Empat belas

641 216 32
                                        

Maaf sebelumnya, mungkin ada sebagian dari kalian yang ngikutin cerita ini tapi belum follow aku. Yuk kita kenal lebih dekat. Ini hanya sesuatu yang muda dengan mengKlik follow 😊

Terima kasih karena telah mendukung cerita ini lewat vote dan komen. Semoga Thorjid bisa menyajikan cerita yang terbaik buat kalian.

SELAMAT MEMBACA

Yani dan Annawi duduk di sofa panjang di ruang tengah, di depan tivi yang baru kemarin dipasangkan layanan tivi kabel. Dila sempat menawarkan tivi satelit kepada Asti tapi karena harga tivi kabel yang lebih murah, sudah pasti Asti akan memilih itu. Setidaknya, Annawi sudah bisa senang sebab ibunya tidak melanggar janji.

Ibunya sedang pergi untuk belanja bulanan dan membeli obat-obatan. Itu sebabnya Yani ada untuk menjaga Annawi. Semalam, yang Annawi tahu, ibu-ibu di kelurahannya datang menjenguk Annawi. Kunjungan itu ditengarai dengan penyerahan amplop yang berisi uang hasil pengumpulan dana untuk biaya operasi Annawi. Meski belum mencapai biaya yang dibutuhkan, paling tidak ibunya sudah sangat terbantu. Annawi justru berharap biaya untuk operasi itu tidak pernah cukup, terus terang, Annawi tak tahu kapan ibunya membahas soal operasi itu dengan dokter dan lagipula, Annawi takut dioperasi.

Mereka menonton salah satu seri drama Korea yang Yani sama sekali tidak tertarik. Annawi senang bukan main. Rasanya seperti harinya dipenuhi dengan imajinasi dunia luar. Lucu, sedih dan terkadang menegangkan. Tak ada seri yang ditontonnya berulang-ulang. Semuanya tayang sesuai jadwal dan yang terpenting, bukan film lawas atau bajakan seperti yang ibunya pernah sediakan.

Tampaknya, Annawi punya Ji Chang-wook sebagai idola baru setelah menonton Backstreet Rookie. Ia mencoba membandingkan, tetap saja Park Bo Gum masih menjadi yang terfavorit sebab aktor tersebut mengingatkannya pada dr. Danu. Annawi tersenyum-senyum kecil. Mendadak, ia teringat pada pocky yang pernah disembunyikannya di dalam boneka emoji. Beberapa hari semenjak kunjungan dr. Danu, ibunya terlalu banyak mengawasi. Waktu luangnya hanya dipenuhi dengan pengawasan, kelelahan dan berakhir di atas tempat tidur untuk istirahat. Jangankan memakannya, Annawi bahkan tak berani menyentuh boneka itu sebab takut hadiah istimewanya itu rusak.

Ia menoleh ke belakang, melihat pintu kamarnya. Pocky-nya ada di sana tetapi jika ia menurunkan kaki dan berjalan, ia takut Yani akan memergokinya. Ibunya, pasti akan sangat marah kalau sampai Yani memberitahu. Mungkin, ia harus menunggu beberapa menit lagi sampai wanita itu tertidur.

"Nanti, kalau drakor kamu sudah habis. Ganti ke channel tivi Nasional. Biasanya kalau jam segini, Bukde nonton dr. OZ."

"Dr. OZ? Apa itu judul sinetron?"

Yani terkikik kecil mendengar kepolosan Annawi. "Bukan sinetron, Ann. Itu semacam program Talk Show yang membahas tentang kesehatan. Penting buat kamu juga, loh."

"Ah, sepertinya menarik. Mungkin, lima belas menit lagi Oppa Ji Chang-wook balik ke rumahnya, nanti Ann tukar ke tivi Nasional. Mudah-mudahan itu bukan bagian dari acara tivi yang dihapus Ibu."

"Ibumu benar-benar mengatur siaran tivi?" tanya Yani sedikit kaget.

"Mungkin Ibu tidak ingin Ann kebablasan, Bukde."

"Ya, kamu benar-benar anak baik. Ibumu jelas tidak ingin Ann menonton acara tivi yang dapat merusak pikiran kamu." Yani tersenyum sambil membetulkan kain kupluk penutup kepala Annawi. "Bukde senang lihat Ann tampak lebih sehat begini. Jangan sakit-sakit lagi, ya? Bukde terus kepikiran kalau kamu ngedrop, Nak."

Sejenak, Annawi merasa menjadi orang yang begitu berarti. Annawi memandangi wajah wanita yang selalu diselimuti kebaikan itu dengan perasaan yang menenangkan. Tontonannya sejenak menjadi hal yang terlupakan ketika ia menyandarkan kepalanya di bahu Yani. Benar kata ibunya, ia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya. Mungkin itu sebabnya, ibunya tak pernah mempermasalahkan sanak saudara yang tak pernah mengunjunginya jika toh mereka memiliki para tetangga yang jauh lebih peduli.

MENUBA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang