17| Ungkapan Cinta

769 65 12
                                    

"Tempat ini memang indah dan...semakin indah saat bisa menikmatinya bersama kamu," ujar Rana. Mereka pun saling menatap dalam keheningan.

Mazaya mengerjapkan matanya untuk menetralkan kegugupannya.

"Mazaya boleh saya mengungkapkan sesuatu?"

Pertanyaan itu sukses membuat Mazaya semakin gugup. Meneguk salivanya lalu menganggukkan kepala pelan sebagai jawaban iya.

"Saya mencintai kamu," ucap Rana sambil menatap kedua mata Mazaya dengan tatapan serius.

"Saya tidak tahu sejak kapan. Jadi, jangan tanyakan itu."

Mazaya diam tanpa mengubah reaksi datarnya. Ia bergelut dengan pemikirannya sendiri.

Mazaya bingung harus menjawab apa dan suasana mendadak canggung, ia pun gugup bahkan jantungnya berdetak cepat di dalam dadanya. Sudah lama ia tak merasakan kegugupan seperti ini.

Apa aku benar-benar sudah berubah, batin Mazaya.

"Emangnya aku mau nanya itu? Enggak keless..." ejek Mazaya pada akhirnya. Ia pun terkekeh terpaksa untuk menghilangkan kegugupannya.

Rana pun tersenyum lebar bahkan gigi rapi nan putihnya juga nampak. Mazaya bisa melihat itu. Mazaya pun ikut tersenyum.

"Pede ya aku?" tanya Rana.

Mazaya menganggukkan kepalanya, "Pakai banget."

Mereka pun tertawa.

Ada perasaan nyaman yang Mazaya rasakan. Entahlah ia juga bingung pada perasaannya sendiri.

Mazaya menyandarkan kepalanya di bahu kanan Rana sambil memejamkan matanya merasakan kenyamanan yang tak pernah ia rasakan selama ini.

Mazaya merasa ia sudah menjalani hidupnya dengan bahagia sekarang buktinya ia memberanikan diri merasakan kenyamanan yang diberikan pria lain selain dia. Perihal membuka hati? Mazaya tak tahu pasti tentang itu. Apakah ia bisa atau tidak, yang jelas saat ini ia ingin merasakan kenyamanan.

"Mazaya, sejak kamu pergi aku baru tahu bagaimana rasanya kehilangan," ujar Rana sambil mengusap-usap kepala Mazaya.

"Bukannya kamu yang pergi tanpa permisi ya waktu itu," ujar Mazaya.

"Eeh...iya juga." Mereka pun tertawa kecil mengingat kejadian masa lampau.

Di mana Rana yang pergi begitu saja tanpa berpamitan pada Mazaya.

"Aku menyesal akan hal itu Mazaya."

"Tak apa," jawab Mazaya sambil menggenggam tangan kiri Rana menggunakan kedua tangannya.

"Mazaya, kenapa kamu begitu tidak menyukai ku?

Mazaya mendadak diam. Apa yang harus ia jawab, pikir Mazaya.

"Aku..hanya ragu," jawab Mazaya yang sepenuhnya tak berbohong. Ia pikir, alasan sebenarnya harus ia sembunyikan. Entahlah itu baik atau tidak.

"Kamu ragu dengan ketulusanku?" Mazaya mengangguk pelan.

"Bagaimana caranya agar kamu percaya padaku dan tak meragukan ku?" tanya Rana.

"Ehm..aku tak tahu," cicit Mazaya.

Mazaya benar-benar tidak tahu. Ia sendiri saja bingung dengan perasaannya, kenapa ia begitu merasa nyaman saat dekat dengan Rana.

"Apa kamu perlu bukti?" Mazaya mengangguk lagi.

"Buktinya hanya mengajak kamu menikah karena itu bentuk kesungguhan ku, tapi aku tahu ini terlalu cepat. Jadi, maukah kamu menjalin hubungan yang serius dengan ku sampai kamu benar-benar yakin bahwa aku mencintai kamu dan sungguh-sungguh?"

Dokter Penyembuh Hati (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang