saat itu, ia koma selama satu bulan. Setelah Paman Chae dinyatakan sadar, Paman Shin segera mengurus kepindahannya dan berencana untuk membawa Paman Chae ke Paris, bersama dengan Paman Wonho. Aku merasa sangat sedih saat itu. Karena aku merasa, selain Daddy dan Appa, hanya Paman Chae yang bisa mengerti segala hal yang ada di hidupku. Aku sangat menyayangi Paman Chae, aku membiarkannya pergi.
Kejadian itu meninggalkan bekas luka yang amat dalam bagi kami. Daddy harus kahilangan bayinya dan Paman Chae harus merelakan Ayahnya.
Aku selalu berharap semua ini cepat berlalu dan Daddy bisa kembali berbahagia bersama kami.
Changkyun POV end.
.
.
.Cennu, 12 Okt' 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness For You [Son Family]🌸
Novela JuvenilPerpisahan bukanlah penghalang untuk menggapai kebahagiaan. Jika Tuhan telah berkehendak dan didukung dengan usaha, maka kebahagiaan itu akan mudah digapai. ▪BxB ▪MPreg ▪Be wise p.s: ⚠️ kamu tidak boleh baca kalau belum 17 tahun 7 April 2020 - 12 No...