Mazaya memasuki pintu masuk rumah sakit sesuai dengan tujuannya untuk bertemu dengan seseorang.
Mazaya berjalan di antara ruang-ruang rumah sakit. Entah ada penghuninya atau kosong, ia tak tahu dan memang tak berniat mencari tahu.
Berbelok ke kiri untuk masuk ke sebuah ruangan khusus untuk seorang dokter.
Tok..tok..
Mazaya mengetok pintu. Tak lama seseorang di dalam mempersilahkan dirinya untuk masuk.
Mazaya masuk dengan senyuman yang terbit begitu juga dengan orang yang ingin Mazaya temui.
"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Dokter Aryo. Ya, tujuan Mazaya adalah menemui abang dari sahabatnya.
Mazaya memang sering berkomunikasi dengan Dokter Aryo, terlebih lagi karena Dokter Aryo seorang Dokter.
Mazaya semakin mendekat lalu memeluk Dokter Aryo yang memang sudah ia anggap sebagai abangnya. Dan memang sudah amanat dari mendiang sahabatnya-Suci Cantika.
"Aya, baik dan jauh lebih baik sekarang."
Dokter Aryo pun mengecup pucuk kepala Mazaya.
Ceklek..
Pintu terbuka, terlihatlah seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi yang sedang tersenyum. Namun, memudar setelah itu.
Mazaya dan Dokter Aryo yang memang sudah menoleh sejak suara pintu terdengar terbuka. Mazaya tak tahu siapa wanita dewasa itu sama sekali. Ya iyalah gak tahu, kan gak kenal.
"Maaf Dok," ujar wanita dewasa itu dengan raut wajah sedih. Mazaya bisa menyimpulkan bahwa wanita itu sedih, lebih tepatnya mungkin cemburu. Mazaya tentu merasa bersalah.
"Tuung..." ucap Dokter Aryo berhenti kala melihat wanita dewasa itu justru berlari meninggalkan ruangannya.
Dokter Aryo menghela napasnya panjang. Bisa Mazaya lihat dari raut wajah Dokter Aryo kalau ia sudah lelah, tapi Mazaya tidak tahu lelah kenapa.
"Siapa wanita cantik itu, Bang?" tanya Mazaya yang memang memanggil Dokter Aryo dengan sebutan Abang.
"Dia pasein junior saya. Dan wanita itu selalu menganggu saya," ujar Dokter Aryo kembali duduk.
Mazaya pun ikut duduk di sebelah Dokter Aryo yang kebetulan ada sofa.
"Wanita itu suka dengan Abang sepertinya," kekeh Mazaya.
"Dia itu terlalu agresif. Sakitnya apa malah nyasar ke saya minta diperiksa." Dokter Aryo menyanderkan kepalanya.
"Kan Abang juga Dokter. Wajar dong dia minta diperiksa," kekeh Mazaya lagi. Sungguh, ia mengerti situasi yang dialami Dokter Aryo.
"Lelah saya Mazaya, dia selalu mengusik saya. Padahal ya, dia gak ada jadwal cek up dengan junior saya," ucap Dokter Aryo.
Mazaya tertawa setelah cukup lama menahan tawanya. Ia sebagai wanita justru paham perasaan wanita dewasa tadi. Bisa Mazaya terawang, wanita dewasa tadi seumuran dengan Dokter Aryo.
Dokter Aryo hanya menghela napasnya panjang mendengar tawa Mazaya.
"Fiks, dia suka sama Abang." Mazaya tertawa lagi.
"Lagian Abang udah saatnya menikah, mau punya ponakan Aya tauuu," rengek Mazaya.
Dokter Aryo mengacak rambut Mazaya dengan kasar membuat rambut Mazaya berantakan.
"Kann berantakan," ucap Mazaya memanyunkan bibirnya.
Dokter Aryo menarik bibir Mazaya yang manyun itu lalu terkekeh.
"Sakit tahu," ujar Mazaya sinis. Dokter Aryo hanya tertawa.
Mereka berdua memang sangat akrab. Sebenarnya Dokter Aryo juga akrab dengan sahabat-sahabat adiknya yang lain. Hanya saja Mazaya lah yang memang sering sendiri karena Sarah memang sudah menikah dengan Deden jadi, tidak bisa ia ganggu lagi. Tinggallah Mazaya seorang.
"Habisnya kamu lucu," kekeh Dokter Aryo.
"Adik siapa dulu dong," kekeh Mazaya.
"Adik siapa emangnya?"
"Ihhh kannn!" rengek Mazaya.
Dokter Aryo tertawa sambil membawa Mazaya dalam dekapannya, mengusap-usap pucuk kepala Mazaya. Dokter Aryo sangat merindukan adiknya yang sudah pergi jauh ke alam lain. Benar kata adiknya dahulu ; 'Kalau abang merindukan Suci maka temuilah Mazaya atau pun Sarah.' begitulah kurang lebih ucapan adiknya dulu.
Ceklek..
Pintu kembali terbuka. Mazaya dan Dokter Aryo menoleh. Mereka masih berpelukan.
"Saya tidak akan mengganggu Dokter lagi, terima kasih selama ini sudah buat saya tersenyum," ujar Wanita Dewasa tadi dengan air mata berlinang membuat Mazaya langsung melepaskan pelukannya dari Dokter Aryo.
Wanita dewasa itu tersenyum kecut lalu kembali meninggalkan ruangan Dokter Aryo.
Mazaya dan Dokter Aryo saling pandang karena bingung harus melakukan apa.
"Kejarrr Bang," titah Mazaya.
"Ngapain dikejar?" tanya Dokter Aryo santai.
Dasar lelaki gak peka ya gitu.
"Astaga, itu dia nangis, Bang!"
"Kejar buruann," ujar Mazaya setengah memekik.
Mazaya mendorong Dokter Aryo.
"Jelasin sama dia, cepettt," titah Mazaya.
Dokter Aryo menghela napasnya kasar lalu setengah berlari mencari keberadaan wanita dewasa tadi.
Tinggallah Mazaya seorang diri di ruangan Dokter Aryo. Harus ngapain dirinya coba.
Mazaya melihat sekeliling. Pandangannya tertuju pada sebuah foto. Foto wanita kalem, siapa lagi kalau bukan Suci Cantika, adik Dokter Aryo sekaligus sahabat Mazaya.
Mazaya tersenyum lalu mengambil foto itu.
"Hai." Mazaya tetap tersenyum.
"Ada yang naksir sama abang lu ni," kekeh Mazaya.
"Tenang, gue tahu kok apa yang harus dilakuin. Lagian ceweknya cantik kayaknya sih baik dan..tulus," kekeh Mazaya kembali mengingat kejadian barusan.
"Sampai nangis gitu karena salah paham."
"Gue rindu lu Suci," ucap Mazaya.
Mazaya meletakkan kembali foto tersebut pada tempatnya. Lalu, ia keluar dari ruangan Dokter Aryo.
Mazaya rasa waktunya ia untuk pulang.
Di perjalanan menuju parkiran, ia sempat mengabari Dokter Aryo kalau dirinya akan pulang.
Mazaya melihat-lihat kiri kanan. Ramai, tentunya karena ia berada di rumah sakit.
Mazaya tersenyum kala mendapatkan senyuman dari orang lain. Ia merasa hidupnya kembali benar-benar hidup. Bahagia, itu yang ia rasakan sekarang.
Ternyata, tidak semenakutkan yang Mazaya bayangkan jika menghadapi kenyataan. Nyatanya, justru ia tenang dan bahagia. Benar kata orang-orang yang selalu memberinya dorongan. 'Terima kenyataan dan jalani hidup dengan tenang.'
Sepertinya, Mazaya sudah berdamai dengan kenyataan dan melanjutkan hidupnya untuk mencari kebahagian. Banyak perubahan yang Mazaya rasakan sendiri. Salah satunya, senyumnya selalu terlukis di wajahnya yang anggun.
Mazaya berbelok ke kanan untuk keluar dari pintu masuk.
Tanpa Mazaya sadari ada seseorang yang sedang merindukan dirinya di saat bersamaan Mazaya menghilang dari penglihatan seseorang itu.
"Aku merindukan kamu," ujar seseorang.
*****
Uhuyyy saha?😂
Part selanjutnya aja dech.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)
Romance[Romance~Comedy] Baca terlebih dahulu "Kenapa Pergi?" biar nyambung😁 Jangan lupa follow dan vote serta komen karena Mak suka baca komen dan balas🥰 ------------------------------------ Rana Putra seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Dokter muda...