30. My girl?📍

66 31 3
                                    

Bukan tentang siapa, dan bukan tentang mengapa. Namun tentang perasaan apa.

***

"Jangan gitu Gattan."

"Terus gimana lagi hell?".

"Terserah."

Jawaban paling menyebalkan yang sering dikeluarkan oleh kaum hawa saat ditanya, 'terserah'. Saat ini keduanya sedang berada di dalam kelas, bekerja kelompok dengan teman sebangku untuk mendiskusikan presentasi yang digunakan dalam pengambilan nilai.

Gattan berdecak. "Nyebelin banget, nih lo aja yang bikin," ujar Gattan dengan tangan yang menyodorkan kertas yang sudah penuh dengan catatan.

"Gitu aja ga bisa," sinis Pahel sambil mengambil kertas yang diberikan oleh Gattan. Tugas mereka sudah selesai, namun Pahel mengajukan untuk menghias kertas dengan coretan berwarna-warni.

"Lo ribet."

"Ga jadi nih?!" ancam Pahel kesal.

Gattan menggidikan bahunya acuh dengan mata yang menatap ponsel miliknya, Pahel yang memilih tak memperdulikan Gattan pun melanjutkan pekerjaannya untuk menghias kertas dengan secantik-cantiknya.

Drrttt drrtt

"Hp lo Hel," beritahu Gattan.

"Angkatin," suruh Pahel tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.

"Dari Genta," ujar Gattan lagi.

"Serius?!!" girang Pahel yang langsung melepaskan spidol dari tangannya dan dengan gerakan kilat ia merebut ponselnya yang berada di tangan Gattan membuat Gattan melirik sinis kearahnya.

"Hallo," sapa Pahel terlebih dahulu.

"Pahell, lo dimana?".

"Dikelas."

"Pulang bareng gue ya."

"Emang kenapa?".

"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat, pasti lo suka."

Senyum tipis terukir perlahan dibibir mungil Pahel, Pahel mengangguk dengan cepat walaupun ia tau jika Genta tak dapat melihatnya. "Oke."

Gattan yang berada di samping Pahel menyeritkan keningnya bingung dengan tingkah Pahel yang mendadak ceria, tak seperti tadi yang selalu sinis atau bahkan memasang wajah kesal.

Setelah obrolannya dengan Genta cukup lama, Pahel memutuskan untuk mengakhiri panggilan via telepon nya karena ada tugas yang harus ia selesaikan, Pahel menoleh kearah Gattan yang sedang mengerjakan pekerjaannya untuk menghias kertas, kerutan di dahi Pahel terlihat jelas. "Ko lo yang ngerjain?" tanyanya.

"Hm."

"Jangan acak-acakan," peringat Pahel sambil memantau karya dari tangan Gattan.

"Hm."

"Why?".

"Hm."

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang