Tujuh

745 217 33
                                    

Sinar tidak berpendar di ruangan redup. Asti duduk di meja makan. Dengan secangkir teh jahe di atas meja. Panas dan harum. Tubuhnya tegak pada sandaran kursi, diam dan tak bicara. Matanya bertumpu pada satu titik. Sesuatu yang tampak berkilat di penglihatannya. Pekat dan indah. Baginya, ini seperti melihat kotak perhiasan berharga yang susah payah dikumpulkan. Berharga dan jelas sangat berharga.

Pada bibir yang terulas senyum tipis, kerutan di wajah Asti tertarik. Ia menyentuh benda itu. Hangat dan-bagaimana bisa dadanya terasa bergemuruh. Menggumul dan terangkul. Senyum itu ada, tapi sebutir air mata lolos melewati sudut matanya. Meredupnya cahaya di ruangan itubagai sebuah konspirasi antara ia dan hatinya. Perpaduan yang seimbang. Ia ingin menyalahkan seseorang, ingin sekali. Akan tetapi ia tak tahu harus kepada siapa mengudarakan jari telunjuknya untuk menuduh. Kehendak Tuhan merupakan kepahitan yang Asti terima selama ini.

Ia menangis, lirih. Tak kentara. Tetapi jauh di dalam hatinya, ia bimbang dan ragu. Tangannya meraih tungkai cangkir, menyesap teh jahenya perlahan. Ada roman kelegaan di sekujur tubuhnya setiap kali Asti meminum rempah itu. Sebuah relaksasi yang menenangkan. Setelahnya, ia menaruh kembali cangkirnya, meneguhkan hati. Lalu, dengan kedua tangannya, ia membawa kantong berisi darah putrinya.

***

Annawi merasakan kepalanya berat, seluruh persendian di tubuhnya lemah dan tak bertenaga. Kulit tubuhnya dingin, bibirnya gemetar, matanya tak sanggup terbuka. Ia tidur dalam posisi miring ke kanan. Setiap kali ia berusaha membuka matanya, rasanya dunia berputar dan hendak menjatuhkannya. Ia bisa merasakan bokongnya basah dan lengket. Sesuatu pasti membuat dirinya tampak menyedihkan. Selimut membantunya tetap hangat. Ia berpikir untuk bangun dan pergi ke kamar mandi, bahkan untuk duduk saja ia tak sanggup.

Tubuhnya mengalami pergolakan yang ia sendiri tak tahu apa. Jarinya berusaha meraih tombol darurat di nakas sebelah tidurnya. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain meminta bantuan ibunya. Prajurit yang akan selalu ia butuhkan sampai kapan pun.

Tak lama, ibunya datang bagai ombak yang menggulung pantai. Menyentuh pipinya dan bertanya, "Kenapa, Sayang? Ada yang sakit?"

"Ann tidak tahu, Bu." Suara Annawi begitu halus dan bergetar di telinga Asti.

Wanita itu membuka selimut Annawi dan terkejut melihat sprei di bawah bokongnya dibanjiri darah. Celana tidur kekuninganya sudah berubah warna. Annawi bisa mencium bau anyir begitu selimutnya tersingkap.

"Astaga, Ann?" Ibunya memeriksa kelopak mata bagian dalam Ann, pucat dan-rupa itu tak ubahnya seperti mayat hidup.

Seharusnya Ibu tidak mengambil darah Ann sebelumnya, itu yang dikatakan Ann di dalam hati tanpa bisa menanggapi segala perkataan ibunya. Anemia sudah benar-benar menyeluruhi tubuh. Annawi tak bisa melakukan apa-apa jika sudah seperti ini. Menuruti apa saja yang dilakukan ibunya. Membersihkan bokong dan kemaluannya, memakaikan popok ke dalam celana longgarnya, mengganti sprei, mengganti pakaiannya dengan yang bersih, lalu dengan mata yang masih sulit terbuka, Annawi membiarkan tubuhnya dibopong penuh di atas kedua lengan ibunya.

"Bertahan, Sayang. Ibu akan bawa Ann ke rumah sakit."

Hal-hal darurat seperti inilah yang membuat Annawi menjuluki ibunya sebagai Prajurit sejati. Asti bisa menghadapi situasi gawat dengan cermat meski kecemasan juga kepanikan itu tergambar jelas di wajah ibunya. Asti menaruh Annawi di jok penumpang mobilnya lalu mengikat dada anak itu dengan safety belt. Itu adalah mobil jenis minibus yang usianya sudah hampir tua, yang tak akan pernah Asti gadaikan untuk menukarnya pada apa pun sebab Asti jelas membutuhkannya di saat darurat seperti ini.

Kepala Annawi lunglai ke sisi kanan, berusaha agar tidak benar-benar jatuh agar ibunya bisa fokus menyetir. Ia tak tahu ini sudah jam berapa, tetapi malam begitu sepi dan tak ada suara kendaraan lain yang berisik sebagaimana ia sering dibawa ibunya ke rumah sakit saat siang.

MENUBA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang