Mazaya bangun dari tidurnya. Ia kepikiran Alexsa. Saat makan malam, Alexsa juga tak turun. Ia memang sengaja tidak menyuruh Alexsa untuk makan bersama. Mazaya tahu, kalau Alexsa butuh waktu untuk merenung. Mazaya juga sudah mengatakan pada kedua orang tuanya tentang keadaan Alexsa. Namun, pagi ini ia begitu khawatir.
Selama Mazaya mengenal Alexsa, tak sekali pun ia melihat sahabatnya itu menangis. Alexsa itu wanita yang sangat kuat menurut Mazaya. Melihat Alexsa menangis pun itu hanya menangis terharu atau kebawa suasana saat bersamanya.
Mazaya mengetok pintu kamarnya yang terdapat Alexsa di dalamnya. Berkali-kali di ketok, tapi tak kunjung dapat sahutan.
Mazaya semakin khawatir. Lalu ia mencoba meraih gagang pintu. Dan...
Klek
Pintu terbuka. Mazaya merutuki dirinya sendiri. Kenapa tak ia coba dari tadi.
Mazaya masuk dan melihat ke segala penjuru tempat ternyata Alexsa masih terbaring. Mungkin Alexsa lelah jadi tidak terusik sama sekali dengan ketokan pintu.
"Jahat," lirih Alexsa.
Mazaya memicingkan matanya. Ia masih belum percaya, apa itu benar suara Alexsa atau hanya berhalusinasi saja. Soalnya suara yang Mazaya dengar sangat lirih.
Mazaya mendekat lalu duduk di samping ranjang.
"Alexsa," panggil Mazaya lembut.
Alexsa tak menyahut, ia hanya bergerak sedikit.
Mazaya mengerutkan dahinya. Ada apa dengan Alexsa, pikirnya.
"Alexsa kamu tidak apa..YA TUHAN!" teriak Mazaya kala tangannya tepat menyentuh kening Alexsa yang sangat panas.
Alexsa yang mendengar teriakan Mazaya langsung membuka matanya sayup.
Bisa dilihat Mazaya kondisi mata Alexsa yang merah, entah karena kelamaan menangis atau karena sakitnya.
"Kamu sakit Alexsa. Badanmu panas kali." Mazaya khawatir.
"Aku tak apa," lirih Alexsa.
Mazaya langsung bangkit dan meninggalkan Alexsa. Ia hendak memberitahu orang rumah tentang kondisi Alexsa.
Setelah memberitahu orang tuanya dan Bibik Pina. Mereka pun ke kamar Mazaya untuk melihat kondisi Alexsa.
"Ini panas kali, Pa," ujar Mama Ina yang diangguki Papa Adi.
"Kita bawa ke rumah sakit sekarang," perintah Papa Adi.
Mereka pun mengangguk setuju pada perintah Papa Adi. Mereka bergegas ke rumah sakit.
Tubuh Alexsa juga sangat lemah. Mungkin salah satu alasannya karena ia tak makan malam.
"Alexsa gak papa Ma, Pa." Alexsa meyakinkan orang tua Mazaya agar tak terlalu cemas padanya.
"Gak papa mata lu!" ketus Mazaya. Ia benar kesal dengan ucapan Alexsa. Seburuk itu, dia malah katakan gak papa.
"Lu tuh sakit dodol!" Mazaya mengucapkan kalimat itu sambil memandang Alexsa.
Alexsa tersenyum tipis lalu tak sadarkan diri.
Kepanikan menggema di dalam mobil Fortuner hitam yang dikemudikan Papa Adi. Ditambah lagi dengan Mazaya yang meneriaki nama Alexsa serta mengguncang-guncang tubuh Alexsa berharap Alexsa sadar. Namun, Alexsa tak sadar-sadar hingga mereka sampai di rumah sakit.
Alexsa di periksa oleh dokter di dalam ruangan. Mazaya sangat panik dengan kondisi sahabatnya itu. Jarang sekali Mazaya melihat Alexsa sakit apa lagi hingga pingsan bahkan seingat Mazaya hanya beberapa kali, itu pun pada saat mereka sedang menjalani pengobatan. Setelah mereka sembuh total, Alexsa tak pernah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)
Romance[Romance~Comedy] Baca terlebih dahulu "Kenapa Pergi?" biar nyambung😁 Jangan lupa follow dan vote serta komen karena Mak suka baca komen dan balas🥰 ------------------------------------ Rana Putra seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Dokter muda...