9. Elina dan Cristova📍

153 65 32
                                    

"Pedulimu membuatku merasa berharga berada di dunia ini, terimakasih".

***

"Pahel!" panggilan yang ia nantikan akhirnya datang, dia datang. Jeslyn yang menghilang.

Pahel menoleh dan mendapati Jeslyn dengan muka kesalnya.

"Udah aku bilang jangan nyakitin diri sendiri!" Jeslyn merebut cutter yang telah melukai tangan Pahel hingga mengeluarkan darah segar.

"Apasih," ketusnya.

"Pahel! ini bahaya, bisa infeksi!" omelan Jeslyn mengingatkan ia pada seseorang yang telah berubah, Laodya.

"Kamu belum minum obat kan? belum sarapan kan?" lanjutnya lagi. Pahel tersenyum tipis, sangat tipis.

"Aku sarapan di sekolah aja," jawabnya sambil melenggang setelah mengambil tas abu-abu miliknya.

"Tapi kan harus minum obat," Pahel menengok, ia jengah, ia membanting diri di kasurnya lagi.

"Cape," keluhnya.

"Hel," ujar Jeslyn penuh peringatan.

Menghembuskan nafas kasar. "Nanti Aku sarapan sekalian minum obat," finalnya, setelahnya ia beranjak menuju pintu keluar.

"Aku gamau kamu kenapa-kenapa," teriakan dengan nada khawatir. Pahel mematung sejenak, detik berikutnya ia melanjutkan langkahnya.

Pahel senang dikhawatirkan, ia merasa dipedulikan, dan ia merasa kembali hidup. Jeslyn maupun Siska selalu seperti itu, peduli dan khawatir. Tapi terkadang mereka berlebihan yang membuat Pahel jengah.

Ia memesan ojek online dari ponselnya, ia menunggu di depan Lobby Apartemennya.

"Pahelsca ya?" tanya seseorang yang Pahel yakini adalah ojek yang ia pesan, Pahel mengangguk dan langsung menaiki motor tadi.

Sepanjang jalan, Pahel gusar. Ia tak terbiasa berboncengan dengan orang asing, ia takut diculik. Padahal siapa yang mau menculiknya?.

Gerbang SMA DRAINASE sudah terlihat, Pahel menghela nafas lega, ia turun dari motor dan membayar kepada orang tadi.

Suasana yang tak jauh beda dari hari kemarin, Pahel menaiki tangga guna menuju kelasnya, di depan pintu kelas ia melihat segerombolan lelaki yang berkumpul di tempat duduknya, dan disitu juga ada Gattan.

Pahel memasuki kelas dan menuju tempat duduknya berada, Rain? belum datang mungkin.

Segerombolan pemuda dengan penampilan urak-urakan tak menyadari bahwa Pahel telah berdiri di sisi mereka, tak ada niat untuk menegur ataupun mengusir, biarkan saja mereka intropeksi diri.

5 menit berlalu, mereka masih belum menyadari keberadaan Pahel, Pahel dengan muka datar dan tenangnya masih setia berdiri, ia kesal dan juga gengsi. Tapi tak lama semua mata segerombolan pria tadi mengarah ke arahnya dengan tampang bingung.

"Dia duduk disini," pecah sudah lamunan para pria tadi, semuanya langsung menyingkir.

"Anjir anjir mimpi apa semalem gue ketemu bidadari?" ceplos pria dengan rambut pirang dan kulit putih bersihnya. Ganteng, sayangnya bobrok.

"Ajigile Gattan diem-diem wae," sahut satunya lagi, si rambut ikal dengan kulit eksotis.

Perkiraan Pahel salah, ia kira pria-pria ini berperilaku buruk seperti preman kebanyakan, tapi ternyata, mereka berperilaku layaknya orang yang sudah kenal lama, istilah sokap.

Tak ada niatan Pahel membuka suara setelah ia duduk di kursinya, teman Gattan tadi pun sudah menuju kelasnya masing-masing, tentunya Gattan masih bertahan dengan posisi duduknya.

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang