15. Mencari Sasmita, buat apa?

106 25 26
                                    

Mohon kebijakannya dalam membaca, cerita ini rate-nya 13+, ada beberapa nama yg salah-salah nangkapnya sebagai catcalling atau harassment padahal jelas bukan karena hanya fiksi semata.

°°°

Bukan kali pertama bagi adik-kakak bersikap bobrok ini untuk melakukan aktivitas sore harinya. Sebut saja bergelut ria—aktivitas paling favorit yang selalu mas Dhanan dan bang Wira lakukan jika diberi waktu dan kesempatan. Bahkan pak Supardi, selaku pembuat utama kedua makhluk dihadapannya itu hanya bisa bernapas panjang—lelah akan tingkah kedua bocah yang sudah terbilang dewasa itu, tak dapat ia sebut dengan kata bocah lagi sebetulnya.

Bapak tiga anak itu kini mengenakan kaus dalam serta sarung motif kotak-kotak yang kata Sasmita, bernilai jual tinggi jika dijual. Sebetulnya hanya motif kotak-kotak dengan warna hijau dan hitam pada umumnya, namun Sasmita bilang, beberapa lelaki tampan dari tanah ginseng turut mengenakannya, maka dari itu, bapaknya itu memiliki sarung langka dengan motif sama persis dengan yang dipakai salah satu lelaki tanah ginseng tersebut.

Ini dia fotonya.

(Punya bapak yang kayak dipake Haechan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Punya bapak yang kayak dipake Haechan)

Pak Supardi sedang santainya memberi pakan untuk tiga ekor ayam Katenya. Satu berwarna putih, namanya Jalang—bukan tanpa sebab bapak menamainya begitu, melainkan karena Sasmita yang terus saja merengek beberapa saat yang lalu kala Lonte di adopsikan kepada mas Dimas, tidak rela katanya. Maka dari itu, selepas kepergian Lonte, bapak membeli 3 ayam tak kalah imut dari Lonte.

Sama persis seperti Lonte, Jalang juga berjenis kelamin betina. Namun kala ditanya apakah kedua hewan itu berbeda atau tidak, bapak jelas bilang berbeda—tak mau ayam yang ia dambakan dan sudah ia angkat menjadi anak nomor pertamanya—menggeser dan melengserkan nama Kunadhya Dhannanjaya dengan mudahnya itu disebut sama dengan kucing bernama Lonte. Pasalnya, walaupun berjenis kelamin betina, Jalang tak seberingas Lonte yang terus saja menggulungkan badan di tanah saat melihat hewan berjenis kelamin lain.

Dan untuk dua ayam yang lain, berwarna coklat bercampur hitam. Layaknya saudara kembar, bapak menamainya dengan Udin dan Odin. Entah bedanya apa, jika orang normal yang melihatnya, sama sekali tak kentara. Namun di mata pak Supardi, mereka berbeda. Udin punya mata tegas dan dewasa, kata bapak. Udin juga kekasih hati si Jalang, entah bapak tahu darimana. Kalau Odin, dari rupanya terlihat ia ayam yang lemah letoy, kebalikan dari Udin. Tetapi itu kata bapak Supardi, bapak dari ketiga anak yang sifatnya tak kalah random dari ketiga anaknya.

Saat ini, bapak dan dua anak lelakinya itu sedang berada di halaman rumah. Bukannya membantu sang bapak memberi makan ayam-ayamnya, kakak-beradik itu justru bergelut ria pasal stiker yang hendak bang Wira tempelkan di motor Beatnya.

“Rasah di templeki, njijiki, najong!” komen mas Dhanan yang berdiri disebelah Wiranata dengan posisi jongkok bersiap menempel stiker yang ia pesan dari online shop. (Gak usah di tempel, jijik!)

GATA ABHIMANYU ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang