24| Uwuu!

878 56 5
                                    

Setelah dokter beserta suster keluar dan menjelaskan bahwa keadaan Mazaya tidak apa-apa dan beruntungnya tidak terjadi sesuatu yang ditakuti semua orang.

Rana saat ini masih tetap duduk sambil memandangi wajah polos Mazaya tak lupa ia juga menggenggam erat tangan Mazaya berharap segera siuman.

Orang tua Mazaya juga berada di situ, tapi karena mereka sudah tua dan lelah jadinya mereka duduk di sofa ruang rawat Mazaya.

Alexsa dan Alex juga sudah melihat keadaan Mazaya tadi berhubung Alexsa masih belum pulih jadinya abangnya memaksa kembali adiknya untuk ke ruang rawatnya walau ingin sekali Alexsa tetap menemani Mazaya, apa boleh buat ia juga belum pulih total.

Sedangkan Dokter Aryo sudah kembali ke ruangannya karena ada tamu spesial siapa lagi kalau bukan Amora sang kekasih hatinya itu yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Ehmm," gerutu Mazaya menyadarkan Rana.

Perlahan, tapi pasti Mazaya membuka matanya dan yang pertama kali yang ia lihat adalah Rana.

"Rana," lirih Mazaya lemah.

"Usst, nanti saja bicaranya," ucap Rana yang diangguki Mazaya.

Hari memang sudah larut malam, orang tua Mazaya bahkan sudah tertidur sedangkan Rana masih saja memandangi Mazaya. Sesekali Mazaya melirik dan membuat pipinya bersemu karena dipandang seperti itu oleh Rana.

"Gak osa lirik-lirik, pandang saja sampai puas, aku ikhlas kok," ucap Rana.

Mazaya sudah malas rasanya menanggapi kepedean Rana yang berlebihan.

"Gak osa kepedean banget dech," ujar Mazaya dengan nada malasnya.

Rana tertawa, mendengar tawa Rana membuat Mazaya kesal. Rasanya pengen tampol, pikir Mazaya.

"Udah gak osa kesal gitu," kekeh Rana.

"Diam ih!" ketus Mazaya.

Rana mengacungkan jempol kanannya pertanda, Ok bakalan diam. Namun, ia juga mengulum senyumnya.

Hening itulah yang dirasakan Mazaya. Rana beneran diam ternyata, pikirnya.

Mazaya melirik Rana yang sedang memainkan ponselnya, entah apa yang diketik.

"Chatan sama siapa?" tanya Mazaya.

"Ehhmm ehmm," jawab Rana tanpa bersuara, lah kan dia di suruh diam sama Mazaya tadi.

Mazaya memutar bola matanya malas.

"Punya mulut itu di gunain!" ketus Mazaya. Sikap ketus Mazaya gak bisa hilang walau sakit.

"Kan kamu yang suruh diam tadi," ujar Rana. Mazaya diam saja.

"Ini kasih tahu Mama kalau aku gak pulang hari ini." Rana menunjukkan chatannya sama ibunya pada Mazaya.

"Iya aku percaya," ucap Mazaya.

"Kalau kamu mau pulang, ya pulang aja," ucapnya lagi.

"Sekalian pergi?" tanya Rana datar.

Dasar Rana suka sekali mengungkit. Bukan mengungkit lebih tepatnya ia ingin tahu yang sebenarnya. Agar Mazaya membuka suaranya ya sudah mengungkit salah satu cara tercepat.

"Jangan ngomong gitu," gumam Mazaya menahan tangisnya.

"Kamu itu gak ada hobi lain ya selain nangis?"

Dan akhirnya Mazaya tak sanggup menahan bendungannya.

Rana mengusap air mata Mazaya yang keluar, "Udah jangan nangis."

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang