4| Memberanikan Diri

1K 75 4
                                    

Mazaya sudah memantapkan hatinya untuk kembali tinggal di Indonesia sehingga membuat orang tua Mazaya sangat bahagia.

"Makasih ya, sayang," ucap Mama Ina sambil menggenggam tangan putrinya itu. Ia sangat bahagia dengan keputusan putrinya itu.

"Bibik juga ikut seneng jadinya," ujar Bibik Pina. Mazaya pun tersenyum.

Mereka sedang duduk di meja makan sambil menunggu Papa Adi turun.

"Makasih ya, Alexsa," ujar Mama Ina tersenyum pada Alexsa.

"Santai aja, Ma."

Tak lama, Papa Adi pun turun dan duduk di kursinya.

"Kok bahagia kali kelihatannya ini. Ada apa?" tanya Papa Adi.

"Aya, udah mutusin tinggal di sini lagi, Pa," jawab Mama Ina.

"Benarkah sayang?" tanya Papa Adi yang diangguki Mazaya.

"Syukurlah kalau gitu jadinya Mama kamu gak kesepian lagi."

"Lagian kita nambah anak, Pa," ucap Mama Ina membuat Papa Adi mengerutkan dahinya.

"Alexsa juga akan tinggal di sini, Pa," ucap Mama Ina. Alexsa cengir bahagia.

"Wah, ada apa gerangan Alexsa. Tiba-tiba mau ikut tinggal di sini?" tanya Papa Adi terkekeh.

"Emangnya gak boleh ya, Pa?" tanya Alexsa.

"Jelas boleh dong. Emangnya kamu ada urusan di sini Alexsa?"

"Mau cari jodoh, Pa," kekeh Alexsa.

Mereka pun tertawa kecuali Mazaya yang geleng-geleng kepala.

"Dia mau deketin Renal, Pa," ucap Mazaya santai.

"Ihhh Aya, ember banget sih lu sekarang!" Alexsa sudah menatap tajam Mazaya.

Papa Adi dan Mama Ina sudah mengulum senyum juga Bibik Pina yang masih berada di situ.

"Oh jadi, karena Renal," kekeh Papa Adi.

"Ember lu!" ketus Alexsa berbisik pada Mazaya.

"Enggak, Pa. Cuma mau cari suasana baru aja," cengir Alexsa.

"Oh cari suasana baruuu..," kekeh Papa Adi menggoda Alexsa.

Mereka pun menertawakan Alexsa yang ketahuan.

"Renal itu baik kok orangnya, Alexsa. Diantara sahabat-sahabat Mazaya cuma dia yang berani bicara sopan sama Mama walau Mama marah-marahi mereka. Dia itu dewasa cocok kayaknya sama kamu yang sedikit pecicilan," kekeh Mama Ina.

"Dia mah bukan sedikit pecicilan Ma, tapi memang pecicilan dan juga AGRESIF," ujar Mazaya menekankan kata Agresif. Alexsa acuh sombong saja mendengar ucapan Mazaya. Orang tua Mazaya sudah mengulum senyum.

"Iri bilang bos," kekeh Alexsa. Beberapa detik kemudian dia menyadari sesuatu.

"Mama marah-marahi mereka?" tanya Alexsa menerawang. Mama Ina mengangguk sambil tersenyum.

"Dulu Mama ini ibu yang buruk," ucap Mama Ina.

"Maa..Mama bukan ibu yang buruk. Jangan katakan itu lagi. Mama wanita hebat yang Aya miliki," ujar Mazaya.

Mama Ina pun tersenyum dan terharu. Bagaimana bisa putrinya menerima semua perlakuan yang dulu pernah ia perbuat pada putrinya itu. Sungguh, ia bersyukur sudah melahirkan putri sehebat Mazaya.

"Dulu Mama beranggapan mereka tidak pantas untuk berteman dengan Mazaya justru itu Mama sering marahi mereka untuk menjauhi Mazaya, tapi merekalah ternyata yang selalu ada untuk Mazaya." Penjelasan Mama Ina membuat Alexsa paham dan mengangguk.

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang