36. Rencana📍

56 27 4
                                    


36. Rencana📍

-

-

•Dan sekarang aku mengarti, bahwa kamu mengucapkan janji bukan untuk ditepati, namun untuk dijadikan ilusi tak bertepi.

***

Efek yang ada di dalam kemoterapi tak begitu mengerikan bagi Pahel, karena memang ini baru yang pertama, entah jika sudah beberapa kali. Pahel bukan orang bodoh yang tak tau efek samping kemoterapi, tetapi ia harus siap jika mengalami perubahan pada tubuh nya karena efek sampingnya. Apalagi rambut rontok, sudah pasti itu adalah hal yang sakral bagi perempuan.

"Muka lo pucet," beritahu Elina yang sedari tadi memperhatikan Pahel yang sedang melamun.

Rasa mual yang diderita Pahel cukup membuat Pahel risih, mengapa harus ada mual di dalam efek jangka pendeknya?. Selain mual, Pahel juga merasa sedikit pusing yang membuat wajah Pahel terlihat pucat, seperti tak ada kehidupan di dalam diri Pahel.

"Namanya juga abis kemo," jawab Rain.

Elina mengangguk membenarkan, tangannya kini mengambil ponselnya yang letaknya tak begitu jauh dari jangkauannya. "Kalian mau pesen makanan apa?" tanya Elina pada keduanya.

"Emang siapa yang mau beli?" bukannya menjawab, Rain malah balik bertanya kepada Elina.

"Anak-anak pada mau kesini, mereka nawarin mau dibeliin apaan," jelas Elina.

"Emm, gue pizza deh," balas Rain sambil tersenyum manis dengan alis yang dinaik turunkan.

"Lo apa Hell?" tanyanya pada Pahel.

Pahel sebenarnya tak ingin apa-apa, hanya saja ia butuh makanan ataupun minuman untuk mengurangi rasa mual nya. "Jus alpukat," entah itu bisa mengurangi rasa mual atau tidak. Hanya itu yang terlintas di pikiran Pahel.

Elina mengangguk dan mengetikkan beberapa pesanan yang akan dikirimkan kepada Ardan.

"Eh, kan bentar lagi libur, apa gaada niatan buat liburan bareng gitu?" ujar Elina memecahkan suasana.

Rain tampak berfikir sejenak, lalu mengangguk pelan menyetujui. "Ajak yang lain aja," jawabnya namun dengan mata yang melihat kearah Pahel yang sedang memperhatikan interaksi keduanya.

Pahel menggidikan bahunya. "Gue ikut aja," balasnya sekenanya saat mengarti arti dari tatapan Rain.

Rain terkekeh pelan. "Peka aja lo Hel."

Elina hanya menganggukkan kepalanya. "Berapa hari lagi si?" heran Elina.

"Ini aja udah tanggal 11, berarti 4 hari lagi kita ulangan kenaikkan kelas, abis itu libur," jelas Rain disertai nada kesal membuat Elina terkekeh hambar.

"Liburannya," datar Elina.

"Itung aja sendiri," ketus Rain sambil melirik sinis kearah Elina membuat Elina ingin mencakar-cakar wajah mulus milik Rain.

"Dari tadi kalo ga mau ngasih tau ga usah bebelit, udah muter-muter, ga dapet jawaban pula," argumen Elina entah tertuju pada siapa, yang pasti diantara Pahel dan Rain tak ada yang menggubris ocehan sinis dari Elina.

"Pesanan datang," teriak Dimas sambil memamerkan plastik belanjaan yang ia bawa.

"Hallo, pangeran kambekk," sahut Rayyan tak kalah kencang sambil memutar-mutar kan tubuhnya dengan tangan yang direntangkan bak putri yang sedang menari.

Bayangan Kalbu [ TERBIT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang