25 | είκοσι πέντε

491 78 5
                                    

   "Semuanya udah siap belum ?" tanya Baekhyun.

Anak-anak mengangguk, menggendong tasnya masing-masing.

   "Wonwoo ?"

Wonwoo menoleh, kemudian mengangguk. "Aku baik-baik aja."

   "Kalo gitu, ayo kita berangkat !"

Baekhyun memimpin rombongan mereka, menggantikan posisi Jihoon yang sekarang entah ada dimana. Tapi mereka yakin, kalau si kembar dan Guanlin akan kembali di hadapan mereka.

   "Irene." Chan memanggil dari belakangnya.

Yang dipanggil itu menoleh. "Kenapa ?"

   "Eh, agak kurang sopan gak sih kalo manggilnya nama doang ?" tanya Jeonghan yang berjalan di samping Chan.

   "Kan katanya Irene ini tunangannya profesor. Berarti umurnya juga lebih tua dari kita." lanjutnya.

   "Panggil Irene doang juga gak papa kok." ucap Irene.

   "Masa robotnya kita panggil Bunda, sedangkan orang aslinya cuman kita panggil namanya doang." ucap Hansol yang mendapat persetujuan dari anak-anak yang ada di sekitarnya.

   "Ya udah deh, terserah kalian mau manggil apa pun."

   "Aku sih, tetep manggil Irene. Kan dia belum resmi jadi istri nya profesor." ucap Hoshi.

Yang lainnya pun setuju juga.

   "Rasanya lebih tentram tanpa orang nyebelin itu." celetuk Mingyu.

Semua anak tertawa mendengar penuturan Mingyu.

   "Biasanya, Bang Mingyu sama Woojin berantem mulu." Seungkwan tertawa.

   "Eh, Irene." panggil Wonwoo.

   "Ya ?"

   "Waktu itu, kenapa kamu keliatannya kayak ngehindarin aku terus ?"

Irene tertawa. "Oh itu. Karena, aku emang takut sama kamu. Waktu itu, aku liat ada bayangan hitam besar di belakang kamu. Di sekitar bayangan itu juga ada api-api. Ya jelas dong aku takut."

Wonwoo menggaruk kepalanya. "Bayangan ? Bayangan apa ?"

   "Gak tau. Bayangan itu tiba-tiba muncul. Matanya yang merah itu natep tajam ke arah Jihoon."

   "Oh iya, Woojin juga pernah bilang kalo Bang Wonwoo itu berbahaya." ucap Chan.

   "Berbahaya kenapa ?" tanya Seungcheol.

Chan menggeleng. "Dia cuman nyuruh aku buat ngejaga Dino biar gak deket-deket sama Bang Wonwoo."

   "Dino yang kamu maksud itu, Irene kan ?" tanya Jongdae.

   "Iya."

   "Gak mungkin kan Woojin udah tau sejak awal kalo aku itu manusia yang dia kunci ?" tanya Irene.

Baekhyun mengangguk. "Pasti ada alesan lain yang bikin dia takut kalo kamu ada di deket Wonwoo."

   "Kenapa selalu aku ? Padahal, aku kan cuman anak biasa yang suka baca buku." gumam Wonwoo. "Aku gak tau apa-apa soal dunia ini."

Anak-anak tertawa mendengar keluhan Wonwoo.

   "Eh, Irene. Kamu emang tau semua tempat di dunia ini ?" tanya Jun.

   "Sebagian besar aku tau, karna kan aku hidup di alam bebas." jawab Irene.

   "Berarti kamu tau dong tempat-tempat potongan benda pusaka ?"

Irene menggeleng. "Cuman orang yang punya bukunya yang tau letak-letaknya. Soalnya, dewa penjaga nya kan bisa diubah-ubah."

   "Wonwoo. Kamu masih nyimpen bukunya kan ? Buku yang Jihoon kasih ke kamu." ucap Jisoo.

Wonwoo mengangguk. "Iya, masih aku simpen."

   "Tapi aku bingung, kenapa Jihoon ngasih buku itu ke Wonwoo kalo dia sebenernya punya niat jahat ?" ucap Woozi.

Kai terkekeh. "Anak itu selalu punya rencana di otaknya. Mungkin dia emang punya tujuan lain."

   "Menurutku, si kembar itu sengaja ngasih semua petunjuk, biar seakan-akan mereka emang mau nolongin kalian. Padahal, itu semua jebakan." ucap Chanyeol.

Seungcheol setuju. "Ya, bisa jadi."

Wonwoo mendekat ke arah Baekhyun. "Kamu gak bisa jelasin kenapa aku bisa punya kekuatan ?"

Baekhyun menoleh, kemudian menggeleng. "Banyak kemungkinannya."

   "Wonwoo." panggil Sehun. "Dugaan aku, diri kamu itu ada hubungannya sama dunia ini."

Wonwoo terdiam. Dia mengingat dua orang pria yang tiba-tiba saja mengejar dan menyerangnya.

.

.

.

Ada yang inget gak ? Dua orang pria yang ngejar Wonwoo pas di pasar itu lho... -me

.

.

.

   "Kayaknya sih emang ada deh. Kalian inget gak sama dua orang laki-laki yang tiba-tiba ngejar aku ?" tanya Wonwoo.

Mereka mengangguk.

   "Mereka kayak punya dendam gitu ke aku." lanjutnya.

Irene menggeleng. "Menurutku, dua orang itu suruhan Jihoon."

   "Eh, kenapa ?"

   "Karna seingatku, dua orang itu langsung berhenti pas Jihoon dateng. Udah itu, Jihoon nambah efek pake bola yang dia lempar ke dua orang itu, bikin mereka jadi patung. Padahal kalo diperhatikan baik-baik, itu semua adalah skenario."

Semuanya terdiam. Tidak ada satupun dari anak-anak polos itu yang mengamati sampai detail tentang perbuatan si kembar dan Guanlin. Tiga orang itu sangat menutupi rencana mereka, membuatnya tidak terlihat kecuali dengan mata elang.

   Hampir tiga jam mereka berjalan. Sejauh ini, masih pepohonan dan semak-semak. Mereka belum melihat tanda-tanda dari portal yang menuju ke tempat lain.

   "Hei, liat !" Irene berlari ke celah semak-semak yang tinggi.

Karena penasaran, mereka semua pun mengikuti jejak Irene yang pernah menjadi pemandu mereka selama jadi seekor beruang kecil.

Tepat saat mereka melewati semak-semak itu, mata mereka dikagumkan dengan sebuah pedesaan yang entah bagaimana bisa ada disana.

   "Ini-" Baekhyun berjalan mendekati salah satu petak sawah yang ada. "Ini desa yang kita bangun waktu itu."






>>>>>>>>>> TBC

Aku heran, kenapa sih mereka gak nyampe-nyampe di pusaka kedua ?? Lama banget perasaan.

Iya gak ? Kalian ngerasa juga gak ?

Wkwkwk. Maaf ya, lagi banyak basa-basi nya. Sebenernya bukan sekedar basa-basi sih. Aku cuman mau menyampaikan beberapa hal aja ke kalian tentang ke tiga manusia itu.

Oke, makasih semuanya ^^

See you~

Mythology | SVT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang