5. He is back📍

216 92 37
                                    

"Hel, bangun," tepukan disertai panggilan membuat Pahel terbangun dari tidurnya.

"Kantin yu," ajak Rain sambil menarik tangan Pahel.

"Temen lo mana?" tanya Pahel.

"Temen gue gamasuk, besok kalo masuk, gue kenalin deh," ujar Rain dengan cengirannya, Pahel mengangguk paham.

"Mau Pesen apa Hel?" tanya Rain setelah sampai di bangku kosong kantin. Pahel menggeleng membuat Rain bingung.

"Ga tau," ujarnya membuat Rain mengangguk. "Gue mau steak, ada?" tanya Pahel polos.

Rain menggeleng tak percaya. "Hel ini kantin sekolah, bukan Restoran," ujar Rain.

"Samain sama gue aja ya?" tanya Rain membuat Pahel mengangguk menyetujui.

"Tunggu, jangan kemana mana," pamit Rain pada Pahel.

Pahel mengedarkan pandangannya menuju seluruh penjuru kantin, banyak manusia yang berdesak-desakan mengantri makanan, dan banyak orang berlalu lalang untuk mencari tempat duduk. Jujur ia risih, ia tak suka keramaian.

"Pahel, lo suka nasi goreng kan?" tanya Rain setelah ia sampai.

Pahel mengangguk ragu, ia memang sangat menyukai nasi goreng, tapi ia selalu ingat Laodya saat memakannya.

"Hel, gue kira lo judes banget gitu, muka lo kaya tembok berjalan, eh taunya, lo polos ternyata," cerocos Rain membuat Pahel tersenyum kecil.

"Berapa?" Pahel menanyakan harga makanannya.

"Gausah, hari pertama lo sekolah gue traktir, selanjutnya gantian," cengir Rain, Pahel hanya mendengus menanggapi nya.

"Pahelsca?" panggil seseorang yang berdiri di samping Pahel, kulitnya putih bersih dengan bola mata berwarna biru cerah, Pahel mengenalinya. Ada rasa terkejut dalam diri Pahel ketika ia menoleh, namun dengan cepat ia merubah ekspresi wajah nya menjadi datar.

"Lo Pahelsca kan?" tanyanya lagi dengan gurat bahagia yang terpampang jelas di wajahnya.

"Siapa hel?" Rain bingung, pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada Pahel.

Pahelsca mengangkat kedua bahunya acuh. "Salah orang," ketus nya.

"Pahel, aku Genta, sahabat kecil kamu hel," desak orang tersebut.

"Sahabat yang menghilang bagai ditelan bumi?" sinis Pahel.

"Aku menepati janji kan? menepati janji untuk bertemu kembali, bermain lagi bareng kamu," ujar Genta.

"I miss you Cilla," deg. Cilla, nama itu, panggilan yang ia rindukan dari sosok di depannya.

"Don't call me Cilla," desis Pahel, senang memang dipanggil seperti itu lagi, tapi ada banyak kecewa yang mendominasi.

"Kamu berubah?" terukir air muka kecewa dari Genta, ia merindukan Cilla- nya.

Terukir senyum sinis yang terpampang jelas di wajah datar Pahel. "Gue ga pernah berubah! Genta jahat!" sakras Pahel dan meninggalkan kantin.

"Lo siapa sih?!" bentak Rain di depan muka Genta, Genta tak menghiraukan. Ia pergi bersama dengan perasaannya yang berkecamuk. Ia rindu Pahel, ia rindu sosok itu, ia tau ia salah, tapi apakah kesalahannya sangat fatal? jika iya, tolong sampaikan maafnya pada Pahel- nya.

Pahel berdiri dengan tatapan kosong, ia membiarkan kulitnya tersapu oleh angin di tengah panasnya matahari, seakan menikmati semuanya, seakan mendalami semuanya, Pahel tenggelam dengan lamunannya, bukan menghayal apa-apa, ia hanya meratapi nasibnya.

Belum bisa melupakan luka yang tumbuh baru-baru ini, sudah mendapat luka lagi. Sangat menyakitkan dan menyenangkan diwaktu yang bersamaan. He is back. Dia kembali, kembali ke dalam kehidupan kelam Pahel. Bukan ... bukan Genta yang salah, tapi ia yang sengaja menjauh, ia tak ingin Genta menyaksikan bagaimana tersiksanya ia setelah Genta meninggalkannya.

Hembusan nafas kasar keluar berulang-ulang kali, ia memandangi padatnya kota Jakarta dari atas sini, Roftoop sekolahnya.

Bagaimanapun, sekeras apapun ia menghindar dari rasa sakit, akan terasa lebih menyakitkan rasanya. Ia malah akan menjadi orang paling bodoh yang lari dari permasalahan.

Ingin sekali ia mengeluh, ingin sekali ia mengeluarkan bebannya, ingin sekali ia menyandarkan badannya dan mengadu pada pendengarnya, tapi itu semua mustahil baginya.
Ia menertawakan dirinya sendiri disaat orang lain menertawakan kehidupannya, ingin sekali rasanya ia menyalahkan takdir yang tak bisa diubah, dunia begitu jahat, kejam, dan tak adil menurutnya.

Hujat saja dia sesuka hatimu, Pahel kan sudah kebal dengan rasa kecewa, sakit, dan sedih yang bersamaan. Apakah ada yang mau menyakiti dirinya lagi? banyak.
Apakah ada yang mau membantu ia ketika terjatuh lagi? semoga.

Jawaban diatas jawaban memang sulit dipecahkan, entahlah, ia hanya mengikuti alur hidupnya.

Tetesan tetesan mengalir begitu saja, bukan, air mata, melainkan darah.

Penyakit itu, penyakit yang membuat dirinya harus menjadi kuat, penyakit yang ia akan kalahkan, tapi terkadang, penyakit itu yang membuat dirinya patah semangat.

Tak ada niatan untuk melanjutkan hidupnya lebih lama, percuma bunuh diri jika ia akan mati termakan penyakit itu, haha. Dan mirisnya, tak ada yang mengetahui kecuali dirinya, Siska, dan tuhan. Memangnya siapa yang akan peduli?.

"Gapapa, asal bukan air mata yang jatuh, gue gapapa," gumam Pahel sambil membersihkan darah yang terus mengalir dari hidung mancungnya.

"Seandainya kau di sini nyonya Laodya, aku sangat merindukanmu," lirihnya dengan mata yang mengarah ke langit biru.

Ia ingin menjadi seperti Elang yang terbang bebas di udara.
Ia ingin menjadi seperti Putri kerajaan yang disayangi banyak orang.
Dan ia ingin menjadi seseorang yang kuat dan tangguh, anti rapuh ataupun tidak pernah jatuh.

Berangan-angan menurutnya hanya akan semakin menyiksa dirinya, bukankah manusia takkan pernah puas dengan keinginannya?.

"Semuanya, terimakasih."

"Ih Pahel kan gaboleh nangis, katanya kuatt," ujarnya pada dirinya sendiri dengan suara bergetar.

"Terimakasih tuhan, telah memberiku bidadari tak bersayap disisa-sisa hidupku, jaga ka Siska tuhan, aku menyayangi nya," lanjutnya, biarkan ia lemah untuk hari ini, mungkin besok akan ia terapkan hidup keras, agar hatinya tak lagi layu seperti sekarang ini.








Jadi guys, aku bikin chapter ini, chapter dimana dia kembali tuh ada tujuannya, tujuan yang mungkin gabisa ditebak, maybe hehe.

otakku tak cukup untuk memikirkan surprise surprise kaya di cerita lain, maaf bangett ya guys.

Aku akan usahakan semaksimal mungkin dan aku ga mau maksain diri aku banget buat digejor terus.

Aku nunggu niat yang tertanam rapi didalam hatiku, asekk.
Soalnya kalo aku maksain, alurnya malah ga jelas, ini aja udah ga jelas banget sumpah.

aku gabisa mendalami suatu peran/tokoh, jujur aku bosen sama cerita aku sendiri🙂 akutuh orangnya gampang bosenann, jadi maklumi.

Kadang aku jga ga semangat kalo mau nulis lagi😁hehe.

Udah ah segitu aja.
jangan lupa baca cerita
-ALVER dan
-DEATH DIARY

Sampai jumpa di chapter selanjutnya📍

please stay with me📍

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang