8| Bertemu Kembali

1.1K 86 8
                                    

"Bisa-bisanya anda tarik-tarik saya!" ketus Mazaya.

Rana masih mematung memandangi Mazaya. Ada rasa tidak percaya dibenaknya.

"Modus anda, IYA!" Mazaya benar-benar marah. Bagaimana tidak emosi, dia ditarik-tarik seperti karung beras.

Salah Mazaya juga, kenapa dia tidak bicara. Sebenarnya, ia ingin bicara, tapi mulutnya kelu untuk mengucapkan kata. Alhasil ia hanya bisa menarik-narik tangannya dari genggaman pria dewasa itu yang tidak ia ketahui siapa.

"Akhh," ringis Rana tiba-tiba.

"Bisa-bisanya kamu ninggalin Mama dan malah godain perempuan," ujar Ranti-ibunya geram.

Komplit sudah penderitaan Rana. Sudah dimaki-maki sekarang dijewer pula. Sakitnya gak seberapa, tapi malunya itu. Kalau di tempat sepi sih ok-ok saja, lah ini mereka di mall, dekat lift pula.

"Ma lepasin, sakit ini," ujar Rana terus memohon pada ibunya.

"Rasain, jewer aja terus, Buk." Mazaya senyum mengejek membuat Rana yang memandangi Mazaya hanya bisa pasrah. Lebih parahnya lagi, ibunya mengangguk mengiyakan ucapan Mazaya. The power of wanita.

"Kamu ya, udah mulai nakal," ujar Ranti terus menceramahi anaknya.

"Iya Buk, dia bahkan pegang-pegang tangan saya," ejek Mazaya.

Rana sudah mengumpati Mazaya dalam hatinya. Memang pengadu Mazaya itu.

"Ranaaa!" Ranti semakin marah dan makin menarik jewerannya.

"Ma, sakit ini!"

"Ini gak seperti pikiran kalian. Ma, lepasin dulu, malu dilihatin orang," ucap Rana.

Rana memelas sambil memandang Mazaya dan ibunya. Rana berharap mereka berhenti membuat ia malu.

Mazaya dan Ranti-ibu Rana saling melempar pandangan. Entah apalah artinya.

Hening sesaat.

"Akhh," ringis Rana lagi karena dua wanita di dekatnya itu malah menjewernya. Mazaya segala ikut-ikutan.

"Turun!" ketus Ranti.

Mazaya yang memang mendapatkan persetujuan dari wanita paruh baya itu ya tentu mau saja menjewer.

Rana sudah mengumpat. Saling mandang ternyata ada niat buruk, begitulah pemikiran Rana.

Mazaya dan Ranti terus saja mengoceh sepanjang jalan menuju sebuah restoran.

Semua wanita gini ya, butuh energi untuk marah-marah, batin Rana.

Mereka pun duduk. Jangan lupakan Rana yang memang sudah menahan malu. Bagaimana tidak malu, mereka menjadi sorotan orang-orang, bahkan ada yang menertawainya.

"Lepasin dulu, sakit ini," ucap Rana.

Mazaya dan Ranti pun melepaskan jewerannya.

Rana mengusap-usap telinganya. Takut ada yang rusak, apa harus ke dokter? Lah dia kan dokter, begitulah pemikiran konyol Rana. Lupa diri.

"Kamu ya bikin Mama malu," ujar Ranti.

"Sama Buk, saya juga malu," ucap Mazaya.

"Jelas-jelas kalian yang bikin saya malu," ujar Rana cepat. Akhirnya ia bisa membela diri.

"Saya kira kamu ibu saya, makanya narik-narik," ujar Rana menjelaskan pada Mazaya.

"Dan aku kira, Mama yang aku gandeng. Jadi, gak ada niat mau ninggalin Mama tadi," ujar Rana menjelaskan pada Ranti.

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang