21. Laodya📍

102 36 8
                                    

Sudah tak terhitung jumlah rokok yang pemuda ini hembuskan, ia sudah terlalu larut dengan pikirannya yang memikirkan hal lain. Bukan kehidupannya, melainkan kehidupan seseorang yang membuatnya hampir frustasi.

Tak peduli dengan banyaknya abu rokok yang berceceran dimana-mana, sudah tak peduli dengan penampilannya, bahkan kesehatan tubuhnya. Ia kecewa dengan takdir yang menimpa orang yang ada di dalam pikirannya.

Terlalu kalut sehingga tak memikirkan keadaan sekitar, untungnya ia bukan pemabuk seperti kebanyakan remaja jaman sekarang. Ia hanya bergantung pada rokok, itupun jarang ia lakukan.

Genta.

Pemuda dengan wajah tampan bak dewa, saat ini keadaannya sangat tidak baik.

Genta memikirkan bagaimana caranya agar Pahel bisa bahagia, bagaimana caranya agar dia mampu tertawa lepas, bahkan bagaimana caranya agar mengembalikan senyuman cantik itu.

Tak ada keinginan lain selain melihat Pahel kembali ceria, Pahel adalah orang terpenting selain kedua orang tuanya.

drttt drrtt

Dering telpon membuyarkan lamunan Genta, ia mengambil dan mengangkat panggilan yang berasal dari nomor asing.

"Halo?" sapa nya karena tak ada tanda-tanda orang di sebrang bersuara.

"Halo Genta,"

Genta seperti kenal dengan suara itu, sangat familiar dan yang pasti tebakannya tak salah.

"Pahel?" tanya Genta memastikan.

"Iyaa," jawaban girang dari Pahel membuat Genta tersenyum senang.

"Kenapa Hel?" ujarnya penuh pengertian.

"Kesini,"

"Ngapain?" tak perlu ditanyakan bagaimana ekspresi wajah Genta saat ini, yang pasti ia sedang tersenyum geli.

"Ck! tinggal kesini aja," dumal Pahel dari sebrang sana.

"Oke, otw Princes, mau dibeliin apa?" finalnya.

"Es krim."

"No baby."

"Why?."

"Gue beliin buah, bye," setelahnya, Genta mematikan sambungan teleponnya.

Pahelsca, gadis kecil yang selalu berusaha Genta lindungi, bidadari tak bersayap nya, atau bahkan pengembali moodnya. Sekeras apapun Pahel berubah sikap, tetap saja Pahel tak bisa jika tak manja kepada Genta, itulah yang Genta suka. Pahel telah mempercayainya, walaupun sudah berpisah beberapa tahun lamanya.

Genta membereskan kekacauan yang ia buat, berganti pakaian untuk menghilangkan bau asap rokok yang menempel di pakaiannya, setelahnya ia bersiap untuk berangkat menuju rumah sakit yang Pahel tempati.

***

"Ngeselin banget si," dumal gadis yang sedang duduk manis di atas bankar miliknya. Padahal dia sudah berusaha untuk tidak cuek, batinnya.

Rambut panjangnya tergerai dengan indah, bibirnya ia majukan, bahkan raut wajahnya terlihat kesal namun menggemaskan. Pahel sendiri, Gattan pamit ke dalam toilet.

"Hel," panggil Gattan yang sudah keluar dari toilet, Pahel mendongak untuk melihat Gattan.

"Nih," ujar Pahel sambil menyodorkan ponsel milik Gattan yang ia pinjam untuk menelpon Genta, tapi Pahel sudah izin kepada pemiliknya loh ya.

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang