Tibalah hari yang ditunggu-tunggu Dokter Aryo dan Amora. Hari pernikahan mereka. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat.
Semua orang tampak bahagia karena baru saja saksi mengatakan "SAH."
Rasa syukur terucap dari semua orang. Dokter Aryo yang awalnya sangat gugup dan tegang akhirnya bisa bernapas lega. Begitu juga dengan Amora.
Amora tak bisa berhenti mengeluarkan air mata bahagia, begitu juga dengan Dokter Aryo. Lelaki gagah yang mengenakan setelan berwarna putih itu juga menangis haru, akhirnya ia menghalalkan kekasih pujaan hatinya yakni Amora.
Amora yang mengenakan gaun berwarna putih berjalan dengan anggunnya menghampiri Dokter Aryo. Ia diapit oleh ibunya dan juga sepupunya.
Saat Amora sudah berada di hadapan Dokter Aryo, ia tak bisa membendung air matanya. Sungguh, ia sangat merasa bahagia.
Dokter Aryo memandang lekat Amora yang sudah berstatus menjadi istrinya. Masih di ingat oleh Dokter Aryo. Perjuangan Amora dalam menaklukkan hatinya hingga ia sendiri menyadarinya bahwa ia juga mencintai Amora. Bersyukur kepada Allah karena sudah menakdirkan Amora sebagai jodohnya. Wanita dewasa yang sangat sabar.
Begitu pun dengan Amora. Ia yang ditatap begitu lekat jadi merona malu dan tersenyum walau air mata menetes.
"Buruan, jangan pandang-pandang terus!" teriak Deden dari belakang. Ah, mengganggu sekali Deden.
Dokter Aryo mengulurkan tangan kanannya dan di raih oleh Amora untuk saliman.
"Cium-cium!" teriak Rido dari belakang. Para tamu undangan juga tak kalah menggoda pengantin baru tersebut.
Dokter Aryo dan Amora yang mendengar godaan dari semua orang pun jadi malu-malu.
Dokter Aryo memberanikan diri mencium kening Amora.
Cupp
Diciumnya lembut sambil memejamkan mata begitu juga dengan Amora yang memejamkan matanya.
Setelah semua selesai. Mereka berdua pun mendatangi orang tua dan mertua untuk sungkeman.
Tangisan para ibu pecah terlebih lagi ibu dari Dokter Aryo.
"Nak, jaga istri kamu dengan baik ya, Mama gak tahu harus berkata apa lagi karena Mama yakin kamu tahu semuanya. Mama bahagia kamu sudah menemukan tulang rusuk kamu, tapi Mama sedih harus merelakan anak satu-satunya yang Mama miliki jauh dari Mama," ucap ibu Dokter Aryo sambil menangis.
Dokter Aryo semakin memeluk erat ibunya. "Mama jangan berkata begitu. Aryo tetap selalu ada buat Mama. Mama jangan merasa kehilangan Aryo."
Amora mengusap punggung suaminya karena Dokter Aryo menangis.
"Mama jangan merasa kehilangan Mas Aryo. Walau dia sudah menikah, tapi surganya masih berada di telapak kaki Mama," ujar Amora juga menangis.
Ibu Dokter Aryo lalu memeluk Amora juga.
"Sayang, jaga anak Mama ya, sayangi dia layaknya Mama menyayangi dia. Cintai dia dengan tulus. Mama bersyukur memiliki menantu seperti kamu," ujar ibu Dokter Aryo.
"Mama bisa marahi Amora kalau Amora salah karena sekarang Mama dan Papa bukan hanya mertua, tapi juga orang tua Amora," ucap Amora lembut.
Pecah sudah tangisan dua wanita itu. Belum lagi ibu Amora yang juga menangis menyaksikan putrinya yang begitu dewasa dan disayang oleh orang tua Dokter Aryo.
Dokter Aryo dan Amora berpindah ke ayah Dokter Aryo.
Mereka berdua salim dan Dokter Aryo tidak bisa menahan diri. Ia memeluk erat ayahnya.
"Pa, jaga Mama ya kalau Aryo jauh dari Mama," ujar Dokter Aryo.
"Kamu tenang aja, Papa akan selalu jagain Mama. Ingat, sekarang kamu sudah memiliki tanggung jawab baru. Jaga istri kamu dengan baik, jangan sakiti dia," ujar ayah Dokter Aryo.
"Dan kamu Amora. Jaga anak Papa ya, Papa yakin kamu bisa. Hormati dia dan layani dia dengan baik. Kalau dia marah, sentil aja keningnya," ujar ayah Dokter Aryo di tengah-tengah suasana haru. Amora mengangguk sambil meneteskan air matanya.
Giliran kepada orang tua Amora. Ibu Amora bahkan langsung memeluk putrinya dan menangis sejadi-jadinya.
"Mami, udah jangan nangis gini. Nanti make-up Mami luntur tahu," ujar Amora menggoda ibunya padahal ia juga sedang menangis.
"Diam kamu..Jangan bercandaan mulu," ucap ibu Amora merajuk. Keluarga Amora memang sangat ramah. Makanya Dokter Aryo juga betah kalau berkunjung ke rumah Amora. Orang tua Amora sama persis dengan Amora.
"Iya-iya maaf, habisnya Mami buat aku tambah nangis," ujar Amora.
"Kamu harus nurut sama suami kamu ya, jangan membantah. Lakuin apa pun perintahnya selagi tidak hal yang buruk dan tidak melanggar agama," ujar ibu Amora.
"Iya Mi, pasti. Kalau lelah gimana?" tanya Amora yang hanya dimengerti ibunya. Pertanyaan yang ambigu.
"Ya istirahatlah," jawab ibu Amora.
"Oke dechhh sipp," ucap Amora.
Ibu Amora juga memeluk Dokter Aryo. "Cepat kasih Mami cucu ya, itu aja," bisiknya, tapi masih bisa didengar semua orang yang dekat di situ.
"Mami..." rajuk Amora.
Orang tua Dokter Aryo yang terharu jadi terkekeh mendengar itu.
"Dan kamu Aryo, semangat ya..." ibu Amora memberi isyarat seperti lagi menggendong cucu yang ditimang-timang.
Dokter Aryo mengangguk saja sambil tersenyum lebar.
"Mami ihhh," ujar Amora. Semua orang pun tertawa.
"Putri Papi.." ucap ayah Amora sambil merentangkan tangannya.
"Ogah ihh," manyun Amora, tapi justru ia langsung berhambur ke dalam pelukan ayahnya.
"Ikhlasin Amora ya Pi?" tanya Amora.
"Bahkan Papi dah ikhlas banget," ucap ayah Amora menggoda putrinya.
"Pura-pura gitu loh Pi, ihhh," rajuk Amora.
"Iya iya." Ayah Amora mengusap kepala putrinya. "Putri Papi dah dewasa ternyata, rasanya baru kemarin berojol," kekehnya. Amora semakin memanyunkan bibirnya. Ia manja dengan ayahnya.
"Sekarang ada lelaki lain yang sudah berstatus suami kamu. Kamu tahu kan artinya?" Amora mengangguk.
"Jaga martabat suami kamu, ingat pesan Papi ini."
"Iya, Pi." Amora mengangguk.
Ayah Amora mengusap pipi putrinya. "Udah kan aktingnya?" kekehnya. Amora memberikan jempolnya. Ya, ayah dan anak satu ini memang begitu. Sangking akrabnya.
"Dan kamu Aryo! Papi serius ini," ujar ayah Amora serius. Dokter Aryo terkejut dan langsung tegap.
"Semangat bikin anak," kekehnya. Semua orang langsung tertawa.
Ayah Amora langsung memeluk Dokter Aryo dan membisikan sesuatu.
"Awas kalau putri Papi nangis...Papi gorok kamu," bisiknya di telinga Dokter Aryo.
Dokter Aryo mengangguk. "Inn Syaa Allah, gak akan Aryo buat nangis Pi," jawabnya.
Pelukan pun direnggangkan.
"Jaga putri Papi ya," ucap ayah Amora yang diangguki Dokter Aryo.
Dokter Aryo bersyukur sekali memiliki mertua yang sangat ramah dan humoris. Walau terkadang, Dokter Aryo suka salah mengartikan lelucon orang tua Amora. Kadang ia menganggap serius ternyata hanya sebuah lelucon. PR bagi Dokter Aryo harus lebih mengetahui mertuanya.
Begitu juga dengan Amora. Ia bersyukur mendapatkan mertua yang begitu baik walau Amora yang memang humoris itu agak sedikit sulit menyesuaikan lelucon orang tua Dokter Aryo. Keluarga Dokter Aryo memang tidak terlalu humoris. PR juga bagi Amora agar lebih memahami keseriusan orang tua Dokter Aryo dalam berbicara. Dan humor Amora harus lebih dikontrol.
*****
Ada tanda-tanda...🤣
Mau tamat...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)
Romansa[Romance~Comedy] Baca terlebih dahulu "Kenapa Pergi?" biar nyambung😁 Jangan lupa follow dan vote serta komen karena Mak suka baca komen dan balas🥰 ------------------------------------ Rana Putra seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam. Dokter muda...