23. Free📍

80 35 4
                                    

Suasana kelas sangat ramai, sudah biasa. Walaupun termasuk kedalam kelas unggulan, bukan berarti muridnya tak bisa bercanda gurau kan?.

Elina dan Raina hanya terdiam, mereka sudah berbaikan beberapa hari yang lalu setelah insiden dimana Elina mengetahui fakta yang Rain sembunyikan.

Rain berdecak. "Canggung banget kita," kesalnya.

"Ih gue kan masih kesel sama lo," ungkap Elina kepada Rain.

"Lo gaada niat jenguk Pahel?" tanya Rain penasaran.

"Pengen sih, tapikan gue masih kesel sama Pahel," sahutnya.

"Pahel ga salah woi," sinisnya.

Elina menatap kesal kearah Rain. "Berarti lo yang salah," ujarnya dengan jari telunjuk berada di jidat Rain.

Rain menepis tangan Elina. "Gue.ga.salah!" balasnya penuh penekanan disetiap kalimat.

"Yang salah siapa dong?" Elina bertanya seperti orang linglung sambil menggaruk dagunya pelan.

"Makin lama makin parah yaa," Rain berujar dengan menggelengkan kepalanya.

"Parah apa?".

"Bego nya."

"Astagfirullahh, kamu jangan solimi."

"Solimi solimi, SOLEHAH," teriak Rain diakhir kalimatnya.

"Berisik setan," kesal Elina.

"Bay de way bas way, Gattan mana? tumben ga keliatan batang idungnya," tanya Elina.

Rain menggidikan bahunya tak tau. "Jagain Pahel, maybe."

"Loh? emang keluarga Pahel gaada kabar sama sekali gitu?" tanyanya lagi membuat Rain menatapnya datar.

"Hehe piss," Elina mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya dengan muka yang terlihat konyol.

"Nanti lo jenguk Pahel?" tanya Elina mengalihkan pembicaraan.

Rain mengangguk. "Rutinitas, rasanya kalo ga ketemu Pahel aneh gitu," ungkapnya.

Elina mengangguk mengerti. "Sama sih, gue kangen banget. Kaya ga ada waktu lama gitu bakalan bareng Pahel," jujurnya.

"Maksud lo?" Rain menatap Elina dengan wajah bingung.

"Ya gue ngerasa kaya kita gabakal lama bareng sama Pahel, gatau perasaan gue aja atau apa," jelas Elina.

"Gue ambigu," aku Rain.

"Eh kita ulangan kenaikan kelas sebentar lagi ya? Pahel ketinggalan materi ga yah? kalo iya gue nanti mau ngajarin dia ah," lagi dan lagi Elina lah yang mengalihkan pembicaraan.

Rain menggeleng. "Dia udah terlalu pinter," dari raut wajahnya, Rain terlihat sedikit kesal. "Masa kemarin main tanya jawab seputar pelajaran gitu, dia bisa jawab semua," lanjutnya membuat Elina terkekeh pelan.

"Dia yang terlalu pinter apa lo yang terlalu bego?" sinisnya.

"Gue ga bego yahh!" kesalnya tak terima.

"Iya deh yang pinter," final Elina yang tak dijawab oleh Rain karena guru yang mengajar memasuki ruang kelas.

***

"Genta tunggu," panggil seorang gadis sambil berlari kearah Genta yang jauh di depan sana.

"Genta," entah sudah berapa kali gadis cantik itu memanggil nama Genta, bahkan teriak sekalipun tak membuat si pemilik nama menoleh.

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang