16. Get up please📍

110 40 8
                                    

Dokter David mengangguk. "Baik, saya lanjutkan" memberi jeda sebentar. "Ananda Pahelsca, mengidap gagal ginjal" lanjutnya.

***

-Aku harap ini hanya mimpi yang mustahil untuk menjadi kenyataan.

Bagai tersambar petir disiang bolong, Rain dan Gattan sama sama mematung seperti orang bodoh. Tanpa sadar air mata Rain jatuh dengan mudahnya tanpa diminta, begitupun dengan Gattan yang matanya sudah memerah menahan tangis yang didominasi oleh amarah.

Brakk

"Gak usah ngomong macem-macem lo!" Gattan sangat kalut, ia menarik kerah kemeja putih yang digunakan dokter David.

"GATTAN STOP!" Teriak histeris Rain sambil menarik Gattan untuk kembali duduk.

"Ini boong 'kan dok?" tanya Rain getir.

Dokter David tersenyum miris. "Ini kenyataan pahit yang harus diterima, apapun resikonya," jawabnya membuat tangis Rain semakin pecah.

"Stadium?" Gattan bertanya dengan emosi yang belum stabil.

"Untuk stadium, Pahelsca sudah memasuki stadium 2 tahap akhir, yang artinya jika tidak segera ditangani akan menuju stadium 3, dimana semakin sulit untuk disembuhkan," jelas dokter David ramah.

"Saya harus gimana dok," tangisan pilu Rain membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasakan sama apa yang dirasakannya.

"Temani dia kapan saja," ujar dokter David. "Ada beberapa cara untuk menyembuhkannya," lanjutnya.

"Apa dok?" sela Rain dan Gattan bebarengan.

"Yang pertama kemoterapi, yang kedua transplantasi ginjal jika sudah semakin parah," jelasnya.

"Efek samping kemo apa dok?" Rain bertanya ketika tangisannya sudah mulai reda.

"Banyak efek sampingnya, saya akan mencatat semuanya setelah ini," ujar dokter David.

Setelah selesai, Rain dan Gattan pamit untuk keluar dari ruangannya, mereka berjalan dengan gontai menuju tempat dimana Pahel berada.

Sedari tadi, seseorang menguping pembicaraan mereka. Sakit. Satu kata yang mewakili perasaannya, ia ikut merasakan sesak yang entah dari mana datangnya.

Disepanjang koridor menuju ruangan tempat dimana Pahel berada, Rain terus menerus menyeka air matanya yang tak berhenti mengalir, sedangkan Gattan memandang kosong kearah koridor di depannya.

"Anjir dokter David udah ganteng, pinter ngelawak pula," canda Rain untuk meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah mimpi.

Gattan menoleh dan menaikkan sebelah alisnya, ia mengukir senyum sinis. "Bercandanya mengandung bawang," sahutnya membuat Rain terkekeh, namun tak bisa dipungkiri bahwa tatapan Rain seakan memendam kesedihan yang dibarengi jatuhnya air mata.

Rain tersenyum getir. "Gimana cara bilang ke mereka?".

"Bilang seadanya."

"Lo yakin? apa ga bikin suasana makin keruh?" tanya Rain tak yakin.

Gattan menggidikan bahunya. "Yaudah, gausah ngomong," balasnya dibalas anggukan oleh Rain.

Dari kejauhan, mereka melihat Rayyan dan Ardan sedang bercanda gurau, sedangkan Devan sedang memainkan ponselnya.

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang