24. Alexa📍

80 35 7
                                    

Ruang rawat gadis yang terduduk di atas bankar senyap, sepi, atau sunyi? yang pasti tak ada yang bersuara sedikitpun setelah teman Pahel bahkan teman Genta memasuki ruangan.

Alexa yang merasa tak enak hati, dan Elina yang merasa dikutili hidup-hidup. Ya, Elina tau bahwa Elina lah yang menyebabkan ruangan ini menjadi sunyi, sedangkan Alexa merasa, mereka seperti ini karena kehadiran dirinya.

"Sorry," baru saja Alexa akan membuka mulutnya, namun sebuah suara mengintruksi lebih dahulu.

"Hel," rengek Elina sambil berlari mendekati Pahel dan memeluknya dengan erat. "Maaf," lanjutnya lagi masih dengan rengekan khas nya.

"Hm," sengaja, Pahel membalas dengan gumaman karena atas suruhan Rain yang sedari tadi menahan tawanya.

"Hel lo marah?" tanya Elina seraya melepas pelukannya.

"Ga," ujar Pahel dengan datar.

"Kan-".

Perkataan Elina terpotong dengan suara tawa yang menggelegar penuh di ruangan ini, semuanya tertawa, begitupun Alexa yang tak mengarti apa-apa, kecuali Elina yaa.

"Kenapa sih?" heran Elina.

"Muka lo," sela Rain ditengah-tengah tawanya.

Tiba-tiba tawa mereka berhenti mendadak, entah angin dari mana mereka memasang raut datar.

"Garing banget," ketus Pahel.

"Humor lo semua receh," sahut Rayyan.

"Gue geli," timpal Ardan mengingat momen dimana tak ada yang lucu tapi malah ketawa berjamaah.

"Apa banget sih guee," teriak Rain frustasi.

"Udah, sono pada balik," usir Genta pada semua orang yang ada di ruangan ini, kecuali Pahel.

"Gue masih kangen sama Pahel," sela Elina.

"Besok Pahel pulang elah," keluh Genta sambil mengibaskan tangannya bermaksud untuk mengusir.

"Balik dulu ya Hel," pamit Rain mewakili semuanya membuat Pahel mengangguk, setelahnya ruangan sepi, hanya diisi Pahel, Alexa, dan Genta. Gattan? tadi Pahel suruh pulang untuk beristirahat, walaupun dengan paksaan.

"Udah makan Hel?" tanya Genta seraya menghampiri Pahel, Pahel menggeleng.

"Bubur ayam mau?" tawar Genta.

"Nasi goreng," ujar Pahel.

Genta mengerutkan keningnya bingung. "Boleh kah?" tanyanya memastikan membuat Pahel mengangguk semangat.

"Oke, tapi ga pedes ya?" tawar Genta membuat bahu Pahel merosot, mode ngambek.

"Ga pedes atau ga sama sekali?" ancaman halus dari seorang Genta mampu membuat Pahel kesal.

"Ga pedes," final Pahel dibalas dengan senyuman penuh kemenangan.

"Al, gue beli makan dulu, titip Pahel ya," pamit Genta pada Alexa yang duduk di bangku sebelah bankar Pahel membuat Alexa mengangguk.

Sepergi nya Genta keluar, Alexa seperti ingin mengatakan sesuatu namun ia tahan.

"Kenapa?" tanya Pahel menyadari gerak gerik mencurigakan dari seorang Alexa.

"Anu," ungkapnya gugup.

"Gue ga mau basa basi ya," ujar Alexa yang diangguki oleh Pahel.

"Ronald Cristova," dua kata yang tergabung menjadi satu nama membuat Pahel menegang sesaat. "Bokap lo?" lanjut Alexa dengan nada ragu.

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang