13. Penasaran📍

111 50 8
                                    

Hari-hari berlalu dengan begitu cepat, tak terasa sudah dua bulan lebih Pahel bersekolah di SMA DRAINASE, pertemanannya dengan Elina dan Rain menjadi semakin akrab, begitu pula dengan Gattan dan kawan-kawan nya. Namun Genta? entahlah, Pahel sudah jarang melihatnya, terakhir ia melihatnya seminggu yang lalu.

Tentang sakit yang diderita Pahel semakin lama semakin parah, harus menjalankan pengobatan yang alternatif dan harus menjaga benar-benar kesehatan tubuhnya. Namun dengan begitu, teman Pahel tak ada yang tau karena ia menyembunyikan nya.

Tentang Siska? dia sudah memiliki kekasih yang berasal dari bandung, tempat dimana ia bekerja di luar kota untuk sementara. Mereka menjalin kasih dengan cara LDR. Pahel tak pernah tau bagaimana rupa dari sang kekasih Siska, intinya Siska selalu senyum-senyum sendiri saat mengingat sang kekasih.

Nah kalo si kecil Jeslyn, ia sama saja. Tak banyak yang berubah, bahkan tak ada. Yang ada malah ia tambah cerewet, Jeslyn juga sering mengomeli Pahel karena susah makan.

Dan tentang hubungan Pahel dengan keluarganya masih sama, bahkan tambah menjauh, Pahel yang enggan berkunjung, dan keluarganya yang tak menganggapnya.

Saat ini, Pahel sedang bersama teman-temannya di kantin sekolah, dimana waktu istirahat tiba. Teman Gattan dan Pahel bergabung menjadi satu membuat suasana meja kantin yang di tempatinya semakin ramai.

"ANJIR BATAGOR GUE LO TELEN," histeris Rayyan.

Dimas menoyor kepala Rayyan yang terlalu berlebihan. "BELI BELI, JANGAN KAYA ORANG KISMIN."

"Lebay banget lo," sahut Ardan sambil mengunyah batagor milik Rayyan dengan tampang watadosnya.

Rayyan mendelik sinis, ia menatap Devan dengan wajah memelas namun tak dihiraukan oleh Devan.

"Najisin banget," celetuk Rain tertuju pada Rayyan membuat Rayyan menoleh.

"Apa mau gue cium?!" tanya Rayyan dengan nada yang menjengkelkan.

Rain berekspresi seperti ingin muntah. "Ogah."

"Awas jodoh," sambar Elina tanpa menoleh kearah keduanya.

"Amit-amit," ujar Rayyan dan Rain bebarengan membuat Elina terkikik geli.

Ardan saat ini sedang melanjutkan makan dengan batagor milik Rayyan yang tak disadari oleh pemiliknya, Dimas dan Devan sedang bermain game di ponselnya, Gattan sedang memperhatikan keduanya, sedangkan Pahel sedang memakan makanannya tanpa merasa terganggu sedikitpun.

Rayyan dan Rain saling melemparkan tatapan tajam yang mematikan, keduanya seperti ada dendam terselubung di diri masing-masing, entah apa itu masalahnya.

"Uh so sweet banget sih kalian," ledek Gattan yang sedari tadi terus memperhatikan keduanya, ia rasa lama kelamaan temannya ini akan jatuh cinta dengan Rain.

Rayyan menoleh kearah Gattan. "Gue mending ama Pahel, cuek-cuek gitu gapapa deh, daripada sama nenek lampir kaya gini," ketusnya, Rain mendelik dengan mata yang semakin menatap Rayyan dengan tajam.

Pahel yang namanya dibawa pun menoleh kearah Rayyan, namun matanya ditutupi oleh sebuah tangan kekar. "Jangan ngeliat, dosa," ujar Gattan, Pahel menoleh kearah Gattan dan menggeleng, ia lanjut memakan makanannya.

"Masuk kuy," ajak Elina setelah selesai menghabiskan makanannya, tanpa banyak bicara mereka bangkit dan keluar dari kantin untuk menuju kelas masing-masing. Banyak tatapan iri yang diarahkan untuk Pahel, Pahel adalah murid baru yang beruntung karena bisa berteman dengan mereka.

"Apa sih," desis Pahel saat lengannya di senggol oleh Gattan.

"Itu Genta," bisiknya.

Pahel menoleh kearah yang ditunjuk oleh Gattan, dan benar disitu ada Genta bersama seorang gadis cantik, sepertinya itu kakak kelas mereka.

Entah mengapa kaki Pahel berjalan mengarah pada Genta dan sosok gadis tadi, diikuti oleh Gattan di belakangnya tanpa Pahel sadari.

"Genta," panggil Pahel.

Genta menoleh dan tersenyum manis, ia menghampiri Pahel dan mengusap puncak kepalanya. "Apa?" tanyanya sambil merangkul Pahel untuk duduk di kursi yang tadi ia duduki.

"Kemana?" tanya Pahel, Genta yang mengarti hanya mengangguk.

"Maaf ya Hel, akhir-akhir ini gue jarang bareng sama lo, soalnya gue harus ikut lomba olimpiade di Bandung buat perwakilan sekolah nanti. Jadi dari kemarin gue belajar terus," jelasnya panjang lebar, ia mengarahkan dagu nya pada seseorang di samping Pahel. "Dia patner gue, padahal kita udah kelas 12, harusnya kan yang ikut lomba kelas 11, tapi pas itu ga sempet milih akhirnya kita deh," lanjutnya.

Pahel terkekeh pelan. "Iya," sahutnya, gadis di samping Pahel tercengang dibuatnya. Genta menjelaskan panjang lebar dan Pahel hanya membalas 'iya'?, yang benar saja.

Pahel menoleh kearah gadis yang ada di sampingnya, seperti biasa, tanpa ekspresi.
Gadis itu tampak kikuk dan tersenyum canggung, ia mengulurkan tangannya. "H-hay, gu gue Alexa," ujarnya gugup.

Pahel membalas uluran tangannya. "Pahel," jawabnya dan langsung berdiri. "Gue ke kelas," lanjutnya sambil berjalan menjauh.

Alexa menoleh kearah Genta membuat Genta terkikik geli. "Yang biasanya so senioritas, ehh ketemu Pahel kicep," ledeknya. "Yang biasanya ngomongin Pahel gabisa senyum, pas di depannya keringet dingin," lanjutnya lalu terbahak kencang membuat Alexa marah, kesal, dan malu.

"Berisik," ketusnya. "Anjir banget gue baru pertama kali diginiin sama adek kelas," keluhnya saat menyadari hal yang baru saja terjadi, ia menoleh kearah Genta yang masih berusaha meredakan tawanya.

"Awas lo sampe macem-macem sama Pahel," ancamnya dengan tatapan tajam yang dibuat-buat.

"Gue juga pilih-pilih kalo mau macem-macem, mana berani gue sama orang kaya die. Yang ada belum apa-apa gue udah sekarat kali," cerocosnya.

"Dia emang gitu ya?" tanyanya pada Genta, Genta menggeleng.

"Dulu dia ceria, pokonya selalu senyum," aku Genta membuat Alexa mengangkat kedua alisnya.

"Kenapa sekarang gitu?" Alexa semakin penasaran dibuatnya.

"Karena—," sengaja, Genta menggantungkan ucapannya.

"Karena apaan Genta! jangan bikin gue kesel," gregetnya pada Genta.

"Karena, karena LO KEPO YAA?!" pekiknya dengan sengaja, Alexa spontan menabok lengan Genta dengan kencang menggunakan buku paket yang berada di tangannya.

"Ya karena something," ujarnya santai.

Alexa mendelik. "Kalo lo gamau ngasih tau juga gapapa, gue bisa nyari tau ko," sombongnya.

Genta mengangguk. "Gue ga peduli," ujarnya sambil menggidikan bahunya, detik selanjutnya ia berlari tak tentu arah karena takut serangan mendadak dari Alexa.

"Pahel? kaya kenal," gumam Alexa.

"Gue penasaran sumpah," keluhnya.




"Tolong jangan membuatku berharap lebih kepadamu:)".



Hallo Indomie in your area🤓
Dibaca ya, kalo ada penulisan yang kurang tepat/tanda baca yang salah letak kasih tau aja gapapa...

Jangan lupa komen and vote🙏
Follow akun ini dan Follow Instagram @avr_vee

-ALVER
-DEATH DIARY

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang