33| Akhir Dari Kisah

1.7K 63 18
                                    

Mazaya sudah berkutat di dapur selama 1 jam lebih dan akhirnya ia sudah selesai masak. Menu makan siang yang dimasaknya adalah ayam goreng beserta sambalnya, tumis kangkung dan tahu, tempe goreng. Tak lupa ia juga menaruh lalapan di dalam rantang serta nasi tentunya. Mazaya juga membuatkan juz alpukat untuk Rana.

"Selesai," ucap Mazaya lega akhirnya semua sudah selesai dan rapi.

Mazaya kembali ke kamarnya untuk bersiap diri. Tak butuh waktu lama baginya.

Mazaya turun ke bawah lalu mengambil rantang serta botol minum yang berisikan juz.

Senyum terus terbit sambil berjalan keluar rumah menuju mobilnya. Siang ini adalah waktunya melepaskan rindu pada Rana.

Sekitar 15 menit, Mazaya sudah sampai di rumah sakit. Masuk ke dalam dan berjalan menuju ruangan Rana berada.

Ceklek..

Mazaya membuka pintu ruangan Rana tanpa mengetok dahulu. Orang yang ingin ia temui sudah menoleh padanya sambil tersenyum.

"Assalammualaikum," ucap Mazaya tetap tersenyum.

"Waalaikummussalam," jawab Rana.

Rana beranjak dari kursi kerja dan duduk di sofa bersama Mazaya di sebelahnya.

"Gak lama kan?" tanya Mazaya membuka obrolan.

"Enggaklah," jawab Rana sambil mengacak rambut Mazaya.

Mazaya memeluk Rana erat dan dibalas juga oleh Rana.

"Rindu.." ujar Mazaya manja.

"Rindu siapa?" tanya Rana menggoda Mazaya.

"Kamu lah, siapa lagi!" ketus Mazaya.

"Jangan ketus-ketus gitu," ucap Rana lembut.

"Maaf," cicit Mazaya merasa bersalah.

"Udah ah..ayo makan, aku dah lapar ini," ujar Rana sambil memegang perutnya. Dan itu membuat Mazaya terkekeh.

Mazaya mengeluarkan semua masakannya.

"Kamu semua yang masak?" Rana melihat-lihat semua bawaan Mazaya.

Mazaya mengangguk. "Spesial," ucapnya.

"Suapin ya?" tanya Rana.

"Hilih, biasanya nolak."

"Kan di sini aman, gak ada yang ngintip kecuali pengantin baru itu," ujar Rana. Mazaya pun mengangguk.

Mazaya menyuapi Rana dan ia juga makan, sesekali Rana menyuapinya. Tatapan Rana lekat sekali pada Mazaya membuat Mazaya merona malu.

"Jangan lihatin gitu," ujar Mazaya pelan.

"Kenapa?"

"Malu," cicit Mazaya malu-malu.

"Sama aku aja malu, kenapa di depan orang lain gak malu?"

"Entah, lagi maunya gitu," jawab Mazaya enteng.

Rana hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

Setelah dirasa cukup, mereka akhirnya sudah selesai makan siang.

Saat ini mereka tetap duduk di sofa.

"Kamu gak ada pasien?"

"Enggak, sengaja aku kosongin," jawab Rana.

"Kenapa?"

"Aku mau bawa kamu ke suatu tempat," jawab Rana.

"Sekarang?"

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang