12. Perjalanan Tiada Klasik

1.9K 282 516
                                    


CHAPTER 12

"Belajar dari kesalahan akan membuat beban, anggap kesalahan sebagai pengalaman tanpa pengulangan,"

-Lty

Siang hari, sekitar pukul jam 10, anak-anak pra-TK di Kota Tangerang sudah dipulangkan. Mereka menunggu orang tuanya untuk menjemput setiap anak, di sebuah halte tunggu khusus di depan sekolah.

Dan sudah menjadi langganan bagi ibu guru bernama Swa Jin yang menunggu mereka semuanya pulang di halte, dan seperti biasa Lee Jaemmy adalah siswanya yang selalu dijemput paling akhir.

"Lee Jaemmy, sepatunya jangan dicoret coret ya nak, kan jadi kotor, tidak rapi, kalau tidak rapi tidak indah dipandang mata," nasihat bu guru saat melihat anak kecil ini duduk sambil menggoyang goyangkan kaki dengan sepatu yang banyak coretan spidol bahkan dia menggambar kepala gajah di sepatunya.

"Tapi Jimmy thuka menggambal di thepatu Jimmy," ibu guru tersenyum mendengar alasan singkat Jimmy yang khas anak kecil, ia membelai kepala bocah tampan ini. 

"Jaemmy boleh menggambar tapi di buku gambar, nanti Jaemmy kasih tunjuk ke ibu guru ya?" 

"Sepatu jimmy jelek!" Bocah kecil ini menginjak sepatu Lee Jaemmy. Sementara pemilik sepatu memandang oknum penginjak kemudian memukul kepalanya.

"Hwang Ryan tidak bol-"

pak

"Huwaaaaaaa bu guru, Jimmy mukul kepala ryan!"

"Lee Jaemmy, Hwang Ryan berhenti bertengkar, itu buruk," kemudian ibu guru ini mencoba memeluk dan menenangkan Ryan yang ditonjok matanya oleh Lee Jaemmy.

Selang beberapa detik saja sudah ada mobil, yang hampir setiap hari lewat di sini kemudian seseorang turun dari mobil dengan wajah yang khawatir,

"Ryan oh my gosh putra mama, what hapen to you?"

"anak cadel itu mukul ryan mamah!"

"kamu lagi?" tegur mama Ryan,

"mohon maaf bu, saya ak-" ucapan ibu guru ini terjeda,

"maaf lagi? anak gapunya orang tua ini selalu bikin masalah, kalau bu guru tidak mendidiknya dengan benar semua anak bisa jadi korban bocah preman ini,"

"ibu mohon maaf, sebaiknya jangan membicarakan ini di depan Jaemmy,"

"kenapa? anak ini memang gak ada sopan santun, apa dia benar-benar gaada orang tua yag mendidiknya dengan baik? tapi bisa saja, karena selama pertemuan orang tua, hanya orang tua bocah ini yang tidak datang,"

Lee Jaemmy hanya menundukkan kepalanya memandangi sepatunya yang penuh gambar hewan, meskipun dia masih kecil dia cukup mengerti dan bertanya-tanya kenapa ayahnya selama ini tidak pernah ada untuknya. 

"psikologis anak-anak belum menerima apa yang ibu katakan,"

"masa bodoh, didik anak itu dengan baik," ibu ini menggendong putranya ke dalam mobil meninggalkan Lee Jaemmy dan ibu guru di halte tempat tunggu penjemputan sekolah.

"Lee Jaemmy jangan sedih, ibu itu marah karena sayang dengan Lee Jaemmy," hibur ibu guru itu.

Lee Jaemmy mengangguk kemudian menyunggingkan senyumnya.

"Jimmy senang kena malah kalena ayah tidak penah malah thama Jimmy,"

"karena Jaemmy tidak nakal ya? Jaemmy nurut ayah?"

Salah Naskah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang